“Ah, biar aku saja, Mas. Silakan tunggu di meja makan.” Tias dengan canggung mendekati Ilham. Lelaki itu memberikan spatulanya, membiarkan Tias mengaduk bumbunya. Namun, jangan harap melepaskan tubuh sang kekasih. Dia memeluknya dari belakang, sambil sesekali ikut mengaduk. “Aku kesusahan bergerak, ih.” Tias menggerakkan tubuhnya agar dilepaskan oleh Ilham. “Kamu yang memintanya untuk di peluk,” bisik Ilham didekat telinga Tias. Wajah merah bersemu jingga menghiasi pipi Tias yang merona karena godaan dari Ilham tersebut. “Ih, siapa juga?” Akhirnya Tias mengalah untuk memberikan spatulanya kepada lelaki itu, sedangkan dirinya akan keluar dari dapur itu dan sebelum keluar melepas celemek dan di gantungkan kembali di gantungan. Setelah itu, Tias naik tangga menuju kamarnya. Ganti baju mungkin lebih baik. Mengenakan dres tidak cocok dengan gayanya. Namun, demi melihat perubahan
Terakhir Diperbarui : 2021-06-16 Baca selengkapnya