All Chapters of CEO Mencari Cinta: Chapter 211 - Chapter 220
273 Chapters
Pingsan
“Jangan menangis, aku tahu mas mengkhawatirkanku. Terima kasih sudah menjagaku. Aku minta maaf tidak bisa menjaga anak kita.” Tiar mengelus sang suami setelah menghabiskan makanan yang disupakan kepadanya. “Tidak usah disesali lagi, Sayang. Kita mulai dari awal.” Ilham mencium tangan istrinya dengan sangat dalam. “Mas, kapan boleh pulang. Aku nggak suka bau rumah sakit,” ucap Tias. “Kalau dokter membolehkan kamu pulang, baru kita pulang.” Tias manyun. Dia tidak ingin berada di rumah sakit. Satu-satunya tempat nyang membuatnya mual. “Kalau aku di sini terus, bukan malah sembuh tapi malah akan sakit lebih parah.” Ilham mengelus kepalanya sangat lembut kemudian beranjak meninggalkannya untuk menemui dokter terkait dengan keluahan istrinya. Tias semakin manyun karena Ilham meninggalkannya. Entah mengapa dia menangis karena hal itu. 
Read more
Posesifnya Ilham
Ilham semakin over protektif dengan Tias. Dia bahkan menyewa dua suster untuk menjaganya. Satu bertugas menyecek kesehatannya, yang satu bertugas untuk menjaganya dan mempersiapkan keperluannya. “Kalian jangan dengarkan suamiku. Dia suka berlebihan. Bawa kemari makanannya. Aku akan makan sendiri.” Suster Naina menggelengkan kepala. “Jangan, Nyonya.” Tuan Ilham memasang CCTV. Beliau akan mengecek setiap satu jam sekali. Saya tidak berani.” Tias manyun mendengarnya. “Nyonya, vitamin Anda.” Tias memutar bola matanya. “Bisakah kalian perlakukan aku jangan seperti orang sakit. Aku tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja.” Tapi Tias menurut saja, karena kasihan takut mereka berdua dipecat oleh sang suami. “Ya Tuhan, entah aku harus bersyukur atau marah. Suamiku yang dulu sangat cuek bebek dan ngeselin karena nyakitin. Suami yang sekarang sangat
Read more
Merindukanmu
Tias merasa ada yang aneh. Dia melihat mereka serius dari tadi bicara. Kenapa pula harus menjauh? Biasanya juga mereka berbicara di depannya? Apa sebenenarnya yang ingin disembunyikan oleh Ilham suaminya? Tidak berapalama, Ilham datang menghampiri. “Kenapa menjauh? Ada rahasia apa?” ucap Tias sambil memakan buah yang tadi sudah dikupaskan oleh Ilham. “Tidak ada apa-apa, Sayang. Jangan curigaan. Malam ini aku akan keluar kota. Paling untuk sehari atau dua hari. Tapi kalau kamu keberatan nggak masalah biarkan Adit yang mengurus. Aditia selalu dapat diandalkan.” Ilham menggenggam tangannya. “Pergilah, aku baik-baik saja. tapi hati-hati, ya?” Ilham mengangguk. Dia menemani Tias hingga malam tiba. Malam ini juga Ilham akan mencari sendiri Galih. Dia tidak akan membiarkan lelaki itu mendekati istrinya barang sebentar pun. Seperti rencananya, Ilham sudah menyusun strategi untuk mengakhiri Gal
Read more
Pecundang
Ilham sudah sampai dilokasi pengintaian. Dia sudah pikirkan masak-masak, tidak akan berbuat yang melebihi batasan. Rasanya begitu membuat darahnya mendidih melihat rupa Galih. Dia tidak melepaskan Tias tapi juga tidak memeluknya. Lihatlah dia? Dengan pongah memeluk beberapa wanita jalang. Ilham menyamar untuk masuk ke dalam lingkaran Galih. Dia menyamar dengan menggunakan wajah karet sehingga tidak akan ada yang tahu karena dia sudah membuat pingsan salah satu penjaga. “Kamu masih di sini? Bukannya waktunya ganti penjaga?” keluh seseorang yang bertato kalajengking di bagian punggung tangannya. “Ah, baiklah. Aku tadi ke toilet dulu.” Ilham sudah sampai di pintu ruangan milik Galih. Ya, dia tahu bahwa lelaki yang dilumpuhkan adalah penjaga pintu masuk kamar atau ruangan Galih. Dia menatap tajam ke arah Galih. Ingin rasanya mermukkan tulang belulangnya sekarang. Tapi tunggu, mungkin saja sebentar lagi. 
Read more
Kecurigaan Tias
“Farhan, aku punya seorang pasien untukmu. Buat dia hanya bisa duduk di kursi roda.” Ilham memutuskan sambungannya. Dia berjalan dan melangkahi beberapa orang yang tepar tergeletak. Tidak lama para polisi datang untuk membawa orang-orang tersebut. Sedangkan Ilham dan Adit langsung ke rumah. Ilham merasakan sedikit pusing karena memang beberapa hari tidak tidur menjaga istrinya. Dia mulai mengaktifkan ponselnya. Terlihat banyak pesan masuk dan juga telepon tentu dari sang istri. “Mas, aku nggak bisa bobok.” “Mas kamu di mana?” “Nggak aktif,” “Mas ....” Dan masih banyak lagi Ilham segera menelepon istrinya. Tapi tidak di angkat. Dia menjadi frustasi sendiri. Ilham melepar ponsel yang bermerek apel separuh itu ke dasbor mobilnya. Lelaki itu memijit kepalanya yang semakin berdenyut. Setelah itu memilih m
Read more
Galaunya Tias
Tias sudah lumayan bisa beraktivitas. Kendati belum bisa bergerak leluasa. Pagi ini dia memasak omelet untuk sarapan suaminya. “Hai, sudahlah. Jangan memakasakan diri.” Tias hanya diam. Dia sedikit marah sama suaminya. Dua hari meninggalkannya entah ke mana tanpa memberi tahu. Tidakkah dia mengerti, bahwa hati Tias sangat gelisah. “Lepaskan!” Tias melepaskan pelukakannya. “Hai, kenapa marah? Jangan cemberut, nanti cantiknya hilang.” Ilham duduk di meja dapur melihat istrinya sedang plating makanan. Dia terlihat terampil menata sandwic itu dengan hiasan fla yang terlihat menggiurkan. “Biarin! Mau aku secantik apa pun, suamiku tetap akan mengacuhkanku.” Jujur memang saat seperti ini wanita lebih sensitif. Ilham terkekeh mendengarnya. “Sudah berhenti saja kalau marah. Nggak usah dilanjutin. Aku minta maaf sudah meninggalkanmu. Mumpung libur, ayo jala
Read more
Pemanasan (21+)
“Ehem, sahabatnya dateng pantesan nggak disambut. Sedang mengganggu pasienku rupanya. Kamu memang rakus, Ham. Belum boleh istrimu diganggu. Minimal dua minggu pasca kuretrasi.” Ilham melepaskan pagutannya dan mengelus kepala belakangnya. “Tadi hanya pemanasan saja, Than. Nggak lebih, masa sarapan bibir juga nggak boleh, sih?” Nathan menonyor kepala Ilham. “Aku tahu otak Lo mesumnya kelewat. Tidak akan berhenti sampai menyapa bibir.” Ilham hanya nyengir kuda. Dia duduk kemudian membiarkan Nathan memeriksa sang istri. “Jangan mengambil kesempatan memegang istriku.” Nathan mendnegus kesal. “Lama-lama gue timpuk kamu. Cerewet banget, kamu kok kuat, Tias. Ngeladenin lelaki yang doyan ngomel ini? Bahkan dia lebih cerewet dari emak-emak komplek tukang sayur yang tiap pagi berhenti di depan rumahku.” Tias hanya tersenyum saja menanggapi keluhan Dokt
Read more
Permohonan Tias
“Mas, sebenarnya semalem kamu ngapain Galih?” tanya Tias saat suaminya menghampiri. “Hanya membuatnya tidak bisa berdiri bebas.” Ilham tersenyum nyengir kuda. "Tapi tetap saja kamu nggak boleh seperti itu, Mas.  Bagaimanapun Galih adalah seseorang yang pernah singgah di hatiku. Boleh nggak besok aku menjenguknya? Boleh ya, please tolong boleh.”  Tyas memandang wajah Ilham dengan penuh harap dia menginginkan agar suaminya itu mengabulkan permintaannya.  Mungkin terkesan permintaan itu sesuatu yang berlebihan namun bagaimanapun Galih pernah menjadi seseorang yang berharga dalam kehidupannya. Ilham memandang sayu wajah istrinyanya. “Baiklah Mas  memperbolehkan kamu mengunjunginya tapi dengan satu syarat,” tuntut Ilham.  “Kok pakai syarat?” Tias mengerucutkan bibirnya. “Iya dong, harus pakai sarat. Nggak ada
Read more
Rencana Jenguk Galih
Hari menjelang sore dia sudah rapi di depan kaca menunggu suaminya pulang kerja. Dia akan menjenguk Galih di di rumah sakit Angkatan Darat tempat Galih dirawat. Tias tidak akan bisa menjenguknya  Jika dia sendirian. Di sana  dijaga ketat, oleh aparat. Galih adalah tahanan. Tentu saja penjagaan ketat diberlakukan. Ilham menghubungi Tias untuk memastikan istrinya tersebut sudah siap. Mendengar dering ponsel, Tias langsung terkesiap menggeser tombol terima.  “Kok lama banget, Mas? Kamu banyak pkerjaan hari ini ya?” Tias menebak. Dia menghempaskan bokongnya di kasur empuknya. “Makanya aku telepon kamu, untuk memastikan kamu sudah siap atau belum, sayang.” Ilham menggapit telepon genggamnya sambil menata laptop dan barang-barangnnya. “Iya aku baru selesai mandi. Ini masih ganti pakaian.” Tias menunjukkan baju yang dia kenakan. Long dress warna hijau tosca dengan bunga-bunga.
Read more
Boom Waktu
Saat ini Ilham dan istrinya sudah rapi karena akan mengunjungi Galih.  Ilham menggandeng sang istri untuk masuk kedalam mobil tersebut. Dia menutup mobil setelahnya kemudian setengah berlari mengitari mobilnya untuk masuk ke ruang kemudi. Setelah duduk dengan rapi dan mengencangkan sabuk pengamannya lelaki berambut lurus itu mulai menyalakan mesin mobil dan menjalankan mobil tersebut. Lalu lintas malam ini ramai lancar dengan kecepatan maksimal 60 sampai 70 KM/jam  Sebenarnya tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah sakit angkatan darat dari rumah Ilham. Lelaki itu sesekali mengajak istrinya mengobrol untuk menghilangkan kejenuhan. Mereka sudah sampai di rumah sakit tersebut. Para penjaga yang notabennya dari pihak kepolisian tentu sudah sangat hafal dengan wajah dari Ilham yang memang anaknya Jenderal pada masa dulu.  Setelah sedikit negoisasi, maka Tias dan Ilham diperbolehkan untuk menjenguk Galih. Lelaki itu terlihat m
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
28
DMCA.com Protection Status