(Bukan Cerita Perselingkuhan) Rachel benar benar tidak menyangka, malam pertama yang ia kira akan membuatnya bahagia berakhir mengerikan. Cacian, hingga berakhir pelecehan ia terima dari satu satunya laki laki di dunia yang ia cintai. Sementara David sendiri tak menyangka, sang istri, Rachel yang ia kira sudah mengkhianatinya, hingga membuatnya memperlakukannya dengan buruk ternyata masih suci. Malam petaka itu benar benar mebuat mereka menyesal. Namun, penyesalan mereka benar benar berbeda. Rachel yang menyesal karena telah mencintai laki laki sekejam David, sementara David yang menyesal tidak mempercayai Rachel. Saat cinta yang dimiliki Rachel lenyap, maka cinta yang dimiliki David semakin kuat. Sayangnya, semuanya sudah terlambat. Rachel terlanjur pergi, meninggalkan David dengan segala penyesalan, dan cintanya yang perlahan menggerogoti. Mampukan David mendapatkan cinta Rachel kembali, sementara Rachel sendiri sudah tak lagi mempercayai cinta?
Voir plus["Aku masih ada urusan di kantor."]
Rachel menatap pesan yang dikirimkan oleh sang suami. Senyum yang sedari tadi membingkai wajahnya perlahan menyurut. Matanya mau tak mau menatap ranjangnya yang sudah dihiasi dengan bunga mawar berbentuk hati.
"Ini bukan apa-apa. David pasti tidak memiliki maksud lain," gumamnya mengingat hari ini harusnya malam pertama mereka.
Ya, mereka baru saja menyelenggarakan pernikahan. Meskipun bukan pernikahan besar, tapi tetap saja mereka baru saja menikah.
Tangannya dengan hati-hati mengetik pesan balasan. Menunjukan perhatiannya pada sang suami, berharap sang suami tahu, meskipun pernikahan mereka dilandasi perjodohan, ia benar-benar memiliki perasaan untuknya.
"Yah, aku akan membersihkan kamar ini. Pasti David akan menganggap konyol kamar ini jika kembali," gumamnya saat melihat hiasan-hiasan khas kamar pengantin.
David hanyalah laki-laki kaku. Bahkan, ia tak tahu alasan apa yang membuat David menyetujui perjodohan ini.
Selama ini, David tak pernah sekali pun menunjukan tanda-tanda jika laki-laki itu memiliki perasaan padanya. Sebaliknya, ia yang sudah mengenal David sejak kecil, memendam perasaan untuk laki-laki itu.
Namun, ia yang tahu siapa dirinya, dan siapa David memilih sadar diri. la hanya anak yatim piatu, yang tinggal bersama bibinya yang kebetulan dulu pernah menolong David.
Yang tak ia sangka, di akhir kehidupan sang bibi, beliau malah meminta hal yang tak akan pernah berani ia pikirkan.
Sang bibi meminta David untuk menikahinya. Melindunginya, dan memberinya sebuah keluarga.
Rachel yang awalnya ingin menolak malah dibuat terkejut dengan tanggapan David yang dengan mudahnya setuju.
Tapi mungkin, Rachel berharap terlalu banyak. Pada akhirnya, David menganggapnya seolah ada dan tiada. Pria itu bahkan meninggalkannya di malam pertama mereka.
Rachel tidak tahu ia menunggu berapa lama, tapi saat pintu kamarnya diketuk, cahaya matahari sudah nampak jelas dari balkon.
Ia spontan melihat sisi ranjang di sebelahnya yang terlihat rapi. "Dia tidak kembali?" gumamnya, entah mengapa merasa tidak nyaman.
Tok ... Tok ...
Mendengar suara ketukan kembali membuat Rachel sadar. la usap wajahnya, mencoba menutupi perasaan sedih yang sulit sekali ia tutupi.
"Mungkin David kelelahan dan tidur di kantor," gumamnya sebelum bangkit.
Sementara di luar, terlihat salah satu pelayan yang mengetuk pintu itu sedikit mendumel. Meskipun mereka tahu Rachel istri David saat ini, tapi sikap beberapa pelayan tampak tetap sama. Mereka sama sekali tak memiliki rasa hormat karena menganggap Rachel terlalu rendah untuk seorang David yang dikagumi semua orang.
"Apa ada sesuatu?" tanya Rachel saat melihat wajah asisten rumah tangga terlihat tak enak dilihat.
Sang asisten rumah tangga yang melihat kemunculan Rachel dengan cepat mengubah wajah. Meskipun mereka tidak menyukai Rachel, mereka hanya akan menggunjingnya di belakang.
"Nyonya, sekarang waktunya sarapan," jelas sang asisten yang membuat Rachel menganggukkan kepala.
"Ya, kau kembalilah. Aku akan bersiap dulu," ujar Rachel sopan.
Asisten rumah tangga itu menganggukkan kepala. Saat melihat Rachel menutup pintu, ekspresinya kembali terlihat jelek.
"Ck, hanya wanita yang ditinggalkan, tapi dia berani bertingkah seperti seorang nyonya," cibir pelayan itu. "Jika bukan karena bibinya, Tuan pasti tidak sudi menikahinya. Dasar keluarga lintah," sinisnya sebelum berbalik untuk kembali ke dapur.
Ruang makan itu terlihat sepi. Meja panjang yang dipenuhi berbagai hidangan itu terlihat menggugah selera. Hanya saja, Rachel yang sedang duduk di sana tampak kehilangan nafsu makannya.
"Kau harus terbiasa," gumam Rachel mencoba menyemangati diri sendiri.
Tak lama kemudian, Thomas, kepala pelayan di mansion itu hendak mendekat. Ia ingin menjelaskan tugas-tugas sang majikan setelah menjadi istri dari David Mahendra.
Namun, tiba-tiba sosok wanita cantik yang sering berkunjung ke mansion itu, mendadak muncul.
"Kak Rachel," panggil wanita itu lembut.
Rachel yang baru saja menyelesaikan makannya itu mendongak dan mengerutkan kening saat melihat wajah asing di depannya.
"Kau mengenalku?" tanya Rachel bingung.
Clarisa tersenyum. la mendekat, kemudian menarik kursi seakan tindakannya itu benar-benar biasa.
Rachel yang melihatnya bahkan dibuat sedikit tak nyaman.
"Kita belum saling mengenal, tapi aku mengenal Kak Rachel," ujarnya dengan senyum lebar. Senyum yang entah mengapa membuat Rachel merasa jika senyum itu hanyalah senyum palsu.
"Oh ya?"
"Ya, Kak Rachel adalah istri Kak David," ujar Clarisa yang semakin membuat Rachel tersenyum kaku.
"Aku Clarisa. Maaf, kemarin aku tidak bisa datang ke pernikahan kalian. Jadi, sebagai gantinya, aku datang ke mansion Kakak. Oh ya, di mana Kak David? Kenapa dia tidak ada di sini?" tanya Clarisa yang menatap sekeliling dengan bingung.
Rachel yang semakin merasa tak nyaman dengan pertanyaan Clarisa itu tampak kikuk. la tak mengenal Clarisa, tapi melihat bagaimana Clarisa memanggil nama suaminya, dan bagaimana tindakan Clarisa yang tampak akrab dengan lingkungan tempat tinggal David membuatnya merasa aneh.
"Itu, David masih di kantor," jawab Rachel mencoba terlihat biasa-biasa saja.
Thomas yang baru saja hendak menjawab di mana posisi David saat ini menutup mulutnya. Matanya mau tak mau menatap Rachel dengan perasaan iba.
"Ya Tuhan, aku lupa. Kak David sekarang berada di negara M. Salah satu cabang perusahaan Kak David mengalami kebakaran," ujar Clarisa seakan-akan tidak mendengar jawaban dari Rachel, bahkan dia memukul kepalanya dengan berlebihan.
Sedangkan Rachel sendiri mau tak mau terdiam. Matanya menatap Clarisa yang tampak menertawakan sifat pelupanya. Tapi entah mengapa, saat ia melihat Clarisa tertawa, ia seakan melihat gadis itu sedang menertawakan ketidaktahuannya. Atau ini hanya perasaannya saja?
"Eh, tadi Kak Rachel bilang apa? Maaf, aku tidak mendengarnya," ujar Clarisa dengan ekspresi polos. Ekspresi yang membuat Rachel merasa semakin malu.
"Tidak, bukan apa-apa. Maaf, aku harus kembali ke kamar. Masih ada hal yang harus aku kerjakan," ujar Rachel memilih bangkit meninggalkan Clarisa yang menatapnya dengan dalam. Namun, dengan cepat, tatapannya berubah menjadi polos dan tampak kebingungan.
"Oh, ya ya, Kak Rachel bisa kembali ke kamar. Aku akan bermain sebentar di sini."
Jawaban Clarisa semakin membuat tubuh Rachel kaku.
Drt ... Drt ...Suara getaran ponsel membuat Rachel yang tertidur mengerutkan kening. Ia merasa tempat tidurnya benar benar nyaman."Engh," lenguhnya berusaha menggerakkan tubuh.Hanya saja, saat ia bergerak, saat itu juga ia sadar jika ia dipeluk seseorang. Matanya mau tak mau melebar."Bukankah semalam aku tidur di kursi?" gumamnya masih ingat jika ia tertidur saat mengelus dada David."Tapi ... kenapa?" gumamnya bingung.Ia menolehkan kepala, di sana ia melihat wajah lelap David yang perlahan mulai mengerjapkan mata."Kau sudah bangun?" tanya David dengan suara sangau.Rachel membeku. Ia benar benar tidak tahu harus bersikap seperti apa. Lebih lebih, ia merasa jika David sama sekali tak terkejut dengan posisi mereka saat ini."Kau ... kau yang membawaku ke sini?" tanyanya dengan gagap.David yang sudah bisa menyesuaikan cahaya yang pelan pelan masuk lewat celah jendela itu menatap Rachel sam
Ceklek! Langkah kaki Rachel terhenti. Wajah lelahnya berubah menjadi senyuman. Di atas ranjang rumah sakit, ia melihat sosok David yang tertidur dengan memeluk Amanda. Sementara tangannya yang masih terinfus tampak menggantung. "Kenapa kau tidur di ranjang ini? bukankah kau masih harus melakukan perawatan," bisiknya pelan dan mulai menutup pintu. la mengangkat tangannya, meletakkan tangan David dengan hati hati. Sayangnya, saat ia menyentuh tangan David, mata David yang terpejam tiba tiba terbuka. Sejenak, dunia seakan akan berhenti, mata mereka saling tatap. "Engh," lenguhan Amanda sekaligus gerakan Amanda yang merangkul pinggang David membuat mereka berdua yang saling tatap akhirnya sama sama membuang wajah. Rachel yang merasa malu dan pipinya terasa panas itu benar benar merasa malu. Begitu pula dengan David. Leher, dan telinga laki laki itu memerah. "Ekhm
Sarah, istrinya adalah wanita paling pengertian. Wanita yang paling mengertinya, dan wanita yang membuatnya merasa paling beruntung karena memiliki istri patuh sepertinya."Apa pernah sekali saja kau memperlakukanku sebagai istrimu?" tanya Sarah dingin. Namun, air matanya terus mengalir."Apa maksudmu? Apa perlakukanku selama ini buruk? Aku bahkan memastikan semua kebutuhamu. Aku mencukupi semua kebutuhan lahir bathin mu."Lagi lagi sarah tertawa. Dia menertawakan dirinya. "Sudah berapa tahun kita menikah?" tanya Sarah lagi."Tiga belas tahun.""Lalu, berapa kali kita benar benar menghabiskan waktu seperti keluarga dalam tiga belas tahun itu?""Sarah, kau tahu kan, pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan. Kau harusnya mengerti.""Ya, aku sangat sangat amat mengerti. Tapi kau, pernahkan kau mengerti tentang aku? Pernahkah sekali pun kau menanyakan apa keinginanku dan anak anak?"Tubuh Sarah bergetar. Ali yang melihat
Ceklek!Senyum di wajah Ali membeku. Matanya menyipit saat ia melihat ada laki laki lain di rumahnya, bukan hanya itu, Xander, putra bungsungnya juga tampak tiduran di atas paha laki laki asing itu."Aku sudah menyiapkan makanan untukmu, kau makanlah, biar Xander_ Ali?"Kata kata Sarah terhenti. Matanya menatap ke arah pintu, di mana di sana ada soosk Ali yang menatap dingin ke arahnya.Jantungnya berdegup dengan kencang. Namun, wajahnya tetap terlihat tenang. Mattew, laki laki yang memangku Xander itu menolehkan kepala. Dahinya berkerut saat melihat kemunculan Ali."Apa dia suamimu?" tanya Mattew dingin.Sarah yang medengar itu menganggukkan kepala kaku. Sementara Xander yang tertidur itu sama sekali tak terusik, berbeda dengan tiga orang dewasa yang saling melemparkan tatapan itu."Siapa kau?" tanya Ali dingin.Mattew yang mendengar itu tersenyum sinis. Matanya menatap Ali, laki laki bajingan yang sudah menela
"Sayang, kenapa kau menangis?" tanya David tampak khawatir.Ia bahkan berusaha menyentuh pipi Amanda, tapi, Amanda dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tak membiarkan David menyentuhnya."Amanda?" David yang melihat tangannya menggantung ke udara tertegun.la tatap Amanda lagi yang menangis sambil menutup wajahnya. Ia merasa, ada yang tidak beres dengan putrinya.Matanya mau tak mau melirik ke arah Violet, memuat Violet yang melihat reaksi Amanda pada David hanya bisa menggelengkan kepala."Sayang, apa kau marah dengan Papa?" tanya David lembut.Namun, Amanda masih tidak memberinya tanggapan apa pun.Anak itu masih menangis, membuat perasaan David semakin kacau.Karl yang juga merasa ada yang tidak beres dengan Amanda itu mengerutkan kening. Meskipun ia hanya asisten Jordan, tapi ia memahami apa yang terjadi dengan Amanda saat ini. Lebih lebih, jika tidak salah ingat, tuan mudanya juga memi
Sementara di dalam bangsal, David yang sudah bisa duduk itu menatap layar TV dengan pandangan tegas. Di sana, ia melihat sosok Rachel yang sedang memotong pita."Jadi, selama aku sakit kau yang menggantikanku," gumamnya masih tidak bisa percaya.Wajahnya yang pucat tiba tiba dihiasi senyuman. Tangannya memegang dadanya, di mana bekas oprasi masih bisa ia rasakan.Jordan yang baru saja masuk ke dalam ruag rawatnya mengerutkan kening saat melihat David yang tak kembali istirahat, dan malah menontin Tv."Apa yang kau lakukan? seharusnya kau tidur," tegurya dengan alis berkerut.David yang mendengar teguran itu menolehkan kepala.Wajahnya terlihat sama sekali tak peduli. Ia hanya memberikan lirikan sejenak, kemudian kembali menatap layar TV, di mana mereka sedang rame ramenya membicarakan Rachel."Kau benar benar keras kepala," celetuk Jordan kesal sendiri.Asisten Jordan yang berdiri di belakang Jordan juga diam di
"Saya benar benar tidak menyangka, proyek ini harus dipegang oleh orang yang benar benar tidak memiliki pengalaman apa pun," cibir mereka yang sama sekali tidak dipedulikan Rachel. "Ya, memang terkadang orang akan selalu silau dengan kekuasaan, sampai sampai melupakan dari mana asal mereka," tambah yang lain yang membuat beberapa orang tertawa dan menatap Rachel penuh cemooh. "Kita tunggu saja, lihatlah, sampai berapa lama proyek ini akan berjalan, aku benar benar akan tertawa paling keras jika proyek ini hancur." "Benar saja, aku juga akan melakukannya. Selain itu, jika proyek ini hancur, aku ingin melihat, apa wanita itu masih memiliki wajah. Bagaimana dia akan menutupi kerugian yang dilakukannya nanti? Hanya laki laki bodoh seperti tuan David yang memilih menikah dengan wanita tanpa latar belakang seperti dia," cibirnya yang membuat merek semua mengangguk. "Benar. jika tuan David memang mengingink
"Nyonya, saya tahu, anda memang memiliki hak penuh untuk menggantikan tuan David melanjutkan proyek ini. Tapi, anda juga harus tahu, proyek ini bukanlah proyek kecil. Sekali anda melakukan kesalahan, maka seluruh perusahaan akan mendapatkan imbasnya," ujar salah satu orang yang bertanggung jawab untuk mengurus proyek di Ital itu. Rachel hanya memasang wajah datar. Selain karena lelah, ia juga cukup muak terus terusan menghadapi sikap orang orang yang selalu menatapnya seakan ia tak bisa dipercaya. Sementara Ali hanya memasang wajah tenang. Matanya menatap laki laki di depannya seperti orang bodoh. Ia tahu, reaksi pertama kali orang orang saat berhadapan dengan Rachel akan seperti ini. dan mereka, akan memiliki hasil yang sama saat Rachel mulai membuka mulutnya. Yaitu tertampar. "Kalau bukan saya yang menggantikan David, apa kau memiliki kandidat lain?" tanya Rachel dingin. Septian, laki laki yang sedang berdiri di depan Rac
Dua hari berlalu. Rachel benar benar menghabiskan waktu untuk turun ke perusahaan cabang satu ke perusahaan cabang lainnya.Wajahnya terlihat benar benar lelah. Bahkan, ia benar benar lupa untuk menghubungi Violet, atau pun menanyakan tentang keadaan David.Riuh tepuk tangan membuat Rachel yang duduk di podium itu tersenyum tipis. Setelah itu, ia turun dari panggung dan memilih langsung masuk ke kamar yang sudah ia pesan. Ia benar benar kelelahan.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat Rachel yang baru saja hendak merebahkan punggungnya di kasur itu memejamkan mata kesal."Ya Tuhan, apa mereka benar benar berpikir jika aku hanyalah robot," gumamnya benar benar kesal.Namun, sekesal apa pun dirinya, ia tetap harus membukakan pintu, dan melihat gerangan siapa yang mengganggunya."Nyonya," sapa Ali saat melihat wajah Rachel yang kelelahan muncul saat pintu terbuka.Rachel yang melihat Ali itu mengangkat sebela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires