“Kalian tidak boleh menikah, karena kalian adik kakak!Raga dan Nesa menatap Pram dengan pandangan buram.“Itu lagi,” keluh Raga dengan suara tercekat. “Aku bosan mendengar kata-kata itu.” Ia bangkit berdiri hendak pergi meninggalkan ruangan.“Duduk, Raga!” Suara Pram terdengar tegas.“Aku tidak mau mendengar omong kosong itu lagi.” Raga menyahut singkat.Nesa menghela napas dengan wajah memerah menahan gejolak di dadanya yang terasa menggelora. Tak menyangka, kini Pram sendiri yang mengatakannya. Dengan lembut, ia menarik tangan Raga.“Mari kita dengarkan penjelasan mereka, Mas.” Ia menatap Raga dengan pandangan memohon.“Aku tidak mau, Sayang. Mereka terlalu mengada-ada.” Raga bergeming.“Duduk, Raga!” Pram mengulang perintahnya sambil menatap Raga dengan sorot mata dingin. “Papa belum selesai bicara!”Dengan kesal, Ra
Baca selengkapnya