Arra harus menelan pil pahit, saat mertuanya meminta dia untuk mengikhlaskan suaminya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Hanya karena Arra belum bisa memberikan ssorang cucu dan juga keturunan untuk keluarga mereka. Setelah melakukan banyak sekali pertimbangan, akhirnya Arra setuju agar Arya menikah lagi. Tetapi lambat laun, semua kebohongan dan rahasia yang Arya dan keluarganya sembunyikan terkuak ke permukaan. Mampukah Arra menghadapi semuanya? Ikuti terus kisahnya di, MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKU
View More1. Permintaan Ibu mertuaku
“Negatif lagi, Ra?” Ibu bertanya dengan nada lembut, namun aku tahu kalau dia tengah kecewa berat saat ini. Bagaimana tidak, di usia pernikahanku yang sudah menginjak angka dua tahun, aku dan suamiku belum juga diberi rezeki momongan oleh Allah.Wajar jika Ibu kecewa, Mas Arya yang merupakan suamiku adalah anak tunggal. Jadi wajar saja, kalau Ibu sudah amat sangat ingin menggendong cucu dari kami. Wajah tuanya nampak sedih, apalagi saat dia menghela nafas panjang, aku bisa merasa dunia hampir runtuh saat itu juga.“Iya, Bu,” sahutku dengan lirih. “Maafkan Arra ya, Bu—”“Nggak usah minta maaf, Nduk.” Ibu memotong ucapanku. “Yang namanya keturunan, itu adalah hak prerogatif dari Allah, kita sebagai makhluk ndak bisa mengaturnya,” kata Ibu dengan lembut.“Ta—”“Udah! Nggak usah tapi-tapian, Ibu ndak suka kalau kamu sedih.” Ibu berucap tegas.“Bagaimana kalau ternyata Arra tidak bisa memberikan Ibu dan Bapak seorang cucu?” tanyaku dengan nada sedih.Mati-matian aku menahan getar suaraku, aku tidak mau dianggap lemah dan juga cengeng, tapi tetap saja … pembahasan masalah anak benar-benar membuat aku menjadi tak berdaya.Aku mengerjapkan mataku, dan mendongak saat hanya keheningan yang mendominasi. Ibu belum menjawab, dan aku merasa gundah karenanya. Aku takut, entah karena apa.“Bu—”“Ra!” Ibu memotong ucapanku untuk yang ketiga kalinya.“Iya, Bu?”Walau kaget, tapi aku tetap saja berusaha tersenyum dan menatap Ibu dengan pandangan yang amat tulus dan juga penuh kasih sayang. Kedua orang tuaku sudah meninggal, dan aku tak punya saudara karena aku memang anak tunggal. Aku hanya memiliki seorang Pakde, Pakde Ahmad namanya. Kakak kandung Bapak, yang tinggal di desa ini juga. Pakde Ahmad punya dua orang anak, Mbak Yuli dan juga Mas Bagas. Hanya merekalah saudaraku, karena Ibu adalah orang dari luar pulau yang merantau ke sini. Setahuku, Ibu adalah anak yatim piatu dan sebatang kara, jadi beliau sama sekali tidak memiliki saudara. Dengan aku yang menyandang status sebagai yatim piatu, jelas saja aku amat menyayangi kedua mertuaku ini.Apalagi mereka juga sangat menyayangiku, dan juga sudah menganggapku sebagai anak sendiri. Hal itu lah yang membuat aku tak sanggup, jika ada mendung kesedihan di wajah tua mereka."Arra sayang sama Ibu?" tanya Ibu dengan nada lembut."Ibu ini ngomong apa? Jelas Arra sayang banget sama Ibu." Aku memasang wajah keheranan. Wajah Ibu lantas berseri, senyum kecil terbit di wajah tuanya. Ibu yang kali ini menggunakan jilbab instan berwarna maroon, sukses terlihat lebih cantik di mataku.Namun sedetik kemudian, senyuman di bibir Ibu lantas luntur dan lenyap begitu saja. Sehingga hal itu sukses membuat aku langsung mengernyitkan keningku, merasa heran luar biasa karenanya."Ibu kenapa?" tanyaku ingin tahu.Tanganku dengan cepat menggenggam tangannya, walau sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, tetapi tangan Ibu terasa lembut dan juga halus.Jelas saja, itu karena aku yang tak membiarkan Ibu bekerja sedikitpun. Semua urusan rumah dikerjakan oleh Mbok Yah, asisten rumah tangga yang sudah bekerja pada keluargaku saat kedua orang tuaku masih hidup.Mbok Yah dulunya adalah pengasuhku, karena Ibu dan juga Bapak sibuk di perkebunan teh, makanya mereka mempekerjakan Mbok Yah. Alhamdulillah, sampai sekarang Mbok Yah masih setia bekerja di sini."Ra, Ibu bingung," ujar Ibu tiba-tiba."Bingung? Ibu bingung kenapa?" tanyaku lagi."Ibu sangat menginginkan seorang cucu, Ra!" Wajah Ibu sudah basah, dengan air matanya yang mengalir deras. "Huhuhu, Ibu ingin menggendong cucu!" Ibu menangis terisak-isak.Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar kehilangan suaraku saat ini, aku benar-benar seperti orang bodoh, yang hanya bisa bengong dan menatap Ibu yang kini sudah mengusap wajahnya menggunakan ujung jilbabnya."I—Ibu berusaha sabar, berusaha legowo. Ta—tapi Ibu ndak bisa, Nduk …." Ibu berujar dengan terbata-bata."Ta—tapi, tapi Bu—"Aku ingin berteriak, bukankah tadi Ibu bilang keturunan adalah hak prerogatif Allah? Tapi, kenapa sekarang Ibu menuntut lebih? Bahkan belum lima menit ucapan itu beliau lontarkan, lalu kenapa sudah berubah."Sudahlah, lupakan!" Ibu hendak bangkit berdiri, suaranya terdengar bergetar kembali. "Maaf jika Ibu terkesan plin-plan, tapi Ibu sangat ingin menggendong cucu, Ra," ujar Ibu lagi dengan nada sendu.Dia lalu beranjak ke kamarnya, dan aku tak kuasa menahan semua rasa bersalah ini. Demi Allah, aku merasa hancur saat melihat punggung Ibu yang kembali bergetar.Aku lantas bangkit, dan mengejar Ibu. Sebelum tangannya sempat membuka pintu kamar, aku sudah menggamit lengan Ibu terlebih dahulu. Hal itu sukses membuat Ibu menoleh, dan tak salah perkiraanku, Ibu saat ini sedang menangis lagi."Bu, maafkan Arra," kataku hampir terisak. "Ji—jika … ada yang bisa Arra lakukan untuk Ibu, Arra janji akan melakukannya!" kataku lagi."Nduk, ada seorang janda yang miskin, dan dia tinggal hanya berdua dengan anaknya. Mereka tinggal di gubuk, dan bekerja sebagai tukang cuci agar bisa memberi makan anaknya." Ibu tiba-tiba bercerita, dan hal itu sukses membuat aku bingung."La—lalu? Ibu ingin kami mengadopsi anak dari wanita itu?" tanyaku dengan bingung."Tidak, Ibu ingin kamu mengikhlaskan Arya untuk menikah dengan wanita itu!" ujar Ibu dengan tegas."A—apa?"“Sini, sini duduk!” Ibu menarik tanganku masuk ke kamarnya, dan dengan langkah terpaksa kakiku mengikuti langkah kakinya yang terlihat amat bersemangat.“Namanya Mela, dia seorang janda yang tinggal di kampung kami dulu.” Ibu memulai pembicaraan. “Mela kehilangan suaminya dalam kecelakaan kerja di pabrik, dan sekarang dia harus menjadi buruh cuci untuk menghidupi anaknya yang masih berusia tiga tahun.” Ibu kembali berbicara.Kampung Ibu dan Bapak? Aku belum pernah ke sana, karena memang semenjak menikah bersama Mas Arya, Ibu dan juga Bapak langsung pindah ke sini. Jarak yang ditempuh ke sana cukup jauh, sekitar seratus dua puluh kilometer, karena rumahku dan juga kampung halaman Mas Arya memang beda kabupaten. Selain jarak tempuh yang jauh, penyebab lain yang membuat aku tak pernah ke sana adalah karena memang Ibu dan juga Bapak yang ada di sini. Hanya Mas Arya lah yang masih rutin ke sana, karena mereka memang masih mempunyai kebun sawit yang kini dijaga oleh adik Ibu.Aku masih membatu, belum bisa mencerna semuanya dengan pikiranku yang kalut. Ibu yang meminta aku mengikhlaskan Mas Arya untuk menikah lagi, mengenai Mela yang janda dengan kehidupan menyedihkan, semua itu sukses membuat aku gamang."Nduk … hidup Mela benar-benar sangat prihatin, dia hidup hanya dengan mengandalkan tenaganya demi bisa mengenyangkan perut anaknya. Bukankah janda seperti itu, bisa di jadikan istri kedua bagi Arya? Wanita lemah, susah, dan juga hidup di bawah garis kemiskinan." Ibu mengusap kepalaku yang tertutup jilbab berwarna lilac.Lalu? Apa aku harus mengorbankan diriku sendiri demi kebahagiaan janda itu?********MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 37 Tamat“Berulah apa sih, Mas. Jelas-jelas makanannya gak enak, makanan murahan.”“Gak enak tapi abis, Mbak,” ujar karyawan katering.“Betul tuh, habis dua piring bilangnya gak enak,” ujar tamu undangan yang lain.“Iya nih, buat gaduh aja. Baru nemu mkanan enak yah, Mbak, jadinya norak.”“Eh, jaga moncongmu!”“Halah, ibu-ibu miskin tukang bikin sensasi. Ayok, bubar-bubar!” “Mel, ayok pergi!”“Awas kalian!”Mas Arya kelihatan menahan malu sekaligus kesal, pipinya memerah. Dia langsung menarik Melati pulang. Aku kasihan melihatnya, sudah diberi banyak peringatan, tetap saja belum sadar. Semoga suatu saat nanti Melati mendapat hidayah, agar bisa menjadi istri dan ibu yang baik.“Mereka sudah pergi, kamu jangan cemas lagi, Sayang. Orang yang hatinya jahat, akan memakan kejahatannya sendiri.”Aku tersenyum sambil menggenggam tangan suami. Kerusuhan yang dibuat Melati tak bearti apa-apa, diibandingkan kebahagianku yang tak ternilai ini. Mulai saat ini,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 36 Akad Nikah"Jangan mulut Anda," bentak Mas Andra. Dia memang paling emosi kalau ada orang yang berbicara buruk kepadaku. Wajahnya langsung berubah menyeramkan."Melati, kamu pulang saja. Bikin rusuh.""Ih, emang kenyataan." Dengan wajah kesal karena dibentak dua pria sekaligus, Melati pergi sambil menutup sebagain wajahnya dengan selendang. "Andra, Ara, maafkan Melati.""Iya, tapi ajarin istri kamu, biar mulutnya tidak menyakiti orang terus.""Sudah, Mas, ayok kita pulang. Banyak yang harus diurus untuk pernikahan kita.""Sekali lagi maaf."Aku mengangguk, dan pamit pulang. Kasihan Mas Arya, kondisi sedang berduka, malah harus menanggung malu karena sikap istrinya yang tidak punya tata krama.“Jangan emosi, Sayang.” Aku genggam tangan Mas Andra saat kami di dalam mobil. Calon suamiku tersenyum sambil mencium tanganku.Hidup memang penuh misteri, dan kejutan indah. Dulunya aku yang selalu memperlakukan Mas Arya dan keluarga bak raja. Sementara ak
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 35 MeninggalPov Ara"Ya, sudah, ayok, Mas."Aku merasakan firasat tak enak. Pantas saja kemarin-kemarin gelisah, mendadak teringat mantan ibu mertua. Sejahat apapun dia, aku harus memaafkannya. Allah saja maha pemaaf, maka tak pantas jika hambanya sombong dan tak mau memaafkan kesalahan sesama manusia. "Pakde, aku izin mau menengok Bu Lastri di rumah sakit." Sebelum berangkat aku izin dulu kepada orang rumah. "Jangan diizinin, Pak. Lagian ngapain sih, Ra, kamu ke sana. Ingat perbuatan buruk mereka dulu. Udah, kamu fokus sama kebahagian kamu saja. Anggap mereka gak ada di muak bumi," ujar Mbak Yuli emosi. Dia melirik sinis ke arah Mas Arya yang sedang menunggu di teras. "Aku cuman mau nengok Bu Lastri, Mbak. Itu permintaan dia, takutnya ...," ucapanku menggantung, tak tega membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi."Pergi, Nak," ujar Pakde Ahmad. Aku tersenyum senang, lalu mencium tangannya. Aku dan Mas Arya berangkat ke rumah sakit.
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 34 Melati Kena Batunya"Apa istri saya kecelakaan, Sus?""Betul, Pak. Silakan datang ke rumah sakit Medika.""Iya, Sus, saya segera ke sana."Astaga ada-ada saja, kenapa Melati bisa ada di kabupaten sebelah. Sebenarnya dia mau ke mana, sampai kecelakaan. Aku memberitahu kabar ini pada ibu, dan menitipkan anak-anak. Lalu, bersiap menggunakan motor menuju alamat rumah sakit. Perjalanan sekitar satu jam setengah. Akhirnya sampai juga, aku di arahkan masuk ke ruang rawat Delima. Di sana Melati sedang terbaring lemah dengan kondisi wajah dipenuhi perban. "Melati, sadar, Mel.""Ma-mas, akhirnya kamu datang. Wajahku perih, Mas.""Mangkanya jangan bertingkah, Mel. Kenapa segala kabur, rasakan akibatnya. Wajahmu rusak kaya gini."Melati terdiam sambil menangis. Lalu, ada seorang perempuan seumuranku masuk. Ternyata dia yang menabrak. Diceritakan kronologi kecelakaan, bahwa Melati lengah di jalanan, dan pelaku kaget, tapi untungnya menyenggol tubuh melati t
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 33 Pangeran Untuk Ara"Jadi, kita sepakati hari pernikahannya satu bulan lagi," ujar Pakde Ahmad."Setuju, Pak.""Alhamdulilah."Semua orang memancarkan aura kebahagian. Apalagi Kevandra, pasti dia merasa sangat beruntung mendapatkan Ara. Di lubuk hati ini terasa perih, bagai dikuliti hidup-hidup. Aku mematung menyaksikan kebahagian mantan istriku. Saat tersadar, aku melangkah untuk pergi. Berat sekali kaki ini melangkah. Tapi, aku harus sadar diri siapa diri ini. Hanya sampah masa lalunya Ara. Sampai kapan pun, tak bisa jadi pangeran Ara lagi. "Arya.""Mas Arya."Saat mau pergi, dua sejoli itu memanggilku. Aku lukiskan senyum terpaksa. Mereka melangkah mendekat. "Ngapain kamu di sini, Mas?" tanya Ara dengan raut jutek. "A-aku ... mampir saja, habis dari rumah Anwar.""Oh.""Masuk, Arya, kebetulan sedang ada acara lamaran. Kalau gak buru-buru bergabung sama kita.""Ka-kalian mau menikah?" tanyaku gugup, bercampur kaget."Iya, Mas. Insyallah satu
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 32 Ibu Jadi Pembantu"Bagaimana istri saya, Bu bidan?""Tenang, Pak, saya sudah memberikan suntikan penenang. Istri bapak mengalami sindrom baby blues, nanti juga reda dengan sendirinya. Tolong jangan dibentak, atau disuruh kerja berat, harus dilayani dengan baik. Agar pikirannya tidak semakin kacau."Ada-ada saja, kondisi ekonomi sulit, dompet menjerit, istri malah membuatku seolah-olah terlilit. Ibu lumpuh, aku harus jualan, bagaimana caranya menjaga mereka sekaligus berjualan. Arrgh, cobaan makin tidak karuan. "Saya pamit dulu, yah, Pak.""Iya, Bu bidan.""Kami juga pamit, Arya," ujar ibu-ibu tetangga rumah. Melati tertidur tenang di atas kasur. Giliran aku yang harus berubah dari tulang punggung menjadi tulang rusuk. Aku memandikan Raka, dan menjaga putri kecilku. "Bu, mau ngapain?""Biar ibu yang masak, Arya.""Gak usah, Bu, memangnya bisa?""Bisa, Arya. Ibu bisa masak sambil duduk, tapi tolong kompornya simpan di meja lebih pendek.""Iya, B
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 31 Operasi"Arrgh, ketubanku pecah, Mas. Panggil bantuan!" teriak Melati panik. "Bu, tolong jagain Melati dulu, Arya mau cari bantuan.""Iya Arya, sana buruan."Aku panik luar biasa, ke sana ke mari cari bantuan tak ada. Ke mana penghuni bumi, kenapa sulit sekali ditemukan. "Tolong ....""Arya, kenapa?" tanya salah satu warga."To-tolong, istri saya mau lahiran," ujarku dengan napas tersengal-sengal. Berlarian ke sana ke mari baru dapat bantuan. Bapak tersebut mencari bantuan juga, akhirnya kami hubungi mobil ambulan desa untuk mengantar Melati ke puskesmas."Maaf pak, kami tidak sanggup menangani istri Anda, harus dibawa ke rumah sakit daerah, agar dilakukan tindakan operasi."Ya Allah, ini cobaan atau karma. Aku sendirian harus mengurus ini dan itu. Melati tak punya kartu BPJS, untungnya aku masih punya simpanan. Hampir seharian menunggu proses operasi mulai dari tahap-tahap awalnya. Aku menunggu beberapa jam sampai operasi selesai. Syukurlah,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 30 Boros Kebangetan "Bakso ... bakso ...."Sudah hampir dua jam berkeliling belum ada satu mangkok bakso pun yang terjual. Ke mana para pembeli, padahal beberapa hari lalu jualanku cukup ramai. Cape sekali mencari nafkah. Bodohnya aku pernah jadi suami dari istri kaya, harusnya dipertahankan. Bukan malah dikecewakan. Sekarang, harus menanggung hidup miskin. Ditambah lagi punya istri kurang becus, mata duitan, dan tidak bisa melayani suami dengan baik."Melati!" teriakku melihat Melati naik ojek. Sayangnya dia tak melihatku. Dia membawa beberapa belanjaan. Apa dia baru pulang belanja? astaga, benar-benar perempuan itu. Dia suruh ibuku yang sedang sakit menjaga Raka? dasar gak ada pikirannya. Emosi menggebu-gebu, tapi aku harus terus jualan. Untungnya ada pelanggan yang datang. Seketika kesal yang mendera hilang begitu saja. Terganti rasa bahagia karena daganganku laku. "Bakso satu, Mas. Jangan pake mie kuning, yah.""Siap, Bu.""Bakso lima, Mas,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 29 Istri Kurang Ajar"Oke-oke Mas kasih kamu lima juta. Tapi, ini buat makan sebulan.""Buruan mana duitnya."Aku berikan saja uang lima juta. Jika tidak, Melati bisa mengamuk. Sikapnya makin diluar nalar, dan kurang ajar. Tapi mau bagaimana lagi, dia ibu dari anak-anakku. Kewajibanku memang memenuhi nafkah lahir batinnya. Walaupun, Melati sama sekali tidak melihat kondisi suami. "Nah, gitu dong, ini uang buat aku ke salon sama beli baju. Kalau uang dapur, ya, beda lagilah.""Tapi Mel, kita harus hemat, Mas mau buka usaha.""Ya Elah, itu uangnya masih banyak. Kalau gak ada duit, ya, udah gak usah beli kursi roda.""Astaga, Mel, kamu ini jadi istri gak pengertian banget."Melati sama sekali tidak mendengarkan ucapanku. Semakin hari, sikapnya tak acuh. Sebagai istri harusnya dia mendukungku, bukan malah menambah beban semakin runyam. Sangat berbeda sekali dengan Ara. Meski sudah disakiti dia tetap mau membantu.Hari ini juga aku akan membeli kursi ro
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments