Semua Bab CEO Mencari Cinta: Bab 191 - Bab 200
273 Bab
Hadiah Terindah
“Kagak, bercanda, Bos. Mana mungkin? Saya tahu kalau gaji pegawai proyek itu tidak bisa buat hidup. Maaf, ye bos?” Aditia menoleh ke belakang kemudian nyengir. “Nggak jadi, nih daftar jadi pegawai?” tawar Ilham. “Enggak aja deh, Bos. Entar malah nggak kawin-kawin karena kere. Hahahaha.” Tidak terasa, mereka sudah sampai depan pintu gerbang. Seorang penjaga rumah membukakan pintu untuk mereka. “Buruan! Gue mau jalan-jalan. Kau urus pekerjaanku sampai hari ini. Besok aku berangkat.” Mereka kemudian melenggang terus ke arah rumah mereka. Mereka memasuki pintu gerbang, kemudian hanya berganti mobil saja. Ilham membukakan pintu mobil untuk sang istri, kemudian Tias keluar dari mobil tersebut. Mereka mengganti mobil dengan mobil berwarna putih. Ilham akan membawanya jalan-jalan dan akan memberikan kejutan untuknya. Sebuah hadiah mewah yang akan dia berikan un
Baca selengkapnya
Hidupku Sempurna
“Aku takut naik perahu,” cicit Tias. Wajahnya sangat pucat dan tangannya dingin. Ilham memeluk mistrinya itu. Rasa takut yang semula menggerayangi tubuh Tias, kini berubah menjadi rasa  nyaman karena pelukan itu. “Sudah lebih baik?” Ilham tersenyum, dan menyuruh Tias sedikit demi sedikit melihat ke arah air yang bergejolak karena sapuan dari dasar kapal. “Lihat ikan itu? Mereka terbiasa tertimpa dasar kapal. Maka dari itu, kau juga harus terbiasa dengan hal-hal ekstream, kalau ingin rasa takutmu hilang. Termasuk, berhubungan itu denganku,” bisik Ilham. Telinga Tias memanas. Dari tadi, Ilham selalu menggodanya. Dia bersemu merah dan menyembunyikan wajahnya. “Jangan sembunyikan, aku suka saat kamu merasa malu seperti ini. Mirip lopster goreng,” tawa Ilham. Dia tertawa lepas. Hobinya sekarang adalah membuat istrinya tersebut merasa sangat malu. Wajah
Baca selengkapnya
Kejar Aku
“Jejak mata ini, jejak diriku dalam matamu yang membuat aku tidak pernah bisa menggantikanmu dengan siapa pun. Aku mencintaiku.” Ilham memajukan wajahnya, tapi hanya menemukan telapak tangan Tias. Wanita itu berniat menggodanya dan bergantian mengerjainya. “Ih, nakal!” Tias menepuk lengan Ilham. Ilham mengedipkan nakal sebelah matanya, kemudian memainkan alisnya naik tutun. Tias makin tersipu melihat itu. “Kejar aku! Baru kau boleh menciumku!” Tias berlari terus menyusuri pantai, dengan Ilham yang mengejarnya. Pelariannya terhenti, ketika dia meringis kesakitan dan terduduk di tepian pantai itu. Dia meringis karena sebuah kerang mengenai kakinya yang telanjang. Kaki wanita itu berdarah, sehingga Ilhaqm mengangkat tubuh itu karena Tias semakin merintih. Lelaki itu mengangkat tubuh itu dengan elegan menuju ke tepian. Padahal, selesai sholat maghrib nanti dia akan mengajak istrinya itu un
Baca selengkapnya
Aku Suka (21+)
 “Habis sholat maghrib, kita ke pantai lagi, ya?” Ilham duduk di samping Tias sambil sesekali memainkan rambutnya. “Baiklah.” Tias merebahkan tubuhnya dengan tengkurap sambil berselancar di internet. Lelaki itu mengerutkan keningnya, melihat istrinya mencari tahu dirinya lewat internet. “Aku di sini, Baby. Kau malah bertanya pada internet. Kau mau tanya apa, hah?” Ilham ikut tengkurap. “Ih, emang kenapa? Aku Cuma ingin lihat berita tentang kita. Kali aja ada yang bilang aneh-aneh,” bohong Tias. Ilham hanya tersnyum. Istrinya itu tidak pandai dalam berbohong. Dia langsung akan mendeteksi kebohongan pada diri Tias. “Tidak usah berbohong, Sayang. Kalau tidak mau aku mengahabisi bibirmu sekarang. Apa yang ingin kau tanyakan?” bujuk Ilham. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri, sehingga kepalanya berada di dada
Baca selengkapnya
Kejutan
Tias membiarkan saja, Ilham menyusuri jengkal demi jengkal tubuhnya dengan juluran lidahnya. Kini, pakaian mereka sudah berserakan di lantai, dengan tumpukan bertambah lagi, setelah Ilham berhasil melepaskan seluruh pakaian yang menempel dapa tubuh istrinya. kali ini, dia akan melakukannya dengan sedikit liar, apakah Tias sudah benar-benar sembuh dari traumanya. “Aku suka desahanmu, Sayang. Mendesahlah dengan lebih dahsyat.” Ilham mencicit dengan suara nafas yang sudah memburu. Akan tetapi, aktivitas mereka harus terhenti karena ada bel yang berbunyi. Ilham menutup tubuh istrinya yang setengah terbuka dengan selimut, dan merapikan celananya yang hampir lepas dari tubuhnya. Setelah itu, membukakan pintu orang yang memencet bel. “Tuan, mohon maaf. Kejutannya apakah jadi?” tanya seorang lelaki memakai seragam pelayan. “Jadi. Setengah tujuh nanti, saya akan ke sana. Sebentar
Baca selengkapnya
Aku Mencintaimu
Ilham mengganti bajunya, kali ini mengenakan jas semi formal sehingga masih terlihat fasionable. Jas berwarna merah maroon, sehingga senada dengan gaun milik Tias. Mereka sudah siap, kemudian jalan bergandengan menuju ke tepi pantai. Aura romantis sudah terasa. Semua lamputemaram yang ada di sepanjang jalan membuat suasana sedikit aneh. Namun, Tias tidak bertanya apapun karena dia pikir mungkin memang seperti itu. Sampai seratus meter seblum tepian pantai. Lilin-lilin kecil berjejer dengan kelopak mawar tersebar di jalan menuju pantai. Sampai di tepian pantai, musik romantis sudah terngiang hingga sepasang kursi dan makanan sudah tersedia. “Mas, ini?” Tias menunjuk ke arah meja dan kusi serta makan malam romantis malam ini. “Iya, ini ucapan terima kasih, karena kau menerima lamaranku.” Ilham membimbing Tias untuk duduk dengan menarikkan kursi untuknya. Tia
Baca selengkapnya
Tangis Bahagia
Tias menutup mulutnya. Dia tidak percaya akan kejutan yang di berikan oleh sauminya itu. Dia sangat terkejut melihatnya, hingga tidak mampu berkata apa-apa. Wanita itu sampai meuncurkan cairan bening di matanya. “Aku mencintaimu,” ungkap Ilham. Tias hanya tersenyum mendengarkannya. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia merasa sangat bahagia. Perlakuannya Ilham saat ini benar-benar membuatnya melayang di awang-awang bagai tak berpijak di bumi. Tubuhnya ringan melambung. “Mas, kau menyiapkan ini semua?” Tias masih kaget dan menganga. Dia bahkan bingung harus bagaimana bersikap. Dia spontan memeluk suaminya itu. Ilham merasakan hangat di jas yang dia pakai. Rasanya wanita itu memberikan siraman hangat air matanya. Ilham tersenyum pada tangis bahagia istrinya tersebut. “Hai, kau menangis? Ini tangis bahagia, atau?” Ilham terdiam karena telunjuk Tias menempel di bi
Baca selengkapnya
Menyelinap
Galih mencari di mana lokasi mereka. Dia akan mencari sampai kemana Tias berada. Sampai ke ujung langit pun tidak akan dibiarkan lolos. Dia melihat bahwa lokasinya ada di pulau seribu. Dia dan anak buahnya langsung meringsek menuju ke lokasi tersebut. Padahal sekarang sudah sangat malam. Galih membawa pasukan berjumlah dua puluh lima orang. Namun, dia lupa bahwa akses menuju ke pulau itu hanya dapat di lewati oleh akses prahu pribadi. Mereka kini berada di pintu masuk. Di jaga oleh para petugas. “Mohon maaf. Kalian mau ke mana?” tanya petugas. “Kami mau ke pulau.” Galih menjawab dengan suara setengah bergetar karena menahan marah. “Kalian tidak bisa.” Akan tetapi mereka tidak peduli. Galih menembak dua petugas itu, hingga mereka terkapar. Seluruh orang masuk ke dermaga. Akan tetapi, mereka harus menelan pil pahit, ketika tidak ada satu pun kendaraan bertengger di s
Baca selengkapnya
Makin Sayang
“Tidak usah. Biarkan saja. Sudah ada yang mengurus. Nanti tinggal dilaundri saja.” Tias lupa, jika suaminya ini sultan. Dia tidak perlu mencuci sendiri. Tias mengangguk. Ilham mengajak istrinya untuk bersiap pulang saja. Untuk sarapan, mungkin di luar pulau lebih banyak varian piliahan. Lagi pula, masih terlalu dini untuk sarapan. Mereka akhirnya menyeberang, untuk pulang ke rumah. Perjalanan sedikit lama, karena nanti akan langsung ke kantor yang ada di Bogor. Sekitar dua jam lebih mungkin hampir tiga jam. Mereka sudah menyebrang menggunakan perahu kecil, karena memang hanya perlu untuk dua orang. Biasanya malah dia menggunakan speed boat untuk menyebrang. Semburat kuning terlihat sangat cantik menerpa air yang bergejolak karena terbelah oleh dasar perahu. Tias tersenyum melihat indahnya pemandangan itu. Ilham memeluk dari samping, untuk merespon senyum istrinya itu. “Terima kasih, Pak.” Tias men
Baca selengkapnya
Galih Masih Mengintai
Cukup siang mereka sampai di kantor. Pukul sembilan lebih sepuluh. Ilham langsung menuju ke ruangannya , melewati lift. Mereka berpisah di lobi, dengan Ilham mengedrop Tias di lobi dan mencium keningnya sebelum dia memarkirkan mobil di basement. “Hati-hati. Aku parkir mobil dulu.” Satpam yang melihat senyam-senyum. Untuk pertama kalinya, dia melihat Ilham bucin seperti itu. Ah, tapi Tias ‘kan sudah punya suami. Seluruh kantor tahunya bahwa suami Tias adalah Galih bukan Ilham. “Pagi, Mbak.” Satpam menyapa Ilham dengan sangat santai. “Pagi pak Yanto.” Tias langsung meringsek memasuki kubikelnya. Namun, di depan dia bertemu dengan Ajeng yang memang sudah mengawasinya. “Heh, tukang selingkuh! Masih berani kamu masuk kantor ini. Kok ya masih di biarkan orang sebejad kamu menjadi pegawai negeri, ya?” Tias hanya tersenyum menanggapi celoteh Ajeng. Dia su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
28
DMCA.com Protection Status