Share

Bab 42

Hampir sebulan aku menjadi istri Mas Rahman, tapi hubunganku dengan Umi tidak kunjung membaik. Wanita itu masih sinis dan ketus padaku, apalagi kalau Mas Rahman pergi. Sikap Umi makin menjadi. Tapi aku berusaha bersikap sabar, dengan selalu mengalah dan menghindari konflik dengan Umi.

"Batu saja bisa terkikis kalau ditetesi air setiap hari, apalagi hati manusia. Kamu nggak usah terpancing emosi, ngalah saja. Lama-lama Umi bakal capek sendiri, dan tak lagi mengusik kamu. Yang penting kita bahagia, anggap saja kebencian Umi sebagai ujian pernikahan kita." Begitu nasehat Mas Rahman saat aku adukan kelakuan umi nya.

Sebenarnya aku ingin bekerja agar tidak banyak berinteraksi dengan Umi, tapi Mas Rahman melarang. Sebaiknya punya usaha sendiri, daripada bekerja pada orang lain.

"Nanti lah. Aku pikir-pikir dulu usaha apa yang cocok buat kamu," ucap Mas Rahman kala itu, tapi sampai sekarang belum ketemu idenya.

Sementara ini untuk menghilangkan kejenuhan, aku suka membantu Mbok Nah memasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status