Share

Bab 48

l

"Ceritanya bagaimana, Mey? Kok, sampai Umi dibawa ke rumah sakit?" Abah bertanya padaku, karena Umi hanya menangis tanpa bicara sejak kedatangan beliau.

Mas Rahman hanya mengabari Abah, kalau Umi dilarikan ke rumah sakit, tanpa menjelaskan kronologinya. Kini aku harus menceritakan kejadian sebenarnya, termasuk diagnosa dokter.

"Padahal waktu Abah tinggal, Umimu baik-baik saja. Memang dia sedikit murung gara-gara masalah dengan Anita, tapi kupikir tidak akan berpengaruh pada kesehatannya." Ada nada sesal dalam suara beliau.

"Umi lagi banyak pikiran, Bah. Umi butuh teman bicara, butuh tempat bersandar, tapi Abah justru tidak ada saat Umi butuhkan," ucapku berusaha memancing reaksi mertuaku itu.

"Hhhh!" Abah mengembuskan nafas kasar, lalu meraup wajahnya kemudian menatap Umi dalam-dalam.

"Abah kan, harus kerja, Mi. Harus ceramah sana-sini, nggak mungkin menemani Umi dua puluh empat jam. Umi kalau butu teman bicara, ngomong sama Mey saja. Kalian sama-sama perempuan, pasti bisa sali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status