Share

Bab 44

Entah bagaimana cara Abah membujuk Umi, wanita itu akhirnya menyetujui rencana kami untuk menggelar resepsi, meski setengah hati. Tapi setengah hatinya Umi tetap saja all out. Dia mana mau menggelar acara spesial anaknya asal-asalan? Harus mewah meriah dan berkesan.

"Rahman itu anak tunggal, orang tuanya terpandang, secara ekonomi juga mapan. Apa kata orang nanti, kalau ngunduh mantunya hanya sederhana. Kita bikin acara besar, atau tidak sama sekali!" Ultimatum Umi ketika kami membahas acara resepsi.

"Buat apa, sih, Mi? Buang-buang uang saja, lebih baik uangnya disimpan untuk kebutuhan yang lain," kata Mas Rahman mencoba memberi pengertian Umi, karena Mas Rahman berencana membiayai sendiri resepsi pernikahan kami. Mas Rahman rela menggunakan semua tabungannya demi resepsi kami, dia ingin semua orang tahu kalau kami sudah menikah, dan tak lagi kesalah pahaman apalagi fitnah.

"Nggak! Pokoknya kita harus menggelar pesta besar-besaran, titik! Kalau kalian nggak ribet, biar Umi yang uru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status