Sementara di dalam bangsal, David yang sudah bisa duduk itu menatap layar TV dengan pandangan tegas. Di sana, ia melihat sosok Rachel yang sedang memotong pita.
"Jadi, selama aku sakit kau yang menggantikanku," gumamnya masih tidak bisa percaya.Wajahnya yang pucat tiba tiba dihiasi senyuman. Tangannya memegang dadanya, di mana bekas oprasi masih bisa ia rasakan.Jordan yang baru saja masuk ke dalam ruag rawatnya mengerutkan kening saat melihat David yang tak kembali istirahat, dan malah menontin Tv."Apa yang kau lakukan? seharusnya kau tidur," tegurya dengan alis berkerut.David yang mendengar teguran itu menolehkan kepala.Wajahnya terlihat sama sekali tak peduli. Ia hanya memberikan lirikan sejenak, kemudian kembali menatap layar TV, di mana mereka sedang rame ramenya membicarakan Rachel."Kau benar benar keras kepala," celetuk Jordan kesal sendiri.Asisten Jordan yang berdiri di belakang Jordan juga diam di"Sayang, kenapa kau menangis?" tanya David tampak khawatir.Ia bahkan berusaha menyentuh pipi Amanda, tapi, Amanda dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tak membiarkan David menyentuhnya."Amanda?" David yang melihat tangannya menggantung ke udara tertegun.la tatap Amanda lagi yang menangis sambil menutup wajahnya. Ia merasa, ada yang tidak beres dengan putrinya.Matanya mau tak mau melirik ke arah Violet, memuat Violet yang melihat reaksi Amanda pada David hanya bisa menggelengkan kepala."Sayang, apa kau marah dengan Papa?" tanya David lembut.Namun, Amanda masih tidak memberinya tanggapan apa pun.Anak itu masih menangis, membuat perasaan David semakin kacau.Karl yang juga merasa ada yang tidak beres dengan Amanda itu mengerutkan kening. Meskipun ia hanya asisten Jordan, tapi ia memahami apa yang terjadi dengan Amanda saat ini. Lebih lebih, jika tidak salah ingat, tuan mudanya juga memi
Ceklek!Senyum di wajah Ali membeku. Matanya menyipit saat ia melihat ada laki laki lain di rumahnya, bukan hanya itu, Xander, putra bungsungnya juga tampak tiduran di atas paha laki laki asing itu."Aku sudah menyiapkan makanan untukmu, kau makanlah, biar Xander_ Ali?"Kata kata Sarah terhenti. Matanya menatap ke arah pintu, di mana di sana ada soosk Ali yang menatap dingin ke arahnya.Jantungnya berdegup dengan kencang. Namun, wajahnya tetap terlihat tenang. Mattew, laki laki yang memangku Xander itu menolehkan kepala. Dahinya berkerut saat melihat kemunculan Ali."Apa dia suamimu?" tanya Mattew dingin.Sarah yang medengar itu menganggukkan kepala kaku. Sementara Xander yang tertidur itu sama sekali tak terusik, berbeda dengan tiga orang dewasa yang saling melemparkan tatapan itu."Siapa kau?" tanya Ali dingin.Mattew yang mendengar itu tersenyum sinis. Matanya menatap Ali, laki laki bajingan yang sudah menela
Sarah, istrinya adalah wanita paling pengertian. Wanita yang paling mengertinya, dan wanita yang membuatnya merasa paling beruntung karena memiliki istri patuh sepertinya."Apa pernah sekali saja kau memperlakukanku sebagai istrimu?" tanya Sarah dingin. Namun, air matanya terus mengalir."Apa maksudmu? Apa perlakukanku selama ini buruk? Aku bahkan memastikan semua kebutuhamu. Aku mencukupi semua kebutuhan lahir bathin mu."Lagi lagi sarah tertawa. Dia menertawakan dirinya. "Sudah berapa tahun kita menikah?" tanya Sarah lagi."Tiga belas tahun.""Lalu, berapa kali kita benar benar menghabiskan waktu seperti keluarga dalam tiga belas tahun itu?""Sarah, kau tahu kan, pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan. Kau harusnya mengerti.""Ya, aku sangat sangat amat mengerti. Tapi kau, pernahkan kau mengerti tentang aku? Pernahkah sekali pun kau menanyakan apa keinginanku dan anak anak?"Tubuh Sarah bergetar. Ali yang melihat
Ceklek! Langkah kaki Rachel terhenti. Wajah lelahnya berubah menjadi senyuman. Di atas ranjang rumah sakit, ia melihat sosok David yang tertidur dengan memeluk Amanda. Sementara tangannya yang masih terinfus tampak menggantung. "Kenapa kau tidur di ranjang ini? bukankah kau masih harus melakukan perawatan," bisiknya pelan dan mulai menutup pintu. la mengangkat tangannya, meletakkan tangan David dengan hati hati. Sayangnya, saat ia menyentuh tangan David, mata David yang terpejam tiba tiba terbuka. Sejenak, dunia seakan akan berhenti, mata mereka saling tatap. "Engh," lenguhan Amanda sekaligus gerakan Amanda yang merangkul pinggang David membuat mereka berdua yang saling tatap akhirnya sama sama membuang wajah. Rachel yang merasa malu dan pipinya terasa panas itu benar benar merasa malu. Begitu pula dengan David. Leher, dan telinga laki laki itu memerah. "Ekhm
["Aku masih ada urusan di kantor."]Rachel menatap pesan yang dikirimkan oleh sang suami. Senyum yang sedari tadi membingkai wajahnya perlahan menyurut. Matanya mau tak mau menatap ranjangnya yang sudah dihiasi dengan bunga mawar berbentuk hati."Ini bukan apa-apa. David pasti tidak memiliki maksud lain," gumamnya mengingat hari ini harusnya malam pertama mereka.Ya, mereka baru saja menyelenggarakan pernikahan. Meskipun bukan pernikahan besar, tapi tetap saja mereka baru saja menikah.Tangannya dengan hati-hati mengetik pesan balasan. Menunjukan perhatiannya pada sang suami, berharap sang suami tahu, meskipun pernikahan mereka dilandasi perjodohan, ia benar-benar memiliki perasaan untuknya."Yah, aku akan membersihkan kamar ini. Pasti David akan menganggap konyol kamar ini jika kembali," gumamnya saat melihat hiasan-hiasan khas kamar pengantin.David hanyalah laki-laki kaku. Bahkan, ia tak tahu alasan apa yang membuat David menyetujui perjodohan ini.Selama ini, David tak pernah seka
"Nyonya, Nona Clarisa adalah adik dari mendiang sahabat Tuan David. Hubungan Tuan David dan mendiang sahabatnya benar-benar baik. Dan hal itu pula yang membuat Nona Clarisa terlihat akrab dengan mansion ini," kata Thomas setelah menjelaskan apa saja tugas Rachel saat menjadi istri David.Rachel tertegun. "Begitu ya," katanya. Thomas hendak menjelaskan lebih banyak, tapi ia mengurungkan niat saat Rachel lebih dulu bertanya."Jadi dari agenda ini, artinya hari ini saya memiliki pertemuan dengan beberapa sosialita untuk membahas tentang sumbangan?"Thomas langsung menganggukkan kepala. Ia mulai menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Rachel saat berada di pertemuan itu."Saya sudah menyiapkan asisten khusus untuk Anda. Asisten inilah yang nanti akan membantu Anda untuk melakukan tugas-tugas Anda di sini," jelas pria itu. Setelahnya, seorang bodyguard wanita dan juga stylish masuk ke ruangan. Merekalah yang nantinya akan membantu Rachel dalam menjalankan tugasnya sebagai Nyonya Mahend
Semua orang yang melihat interaksi antara Nyonya Salamon dan Rachel diam-diam saling berbisik. Selain memiliki hati yang hitam, siapa pun tahu nyonya Salamon paling membenci wanita miskin yang menikahi laki-laki kaya. Baginya, wanita seperti itu tak ubahnya seperti pelacur.Mereka bahkan menunggu Nyonya Salamon akan memberikan pelajaran untuk Rachel. Wanita itu memiliki identitas istimewa. Meskipun ia menghina Rachel, tidak akan menjadi masalah besar. Siapa yang berani mengeluh tentang istri seorang perdana menteri? Seberkuasa apapun David, tidak mungkin ia rela mempertaruhkan semuanya untuk wanita seperti Rachel."Seperti yang aku dengar, kau benar-benar pandai menyanjung. Aku sebagai wanita saja merasa senang mendengarnya, apalagi seorang laki-laki," ujar nyonya Salamon dengan nada biasa. Namun, siapa pun paham arti dari kata-kata itu.Emina menatap Nyonya Salamon dengan pandangan tak suka. Tapi ia tidak bisa menyinggung wanita itu begitu saja.Sedangkan Rachel masih mempertahankan
"Di mana dia?" tanya David saat berada di dalam pesawat.Ali—sekretaris David—yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan kening, tidak tahu 'dia' siapa yang dimaksud tuannya."Maaf, Tuan?"David mendecakkan lidahnya. "Nyonya," jawabnya singkat.Ali yang mendengar itu menegakkan punggung. Baru kali ini ia kembali ingat jika tuannya memiliki seorang istri.Ya Tuhan, tuannya langsung meninggalkan istrinya tepat setelah pernikahan mereka selesai. Bukan hanya itu, tuannya bahkan menanyakan keberadaan istrinya padanya? Lalu, ia harus bertanya pada siapa?"Maafkan saya Tuan, saya belum mengetahuinya. Saya hanya mengabari Thomas jika Tuan akan segera tiba. Apa perlu saya menanyakan keberadaan Nyonya sekarang?" tanya Ali gugup.David yang mendengar itu mendengus. la membuang muka. "Tidak perlu!" jawabnya datar.Ali yang merasa jika tuannya itu marah, sedikit kebingungan. Mendengar David menanyakan keberadaan Rachel, entah mengapa ia ingin memukul kepala tuannya itu.Bukankah David bisa langsung
Ceklek! Langkah kaki Rachel terhenti. Wajah lelahnya berubah menjadi senyuman. Di atas ranjang rumah sakit, ia melihat sosok David yang tertidur dengan memeluk Amanda. Sementara tangannya yang masih terinfus tampak menggantung. "Kenapa kau tidur di ranjang ini? bukankah kau masih harus melakukan perawatan," bisiknya pelan dan mulai menutup pintu. la mengangkat tangannya, meletakkan tangan David dengan hati hati. Sayangnya, saat ia menyentuh tangan David, mata David yang terpejam tiba tiba terbuka. Sejenak, dunia seakan akan berhenti, mata mereka saling tatap. "Engh," lenguhan Amanda sekaligus gerakan Amanda yang merangkul pinggang David membuat mereka berdua yang saling tatap akhirnya sama sama membuang wajah. Rachel yang merasa malu dan pipinya terasa panas itu benar benar merasa malu. Begitu pula dengan David. Leher, dan telinga laki laki itu memerah. "Ekhm
Sarah, istrinya adalah wanita paling pengertian. Wanita yang paling mengertinya, dan wanita yang membuatnya merasa paling beruntung karena memiliki istri patuh sepertinya."Apa pernah sekali saja kau memperlakukanku sebagai istrimu?" tanya Sarah dingin. Namun, air matanya terus mengalir."Apa maksudmu? Apa perlakukanku selama ini buruk? Aku bahkan memastikan semua kebutuhamu. Aku mencukupi semua kebutuhan lahir bathin mu."Lagi lagi sarah tertawa. Dia menertawakan dirinya. "Sudah berapa tahun kita menikah?" tanya Sarah lagi."Tiga belas tahun.""Lalu, berapa kali kita benar benar menghabiskan waktu seperti keluarga dalam tiga belas tahun itu?""Sarah, kau tahu kan, pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan. Kau harusnya mengerti.""Ya, aku sangat sangat amat mengerti. Tapi kau, pernahkan kau mengerti tentang aku? Pernahkah sekali pun kau menanyakan apa keinginanku dan anak anak?"Tubuh Sarah bergetar. Ali yang melihat
Ceklek!Senyum di wajah Ali membeku. Matanya menyipit saat ia melihat ada laki laki lain di rumahnya, bukan hanya itu, Xander, putra bungsungnya juga tampak tiduran di atas paha laki laki asing itu."Aku sudah menyiapkan makanan untukmu, kau makanlah, biar Xander_ Ali?"Kata kata Sarah terhenti. Matanya menatap ke arah pintu, di mana di sana ada soosk Ali yang menatap dingin ke arahnya.Jantungnya berdegup dengan kencang. Namun, wajahnya tetap terlihat tenang. Mattew, laki laki yang memangku Xander itu menolehkan kepala. Dahinya berkerut saat melihat kemunculan Ali."Apa dia suamimu?" tanya Mattew dingin.Sarah yang medengar itu menganggukkan kepala kaku. Sementara Xander yang tertidur itu sama sekali tak terusik, berbeda dengan tiga orang dewasa yang saling melemparkan tatapan itu."Siapa kau?" tanya Ali dingin.Mattew yang mendengar itu tersenyum sinis. Matanya menatap Ali, laki laki bajingan yang sudah menela
"Sayang, kenapa kau menangis?" tanya David tampak khawatir.Ia bahkan berusaha menyentuh pipi Amanda, tapi, Amanda dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tak membiarkan David menyentuhnya."Amanda?" David yang melihat tangannya menggantung ke udara tertegun.la tatap Amanda lagi yang menangis sambil menutup wajahnya. Ia merasa, ada yang tidak beres dengan putrinya.Matanya mau tak mau melirik ke arah Violet, memuat Violet yang melihat reaksi Amanda pada David hanya bisa menggelengkan kepala."Sayang, apa kau marah dengan Papa?" tanya David lembut.Namun, Amanda masih tidak memberinya tanggapan apa pun.Anak itu masih menangis, membuat perasaan David semakin kacau.Karl yang juga merasa ada yang tidak beres dengan Amanda itu mengerutkan kening. Meskipun ia hanya asisten Jordan, tapi ia memahami apa yang terjadi dengan Amanda saat ini. Lebih lebih, jika tidak salah ingat, tuan mudanya juga memi
Sementara di dalam bangsal, David yang sudah bisa duduk itu menatap layar TV dengan pandangan tegas. Di sana, ia melihat sosok Rachel yang sedang memotong pita."Jadi, selama aku sakit kau yang menggantikanku," gumamnya masih tidak bisa percaya.Wajahnya yang pucat tiba tiba dihiasi senyuman. Tangannya memegang dadanya, di mana bekas oprasi masih bisa ia rasakan.Jordan yang baru saja masuk ke dalam ruag rawatnya mengerutkan kening saat melihat David yang tak kembali istirahat, dan malah menontin Tv."Apa yang kau lakukan? seharusnya kau tidur," tegurya dengan alis berkerut.David yang mendengar teguran itu menolehkan kepala.Wajahnya terlihat sama sekali tak peduli. Ia hanya memberikan lirikan sejenak, kemudian kembali menatap layar TV, di mana mereka sedang rame ramenya membicarakan Rachel."Kau benar benar keras kepala," celetuk Jordan kesal sendiri.Asisten Jordan yang berdiri di belakang Jordan juga diam di
"Saya benar benar tidak menyangka, proyek ini harus dipegang oleh orang yang benar benar tidak memiliki pengalaman apa pun," cibir mereka yang sama sekali tidak dipedulikan Rachel. "Ya, memang terkadang orang akan selalu silau dengan kekuasaan, sampai sampai melupakan dari mana asal mereka," tambah yang lain yang membuat beberapa orang tertawa dan menatap Rachel penuh cemooh. "Kita tunggu saja, lihatlah, sampai berapa lama proyek ini akan berjalan, aku benar benar akan tertawa paling keras jika proyek ini hancur." "Benar saja, aku juga akan melakukannya. Selain itu, jika proyek ini hancur, aku ingin melihat, apa wanita itu masih memiliki wajah. Bagaimana dia akan menutupi kerugian yang dilakukannya nanti? Hanya laki laki bodoh seperti tuan David yang memilih menikah dengan wanita tanpa latar belakang seperti dia," cibirnya yang membuat merek semua mengangguk. "Benar. jika tuan David memang mengingink
"Nyonya, saya tahu, anda memang memiliki hak penuh untuk menggantikan tuan David melanjutkan proyek ini. Tapi, anda juga harus tahu, proyek ini bukanlah proyek kecil. Sekali anda melakukan kesalahan, maka seluruh perusahaan akan mendapatkan imbasnya," ujar salah satu orang yang bertanggung jawab untuk mengurus proyek di Ital itu. Rachel hanya memasang wajah datar. Selain karena lelah, ia juga cukup muak terus terusan menghadapi sikap orang orang yang selalu menatapnya seakan ia tak bisa dipercaya. Sementara Ali hanya memasang wajah tenang. Matanya menatap laki laki di depannya seperti orang bodoh. Ia tahu, reaksi pertama kali orang orang saat berhadapan dengan Rachel akan seperti ini. dan mereka, akan memiliki hasil yang sama saat Rachel mulai membuka mulutnya. Yaitu tertampar. "Kalau bukan saya yang menggantikan David, apa kau memiliki kandidat lain?" tanya Rachel dingin. Septian, laki laki yang sedang berdiri di depan Rac
Dua hari berlalu. Rachel benar benar menghabiskan waktu untuk turun ke perusahaan cabang satu ke perusahaan cabang lainnya.Wajahnya terlihat benar benar lelah. Bahkan, ia benar benar lupa untuk menghubungi Violet, atau pun menanyakan tentang keadaan David.Riuh tepuk tangan membuat Rachel yang duduk di podium itu tersenyum tipis. Setelah itu, ia turun dari panggung dan memilih langsung masuk ke kamar yang sudah ia pesan. Ia benar benar kelelahan.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat Rachel yang baru saja hendak merebahkan punggungnya di kasur itu memejamkan mata kesal."Ya Tuhan, apa mereka benar benar berpikir jika aku hanyalah robot," gumamnya benar benar kesal.Namun, sekesal apa pun dirinya, ia tetap harus membukakan pintu, dan melihat gerangan siapa yang mengganggunya."Nyonya," sapa Ali saat melihat wajah Rachel yang kelelahan muncul saat pintu terbuka.Rachel yang melihat Ali itu mengangkat sebela
Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di apartemen tempat Sarah dan kedua putranya tinggal, terlihat wajah kedua anak itu yang memerah."Maafkan Mama, besok Mama pasti akan merayakan ulang tahun kalian bersama dengan Papa," ujarnya mencoba tersenyum.Kenan yang jauh lebih dewasa itu hanya terdiam. Namun, matanya terlihat memerah. Sementara Xander menghapus pipinya yang terus terusan mengeluarkan air mata. Matanya mau tak mau menatap mamanya."Ma, apa Xander anak haram?" tanya Xander dengan suara bergetar.Sarah yang mendengar itu tertegun. Matanya mau tak mau menatap Xander dengan tak percaya. Sementara Kenan diam diam menunggu jawaban mamanya. Ia juga penasaran, apakah mereka anak haram?"Dari mana kalian mendengar kata anak haram?" tanya Sarah dengan suara tercekat.Xander kembali menangis. Kali ini, ia tak berani menatap wajah mamanya. "Hiks ... Hiks ... mereka... mereka menyebut Xander dan Kak kenan anak haram. Hiks... hik