Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di apartemen tempat Sarah dan kedua putranya tinggal, terlihat wajah kedua anak itu yang memerah.
"Maafkan Mama, besok Mama pasti akan merayakan ulang tahun kalian bersama dengan Papa," ujarnya mencoba tersenyum.Kenan yang jauh lebih dewasa itu hanya terdiam. Namun, matanya terlihat memerah. Sementara Xander menghapus pipinya yang terus terusan mengeluarkan air mata. Matanya mau tak mau menatap mamanya."Ma, apa Xander anak haram?" tanya Xander dengan suara bergetar.Sarah yang mendengar itu tertegun. Matanya mau tak mau menatap Xander dengan tak percaya. Sementara Kenan diam diam menunggu jawaban mamanya. Ia juga penasaran, apakah mereka anak haram?"Dari mana kalian mendengar kata anak haram?" tanya Sarah dengan suara tercekat.Xander kembali menangis. Kali ini, ia tak berani menatap wajah mamanya. "Hiks ... Hiks ... mereka... mereka menyebut Xander dan Kak kenan anak haram. Hiks... hikDua hari berlalu. Rachel benar benar menghabiskan waktu untuk turun ke perusahaan cabang satu ke perusahaan cabang lainnya.Wajahnya terlihat benar benar lelah. Bahkan, ia benar benar lupa untuk menghubungi Violet, atau pun menanyakan tentang keadaan David.Riuh tepuk tangan membuat Rachel yang duduk di podium itu tersenyum tipis. Setelah itu, ia turun dari panggung dan memilih langsung masuk ke kamar yang sudah ia pesan. Ia benar benar kelelahan.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat Rachel yang baru saja hendak merebahkan punggungnya di kasur itu memejamkan mata kesal."Ya Tuhan, apa mereka benar benar berpikir jika aku hanyalah robot," gumamnya benar benar kesal.Namun, sekesal apa pun dirinya, ia tetap harus membukakan pintu, dan melihat gerangan siapa yang mengganggunya."Nyonya," sapa Ali saat melihat wajah Rachel yang kelelahan muncul saat pintu terbuka.Rachel yang melihat Ali itu mengangkat sebela
["Aku masih ada urusan di kantor."]Rachel menatap pesan yang dikirimkan oleh sang suami. Senyum yang sedari tadi membingkai wajahnya perlahan menyurut. Matanya mau tak mau menatap ranjangnya yang sudah dihiasi dengan bunga mawar berbentuk hati."Ini bukan apa-apa. David pasti tidak memiliki maksud lain," gumamnya mengingat hari ini harusnya malam pertama mereka.Ya, mereka baru saja menyelenggarakan pernikahan. Meskipun bukan pernikahan besar, tapi tetap saja mereka baru saja menikah.Tangannya dengan hati-hati mengetik pesan balasan. Menunjukan perhatiannya pada sang suami, berharap sang suami tahu, meskipun pernikahan mereka dilandasi perjodohan, ia benar-benar memiliki perasaan untuknya."Yah, aku akan membersihkan kamar ini. Pasti David akan menganggap konyol kamar ini jika kembali," gumamnya saat melihat hiasan-hiasan khas kamar pengantin.David hanyalah laki-laki kaku. Bahkan, ia tak tahu alasan apa yang membuat David menyetujui perjodohan ini.Selama ini, David tak pernah seka
"Nyonya, Nona Clarisa adalah adik dari mendiang sahabat Tuan David. Hubungan Tuan David dan mendiang sahabatnya benar-benar baik. Dan hal itu pula yang membuat Nona Clarisa terlihat akrab dengan mansion ini," kata Thomas setelah menjelaskan apa saja tugas Rachel saat menjadi istri David.Rachel tertegun. "Begitu ya," katanya. Thomas hendak menjelaskan lebih banyak, tapi ia mengurungkan niat saat Rachel lebih dulu bertanya."Jadi dari agenda ini, artinya hari ini saya memiliki pertemuan dengan beberapa sosialita untuk membahas tentang sumbangan?"Thomas langsung menganggukkan kepala. Ia mulai menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Rachel saat berada di pertemuan itu."Saya sudah menyiapkan asisten khusus untuk Anda. Asisten inilah yang nanti akan membantu Anda untuk melakukan tugas-tugas Anda di sini," jelas pria itu. Setelahnya, seorang bodyguard wanita dan juga stylish masuk ke ruangan. Merekalah yang nantinya akan membantu Rachel dalam menjalankan tugasnya sebagai Nyonya Mahend
Semua orang yang melihat interaksi antara Nyonya Salamon dan Rachel diam-diam saling berbisik. Selain memiliki hati yang hitam, siapa pun tahu nyonya Salamon paling membenci wanita miskin yang menikahi laki-laki kaya. Baginya, wanita seperti itu tak ubahnya seperti pelacur.Mereka bahkan menunggu Nyonya Salamon akan memberikan pelajaran untuk Rachel. Wanita itu memiliki identitas istimewa. Meskipun ia menghina Rachel, tidak akan menjadi masalah besar. Siapa yang berani mengeluh tentang istri seorang perdana menteri? Seberkuasa apapun David, tidak mungkin ia rela mempertaruhkan semuanya untuk wanita seperti Rachel."Seperti yang aku dengar, kau benar-benar pandai menyanjung. Aku sebagai wanita saja merasa senang mendengarnya, apalagi seorang laki-laki," ujar nyonya Salamon dengan nada biasa. Namun, siapa pun paham arti dari kata-kata itu.Emina menatap Nyonya Salamon dengan pandangan tak suka. Tapi ia tidak bisa menyinggung wanita itu begitu saja.Sedangkan Rachel masih mempertahankan
"Di mana dia?" tanya David saat berada di dalam pesawat.Ali—sekretaris David—yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan kening, tidak tahu 'dia' siapa yang dimaksud tuannya."Maaf, Tuan?"David mendecakkan lidahnya. "Nyonya," jawabnya singkat.Ali yang mendengar itu menegakkan punggung. Baru kali ini ia kembali ingat jika tuannya memiliki seorang istri.Ya Tuhan, tuannya langsung meninggalkan istrinya tepat setelah pernikahan mereka selesai. Bukan hanya itu, tuannya bahkan menanyakan keberadaan istrinya padanya? Lalu, ia harus bertanya pada siapa?"Maafkan saya Tuan, saya belum mengetahuinya. Saya hanya mengabari Thomas jika Tuan akan segera tiba. Apa perlu saya menanyakan keberadaan Nyonya sekarang?" tanya Ali gugup.David yang mendengar itu mendengus. la membuang muka. "Tidak perlu!" jawabnya datar.Ali yang merasa jika tuannya itu marah, sedikit kebingungan. Mendengar David menanyakan keberadaan Rachel, entah mengapa ia ingin memukul kepala tuannya itu.Bukankah David bisa langsung
"Kak David!"David yang sedang menatap sekeliling itu mengerutkan kening saat melihat Clarisa berlari ke arahnya. Matanya mau tak mau menatap ke arah Ali.Ali yang tidak tahu atas kemunculan Clarisa itu tampak sedikit takut. Clarisa memang menanyakan kapan David pulang, dan ia hanya memberikan jawaban apa adanya. Tapi, ia tidak tahu wanita itu akan nekat menjemput majikannya itu."Ah, akhirnya Kak David kembali. Kak David tahu, Clarisa merindukanmu," ujar Clarisa yang ingin memeluk David. Namun, David dengan cepat menghindar.Wajah Clarisa tampak tertegun sejenak. Tapi ia dengan cepat mengubahnya. "Selalu seperti itu. Kak David selalu menolakku," ujarnya dengan ekspresi yang dibuat selucu mungkin.David yang melihat itu hanya memasang ekspresi datar."Oh, di mana Kak Rachel? Kenapa dia belum ke sini?" tanya Clarisa sambil menatap sekeliling, seakan mencari keberadaan Rachel.David yang mendengar bagaimana Clarisa memanggil istrinya itu mengerutkan kening. Mereka berjalan beriringan, d
Sementara di dalam rumah, terlihat David yang masuk ke dalam kamarnya dengan mata menyipit. Kamar itu kosong, bahkan terkesan dingin."Dia belum kembali?"la tatap sekeliling. Tidak ada banyak yang berubah dari kamarnya. Hanya saja, di kaca tempat ia bisa menatap penampilannya itu, terdapat beberapa make up dan krim perawatan wajah wanita yang sudah pasti milik Rachel.Drt ... Drt ...Suara getaran ponselnya membuat dahi David berkerut. Ada pesan gambar dari nomor yang tidak ia kenal."Siapa yang mengirim pesan ini?" gumamnya bingung.Tidak sembarang orang bisa memiliki nomer pribadinya. la bahkan hanya menyimpan nomer Ali, Thomas, dan juga Rachel. Selain itu, nomor-nomor penting lainnya ia simpan di ponsel khusus pekerjaan.Merasa penasaran, ia menekan tombol buka. Hanya saja, ekspresi penasarannya itu dengan cepat berubah saat pertama kali ia melihat gambar di foto itu. Di sana ada sosok Rachel yang tampak berbaring di atas ranjang dengan tiga laki-laki yang tampak menggerayangi tub
Namun, apa david percaya? Setelah melihat reaksi Rachel, setelah melihat ruam ruam ruam di tubuh Rachel, apa ia masih percaya? Tidak! ia sulit mempercayainya.Setelah mengatakan itu, Rachel berbalik. la hanya ingin ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin dan mencoba menenangkan perasaannya yang benar benar sakit."Berhenti!" ujar David dingin.Namun, Rachel tetap berjalan. la tak ingin mendengar kata kata kejam David lagi. la tak ingin membenci laki laki itu. karena ia tahu, siapa pun suami yang melihat keadaan tubuhnya yang seperti ini, ia pasti akan curiga. Hanya saja, ia belum siap menceritakan apa yang terjadi padanya saat ini. ia membutuhkan waktu, paling tidak satu hari untuk menenangkan diri.David sendiri yang melihat jika Rachel sama sekali tak mengindahkan kata katanya dan terus melangkah itu mendecakkan lidah. Saat pintu kamar mandi tertutup ia dengan mata gelapnya menatap pintu itu dengan dingin."Oh, kau lebih me
Dua hari berlalu. Rachel benar benar menghabiskan waktu untuk turun ke perusahaan cabang satu ke perusahaan cabang lainnya.Wajahnya terlihat benar benar lelah. Bahkan, ia benar benar lupa untuk menghubungi Violet, atau pun menanyakan tentang keadaan David.Riuh tepuk tangan membuat Rachel yang duduk di podium itu tersenyum tipis. Setelah itu, ia turun dari panggung dan memilih langsung masuk ke kamar yang sudah ia pesan. Ia benar benar kelelahan.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat Rachel yang baru saja hendak merebahkan punggungnya di kasur itu memejamkan mata kesal."Ya Tuhan, apa mereka benar benar berpikir jika aku hanyalah robot," gumamnya benar benar kesal.Namun, sekesal apa pun dirinya, ia tetap harus membukakan pintu, dan melihat gerangan siapa yang mengganggunya."Nyonya," sapa Ali saat melihat wajah Rachel yang kelelahan muncul saat pintu terbuka.Rachel yang melihat Ali itu mengangkat sebela
Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di apartemen tempat Sarah dan kedua putranya tinggal, terlihat wajah kedua anak itu yang memerah."Maafkan Mama, besok Mama pasti akan merayakan ulang tahun kalian bersama dengan Papa," ujarnya mencoba tersenyum.Kenan yang jauh lebih dewasa itu hanya terdiam. Namun, matanya terlihat memerah. Sementara Xander menghapus pipinya yang terus terusan mengeluarkan air mata. Matanya mau tak mau menatap mamanya."Ma, apa Xander anak haram?" tanya Xander dengan suara bergetar.Sarah yang mendengar itu tertegun. Matanya mau tak mau menatap Xander dengan tak percaya. Sementara Kenan diam diam menunggu jawaban mamanya. Ia juga penasaran, apakah mereka anak haram?"Dari mana kalian mendengar kata anak haram?" tanya Sarah dengan suara tercekat.Xander kembali menangis. Kali ini, ia tak berani menatap wajah mamanya. "Hiks ... Hiks ... mereka... mereka menyebut Xander dan Kak kenan anak haram. Hiks... hik
"Kapten!" panggil Lev, Nuh, dan Theo saat melihat Rachel hendak masuk ke bangsal Amanda.Rachel yang melihat kemunculan tiga temannya itu tersenyum. "Hay, kalian datang?""Ya, kami datang. Kami ingin menemui Amanda, Kapten. Apa dia sudah baik baik saja?" tanya Nuh yang tahu jika mental Amanda semenjak penculikan itu tidak stabil.Rachel yang mendengar itu tersenyum tipis. Matanya menatap tiga temannya itu dengan pandangan dalam."Ayo, masuk ke dalam. Siapa tahu, dengan adanya kalian Amanda bisa senang," ajak Rachel yang tak ingin menjelaskan keadaan Amanda.Mereka bertiga yang mendengar itu saling tatap. Kemudian sama sama menganggukkan kepala. Mereka melangkah masuk, dan pemandangan yang mereka lihat untuk pertama kali membuat mereka tertegun, lebih lebih Theo yang paling dekat dengan Amanda."Amanda?" tanya Theo benar benar tak percaya.Di sana, Amanda tampak duduk di kursi roda. Bukan itu yang menjadi fokus mereka, ta
Sementara Ali yang teringat dengan kata kata Rachel sebelum pergi itu mendengus. Matanya menatap ponselnya."Tidak mungkin, Sarah pasti memahami kondisiku," ujarnya mencoba meyakinkan diri jika Sarah tidak akan pernah merasa ditinggalkan, seperti kata kata Rachel.Namun, semakin ia berpikir, semakin ia merasa tidak tenang. "Ya Tuhan," gerutunya kesal sendiri.Tanpa pikir panjang, ia ambil ponselnya. Ia hubungi nomer istrinya dengan perasaan gundah. Tak butuh waktu lama, panggilan itu terjawab."Sarah," panggil Ali dengan sedikit gugup.["Ali, kapan kau kembali? Bisakah kau pulang malam ini?"] tanya Sarah yang entah mengapa suaranya terdengar sedih di telinga Ali.Ali yang mendengar itu diam diam mengepalkan tangan. "Apa ada sesuatu yang terjadi di rumah?" tanya Ali diam diam khawatir.Hening, tak ada jawaban dari sebrang sana. Ali yang hanya mendengar keheningan di sana itu semakin khawatir."Sarah, hay, apa kau
"Kau kembali?" tanya Violet saat ia terbangun karena kemunculan Rachel yang tiba tiba.Rachel yang melihat Violet tertidur dengan tangan memegang tangan Amanda tersenyum tipis."Ya, maaf aku terlambat," pintanya merasa bersalah.Violet menggelengkan kepala. "Tidak, bukan masalah. Aku memahamimu. Cepat ganti pakaian, kalau kau lapar, aku akan memesankan makanan," ujar Violet yang membuat Rachel tersenyum."Apa Amanda rewel?" tanya Rachel yang melihat wajah Amanda yang terlihat lengket bekas air mata.Violet yang mendengar itu terdiam. Helaan nafas panjang ia keluarkan. "Ya, dia tiba tiba terbangun. Dia mencarimu dan David lagi," jelasnya dengan nada lirih.Rachel yang mendengar itu menahan nafas. Ia tatap wajah sang putri. Ingin sekali ia menyentuh wajah pucat itu, tapi ia sadar, tubuhnya masih kotor karena melakukan perjalanan jauh tadi."Aku akan ke kamar mandi dulu," putus Rachel yang tak bisa berlama lama hanya meliha
Drt ... Drt ...Suara getaran ponsel membuat Rachel yang sibuk membaca dokumen itu mengerjap. "Ya Tuhan, bahkan aku lupa kalau aku belum menghubungi Violet," gumamnya benar benar melupakan Violet dan Amanda.Pekerjaan yang terlalu menumpuk. Tekanan dari berbagai arah membuatnya benar benar melupakan semuanya. Meskipun ia mengkhawatirkan Amanda, ternyata dengan tubuh yang lelah ia bisa melupakan fokus utamanya sendiri."Lev?" gumamnya bingung saat melihat jika Lev lah yang menghubunginya.Ali yang baru saja pamit undur diri menghentikan langkahnya. la tahu, Lev adalah cucu dari dokter senior yang akan mengoperasi David. Meskipun keadaan David baik baik saja, tanda kutip masih dalam keadaan koma, tapi kita tidak akan tahu bagaimana kedepannya jika peluru itu masih tetap bersarang di tubuhnya."Ya, apa ada sesuatu?" tanya Rachel yang langsung mengangkat panggilannya.[ "Kapten, kakek saya sudah berada di bandara. Apa kita langsung k
Semua karyawan tampak berkumpul di dalam aula. Suara riuh penuh keributan membuat aula besar itu benar benar terlihat sempit.Sementara Rachel yang sedang membaca semua dokumen dan data data tentang karyawan karyawan yang bekerja di perusahaan cabang itu berkali kali mengerutkan kening."Apa kalian tidak ada yang tahu jika hampir tujuh puluh persen karyawan yang bekerja di sini masih memiliki hubungan kekerabatan. Bahkan, jika dilihat, jika mereka bukan kerabat, pasti mereka berada di tempat yang sama, ujarnya merasa jika perusahaan cabang benar benar dikuasai oleh orang orang yang tidak relevan.Ali yang mendengar itu juga menganggukkan kepala. Sebenarnya, David juga sudah mencurigai perushaan cabang ini.Di mulai dari kejadian lima tahun yang lalu, di mana tiba tiba gudang mengalami kebakaran, karyawan yang melakukan demo, dan keluarga korban yang awalnya sudah menerima semua kejadian itu ikut demo juga.Hanya saja, mereka tak bisa meme
"Apa apa kau yakin, dia cucu kita?""Aku yakin, sangat yakin. Tapi, kita tetap harus menunggu hasil penyelidikan. Setelah semuanya sudah memiliki titik terang, kita akan menemuinya, dan melakukan tes DNA, agar semuanya jauh lebih jelas lagi," jawab Maximo yakin.Kareena terdiam. Air matanya kembali mengalir. "Tuhan benar benar baik. Dia ... dia mengambil putri kita, dan Tuhan menggantinya dengan memberi kita cucu," ujarnya di sela sela tangisnya yang menggugu."Ya, Tuhan benar benar baik," timpal Maximo yang ikut menangis juga.Dua pasangan baya yang sudah bertahun tahun menunggu kepulangan putrinya, dan harus dikecewakan dengan berita kematian putri semata wayang mereka akhirnya bisa bernafas lega saat ini."Percepat penyelidikan, aku ingin bertemu dengan cucu kita. Aku ingin secepatnya melihatnya," ujar Kareena dengan suara bergetar."Ya, kita akan segera bertemu dengannya. Tapi sebelum itu, kau harus sehat terlebih dahulu. Kau
"Bagaimana? Apa Amanda masih menangis?" tanya Rachel saat masuk ke dalam ruang rawat Amanda.Violet yang duduk di sebrang Amanda itu mendongak. Matanya menatap Rachel yang tampak kelelahan."Dokter baru saja menyuntikan obat untuknya. Sekarang dia tidur," ujar Violet lemah.Rachel menghembuskan nafas kasar. la berjalan mendekat, menatap wajah putrinya yang kian hari kian terlihat lemah.Tangannya dengan hati hati mengelus pelipisnya."Maafkan Mama, Mama tidak ada saat Amanda mencari Mama, bisiknya penuh permohonan maaf.Namun, tak ada sahutan. Amanda benar benar terlelap. Violet yang melihat penampilan Rachel yang berbeda itu mengerutkan kening."Apa kau benar benar menggantikan David di perusahaan?" tanya Violet penasaran.Rachel menolehkan kepala. la menganguk. Namun, sebelum ia menjawab lebih jauh, terdengar suara ketukan pintu."Ada apa?" tanya Rachel saat melihat Ali lah yang muncul di sana.