“Mas, sebenarnya semalem kamu ngapain Galih?” tanya Tias saat suaminya menghampiri.
“Hanya membuatnya tidak bisa berdiri bebas.” Ilham tersenyum nyengir kuda.
"Tapi tetap saja kamu nggak boleh seperti itu, Mas. Bagaimanapun Galih adalah seseorang yang pernah singgah di hatiku. Boleh nggak besok aku menjenguknya? Boleh ya, please tolong boleh.” Tyas memandang wajah Ilham dengan penuh harap dia menginginkan agar suaminya itu mengabulkan permintaannya. Mungkin terkesan permintaan itu sesuatu yang berlebihan namun bagaimanapun Galih pernah menjadi seseorang yang berharga dalam kehidupannya. Ilham memandang sayu wajah istrinyanya.
“Baiklah Mas memperbolehkan kamu mengunjunginya tapi dengan satu syarat,” tuntut Ilham.
“Kok pakai syarat?” Tias mengerucutkan bibirnya.
“Iya dong, harus pakai sarat. Nggak ada
Hari menjelang sore dia sudah rapi di depan kaca menunggu suaminya pulang kerja. Dia akan menjenguk Galih di di rumah sakit Angkatan Darat tempat Galih dirawat. Tias tidak akan bisa menjenguknya Jika dia sendirian. Di sana dijaga ketat, oleh aparat. Galih adalah tahanan. Tentu saja penjagaan ketat diberlakukan. Ilham menghubungi Tias untuk memastikan istrinya tersebut sudah siap. Mendengar dering ponsel, Tias langsung terkesiap menggeser tombol terima.“Kok lama banget, Mas? Kamu banyak pkerjaan hari ini ya?” Tias menebak. Dia menghempaskan bokongnya di kasur empuknya.“Makanya aku telepon kamu, untuk memastikan kamu sudah siap atau belum, sayang.” Ilham menggapit telepon genggamnya sambil menata laptop dan barang-barangnnya.“Iya aku baru selesai mandi. Ini masih ganti pakaian.” Tias menunjukkan baju yang dia kenakan. Long dress warna hijau tosca dengan bunga-bunga.
Saat ini Ilham dan istrinya sudah rapi karena akan mengunjungi Galih. Ilham menggandeng sang istri untuk masuk kedalam mobil tersebut. Dia menutup mobil setelahnya kemudian setengah berlari mengitari mobilnya untuk masuk ke ruang kemudi. Setelah duduk dengan rapi dan mengencangkan sabuk pengamannya lelaki berambut lurus itu mulai menyalakan mesin mobil dan menjalankan mobil tersebut. Lalu lintas malam ini ramai lancar dengan kecepatan maksimal 60 sampai 70 KM/jamSebenarnya tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah sakit angkatan darat dari rumah Ilham. Lelaki itu sesekali mengajak istrinya mengobrol untuk menghilangkan kejenuhan. Mereka sudah sampai di rumah sakit tersebut. Para penjaga yang notabennya dari pihak kepolisian tentu sudah sangat hafal dengan wajah dari Ilham yang memang anaknya Jenderal pada masa dulu.Setelah sedikit negoisasi, maka Tias dan Ilham diperbolehkan untuk menjenguk Galih. Lelaki itu terlihat m
“Tias aku yang salah. Memang bukan kamu yang mandul tetapi, aku yang mandul aku terlalu dibutakan oleh kemolekan tubuh dari Milea dan ternyata anak dalam kandungannya itu , bukan anakku. Aku menyesal, Tias.” Tias melepaskan cekalan tangan Galih.“Bagaimana pun kau sudah tidur dengannya, Bang. Terima dia, bukankah kau ingin anak? dan kau mendapatkan paket komplit istri dan anak dari dia.” Tias menatap tajam ke arah Galih.“Aku tidak yakin milea masih mau denganku, dengan keadaan aku yang cacat seperti ini.” Ada rasa iba menyusup ke relung hati Tias.“Berjuanglah aku pernah berjuang dan gagal maka berjuanglah. Kau akan mengerti artinya perjuangan. Lupakan aku dan kita hidup masing-masing. Sudah ada istri yang ada di dekatmu. Cintai dia jangan pernah sia-siakan dia. Aku permisi. Galih berteriak memanggil nama Tias, namun wanita itu bergeming dan pergi. Galih
Malam ini kebahagiaan menjadi milik mereka berdua. Setelah nyanyian itu selesai, maka Ilham mengangkat tubuh istrinya ala pengantin baru. Sekalian dia pesan hotel yang ada di restoran tersebut. Rupanya dia sudah merencanakan untuk malam ini, agar mereka menginap di hotel. Itung-itung nostalgia saat bulan madu. Ilham meminta istrinya menempelkan kartu tersebut ke pintu kamar hotel sehingga terdengar cicitan yang menandakan kunci dari pintu tersebut telah terbuka. Tias menekan handle pintu dan Galih menendangnya dengan kaki kanannya untuk membuka. Maka terbukalah pintu tersebut sehingga mereka dapat masuk.Ilham meletakkan tubuh sang istri di atas tempat tidur tersebut. Setelah membelai wajahnya sekejap, mencium bibirnya dengan sangat mesra, kemudian setelah itu meninggalkannya untuk masuk ke kamar mandi. Muingkin akan lebih percaya diri bercinta jika dirinya sudah bersih dan wangi. Oleh sebab itu, saat itu Ilham melakukan ritual mandinya. Ilham
Satu lenguhan panjang menandakan mereka akhirnya pelepasan pertama. Walau tentu saja kurang mencapai klimaks karena Ilham mengenakan helm pengaman. Satu kecupan mesra sebagai tanda terima kasih diberikan kepada Tias.Ilham tahu bahwa istrinya itu kurang puas. Terlihat dari wajahnya.“Maafkan aku, Sayang. Nanti setelah kata dokter kamu aman untuk hamil lagi. Kita akan melakukannya tanpa pengaman.” Ilham memeluk sang istri yang masih polos.“Iya tidak apa-apa.” Bibir Tias boleh bilang tidak apa-apa, tapi tanpa sunggingan senyuman, Ilham tahu bahwa wanitanya itu kecewa.“Senyum, dong. Nah, begitu. Senyummu selalu membuatku melayang. Jadi pengen lagi, deh.” Tias mencubit pinggang sang suami sehingga suaminya tersebut mengaduh. Sebenarnya hanya karena manja saja.“I love you, Sayang.” Ilham mengu
Tias dan Ilham berada di balkon hotel tersebut menikmati secangkir kopi dan teh lemon kesukaan. Tias serta beberapa cemilan saat sore hari ini, menatap lembayung senja yang mulai menjingga. seakan menjadikan sore itu karunia yang tidak dapat dielakan. Burung-burung mulai terbang pulang ke sarangnya. Terlihat senja itu sangat indah.“Sayang, sudah sehari semalam, kita di sini. mau pulang atau masih betah di sini?” ucap Ilham masih betah memeluk tubuh sang istri.“Aku pengen pulang, Mas sebenarnya. Kamu sendiri?” Tias menyenderkan kepalanya di dada sang suami.“Aku, sih. Di manapun berada, kalau sama kamu, nggak masalah.” Ilham terkekeh dan mengedipkan satu matanya Ketika berpapasn dengan mata sang istri. Tias bangkit dan melepaskan pelukansuaminya kemudian berjalan menuju ke arah teralis. Kedua tangannya memegang pagar pembatas. Matahari sudah tenggel
Pihak kepolisian melakukan identifikasi, dari mana lelaki berjas putih yang pura-pura jadi dokter itu bisa masuk ke area terlarang. Larikan yang pria itu masuki adalah bagian dari rumah sakit bagi tahanan.Galih menyeringai melihat kepanikan dari orang-orang berseragam coklat tersebut. Dia pura-pura memejamkan matanya pura,-pura tidak mengetahui apa yang terjadi.“Bangun!” Polisi itu mengguncang tubuh Galih. Galih pura-pura bodoh untuk menutupi perbuatannya. “Apa kau mengetahui, siapa yang tadi baru masuk ke kamarmu?” tanya polisi tersebut.“Tidak ada orang lai, kecuali dokter dan para perawat.” Galih hanya memasang wajah bodohnya.“Jangan bohong!” Lelaki itu bersikap kasar.“Kau mau membunuhku juga, aku tetap bilang apa yang ku ketahui.” Galih memandang nyalang kea rah lelaki berseragam itu.“Sudahlah, sepertinya dia juga tidak tahu.”
Saat ini Tias sedang berada di balkon karena Ilham tidak memperbolehkan dia keluar sedangkan Ilham sendiri sedang bekerja. Matahari sednag terik dengan tanda, fatamorgana berkerlip di depan sana. Tias memicingkan mata, melihat sekelebat orang yang entah dari mana datangnya.“Siapa itu?” Tias mengerutkan keningnya tapi tidak ada jawaban apa pun. Tias ambil stik golf yang ada di pojokan. Sepertinya, harus siap tempur jika seorang tersebut memang bermaksud jahat dengannya. Dia berjalan keluar dari ruangannya, maksudnya dari dalam kamarnya.“Siapa itu?” Masih juga belum ada tanda-tanda orang Bang yang iya berjalan mengendap-endap keluar dari kamarnya.“Mas, tadi lihat orang masuk kamarku, nggak?” Tias ketemu dengan bodyguardnya.“Tidak Nyonya Bos. Saya berjaga di Sini dari tadi tidak ada.” Tias mengangguk sete
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h