Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami

Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami

last updateLast Updated : 2023-10-27
By:  Bintang Senja  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Felys terkejut saat mengetahui jika dirinya dikeluarkan dari grup wa keluarga suaminya. Karena penasaran Felys berinisiatif untuk mengeceknya melalui ponsel milik Abram, suaminya. Setelah dicek, Felys dikejutkan oleh berbagai hal, ingin tahu jawabannya.

View More

Latest chapter

Free Preview

Tamu Kejutan

@Rita[Selamat datang, Sayang di keluarga Wijaya. Semoga kamu betah ya menjadi menantu mama]@Irna[Terima kasih ya, Ma. Pasti betah lah, mama dan semuanya kan baik]@Dila[Selamat datang, Kak. Semoga cepet dapat momongan ya, kasihan mama udah pengen punya cucu]@Irna[Do'akan saja ya, mudah-mudahan segera]@Abram[Ingat ya, di antara kalian harus menjaga rahasia ini. Jangan sampai Felys tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian]@Rita[Sudahlah, Bram. Untuk apa kamu mikirin perempuan tidak berguna itu. Eh kasihan Irna tahu, oya malam pertama kalian bagaimana]@Irna[Lancar dong, Ma. Tapi sekarang mas Bram udah balik ke rumah istri tuanya itu]@Rita[Jangan lama-lama, Bram. Kasihan Irna, nanti keinginan mama untuk dapat cucu tidak kesampean kalau kamu masih ngurusin perempuan nggak guna itu]Felys tidak kuat untuk membaca chat di grup wa keluarga suaminya itu. Apa mungkin ini alasan ibu mertuanya mengeluarkan dirinya dari grup wa tersebut. Agar mereka bebas mengatakan apa saja,

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
22 Chapters

Tamu Kejutan

@Rita[Selamat datang, Sayang di keluarga Wijaya. Semoga kamu betah ya menjadi menantu mama]@Irna[Terima kasih ya, Ma. Pasti betah lah, mama dan semuanya kan baik]@Dila[Selamat datang, Kak. Semoga cepet dapat momongan ya, kasihan mama udah pengen punya cucu]@Irna[Do'akan saja ya, mudah-mudahan segera]@Abram[Ingat ya, di antara kalian harus menjaga rahasia ini. Jangan sampai Felys tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian]@Rita[Sudahlah, Bram. Untuk apa kamu mikirin perempuan tidak berguna itu. Eh kasihan Irna tahu, oya malam pertama kalian bagaimana]@Irna[Lancar dong, Ma. Tapi sekarang mas Bram udah balik ke rumah istri tuanya itu]@Rita[Jangan lama-lama, Bram. Kasihan Irna, nanti keinginan mama untuk dapat cucu tidak kesampean kalau kamu masih ngurusin perempuan nggak guna itu]Felys tidak kuat untuk membaca chat di grup wa keluarga suaminya itu. Apa mungkin ini alasan ibu mertuanya mengeluarkan dirinya dari grup wa tersebut. Agar mereka bebas mengatakan apa saja,
Read more

Menyadap W******p

"Permisi, maaf saya datang terlambat," ucap Felys. Detik itu juga meraka menoleh ke arah di mana Felys berdiri, terlihat jelas jika mereka terkejut akan kehadirannya, terutama Abram dan keluarganya. ***Abram yang sedang merangkul pundak Irna, seketika menurunkan tangannya. Bahkan lelaki berjas itu langsung menghampiri Felys, terlihat jelas raut wajah Abram yang panik. Sementara itu, Felys hanya tersenyum dan terus bersikap tenang. "Sayang kamu ada di sini, maaf aku .... ""Kok kamu di sini, Mas. Bukannya tadi kamu bilang ada meeting." Felys memotong ucapan suaminya, detik itu juga Abram menjadi gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena memang apa yang istrinya katakan itu benar adanya. "Iya, tadi mama yang nelpon Abram dan menyuruhnya untuk datang ke sini." Rita, ibu mertua Felys menimpali. Bahkan wanita setengah abad itu berjalan menghampiri putra serta menantunya itu. Hampir semua mata tertuju pada Felys, mungkin mereka merasa bingung akan kehadirannya. "Dia siapa, jeng?"
Read more

Menggagalkan Rencana

Felys cukup menahan napas saat membaca chat mereka, ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkinkah ada dendam masa lalu, tapi apa? Felys harus segera mencari tahu. ***"Aku masih belum mengerti dengan apa yang mama bicarakan dengan mas Bram. Apa mungkin mama punya masalah dengan mendiang orang tuaku." Felys memijit pelipisnya yang lumayan sakit. Cukup rumit masalah yang kini Felys hadapi, karena di balik semua itu tersimpan teka teki yang harus ia pecahkan. Setelah itu Felys membaca chat antara suami dan madunya itu. Sejujurnya ia sangat malas untuk membuka chat mereka, apa lagi sampai membacanya. Pasti akan sangat menyakitkan, tetapi jika tidak dibaca Felys tidak akan tahu apa rencana mereka untuk selanjutnya. @Irna[Gimana, rumahnya sudah dapat atau belum, Mas. Aku nggak betah tinggal di rumah mama]@Abram[Sudah, nanti tinggal dibayar saja. Kamu yang sabar ya, setelah semua beres nanti kamu bisa pindah dari rumah mama]@Irna[Beneran loh, Mas. Jangan boho
Read more

Kedatangan Irna

"Pak Vino, Pak kalau tidak salah namanya," jawabnya. Seketika Abram terkejut saat mengetahui jika sepupu istrinya yang sudah membeli rumah tersebut. Pertanyaannya, untuk apa Vino membeli rumah itu. ***"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Abram berpamitan, setelah itu ia memutuskan untuk kembali ke kantor. Urusan rumah bisa dipikirkan nanti, karena saat ini pekerjaan di kantor yang lebih penting. "Ah sial." Abram memukul setir mobilnya, kesal itu yang ia rasakan. Entah apa yang akan Abram katakan pada Irna nanti, karena wanita itu sudah menagih terus. "Kalau Irna nanya nanti aku jawab apa," gumamnya. Setelah itu Abram melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Ia baru teringat jika hari ini akan ada meeting, bukan itu saja, hari ini Abram juga akan bertemu dengan beberapa klien. "Urusan Irna nanti saja, mending aku matikan saja ponselnya," gumamnya. Setelah itu Abram memutuskan untuk fokus dengan pekerjaannya. Berharap semoga Irna tidak membuat ulah, karena wanita itu ti
Read more

Masuk Perangkap

"Apa aku boleh tinggal di sini? Aku diusir dari kontrakan karena sudah tiga bulan belum bayar," jawab Irna. Memang selama ini Irna tinggal di kontrakan, dan setahu Felys sahabatnya itu bekerja di restoran. Entah sekarang masih iya atau tidak, karena sudah lama mereka tidak bertemu. ***"Aku nggak salah denger, Irna datang dan meminta untuk tinggal di sini. Ke mana urat malunya, setelah menikah diam-diam dengan mas Abram. Dan sekarang tanpa rasa berdosa datang untuk tinggal di sini, mungkin lebih tepatnya numpang." Felys membatin. "Tapi sepertinya nggak ada salahnya aku terima, dengan seperti ini aku lebih mudah untuk menjebak mereka. Irna, Irna, kamu datang ke tempat yang salah, terlalu nekat untuk datang ke kandang macan." Felys kembali membatin. "Felys, bagaimana." Suara Irna mampu membuyarkan lamunan Felys. "Oh, tentu saja boleh, ayo masuk." Felys mempersilahkan Irna untuk masuk ke dalam. "Sayang tu .... " Abram menghentikan ucapan serta langkahnya saat melihat istrinya kembal
Read more

Fakta Mengejutkan

Setelah itu Irna memeluk tubuh Abram, beberapa hari tidak bertemu membuatnya sangat rindu. Awalnya Abram hanya diam, tetapi Irna sangat pandai untuk membuat lelaki itu merespon apa yang ia inginkan. Tanpa mereka sadari, semua ucapan dan perbuatan kedua penghianat itu telah terekam. Dengan begitu Felys akan mudah untuk menghancurkan mereka. ***Di lain tempat saat ini Felys sedang menunggu kedatangan Vino. Sepupunya itu mengatakan jika surat yang ia urus sudah jadi. Mobil dan butik sudah berpindah menjadi atas nama Felys, setelah ini ia tinggal menjualnya, dan uangnya akan Felys pakai untuk disumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan. "Sorry, di jalan macet." Vino menjatuhkan bobotnya di kursi, sementara Felys hanya mengangguk seraya mengaduk-aduk minuman yang ada di hadapannya itu. Entah kenapa hatinya terasa sangat sakit, terlebih mengingat jika saat ini suaminya sedang bersama istri mudanya itu. "Iya, nggak apa-apa kok," ujar Felys. "Gimana udah jadi.""Udah, silahkan kamu p
Read more

Peringatan Pertama

"Kamu wanita terhebat yang pernah aku temui," batin Vino, ia benar-benar salut dengan ketegaran hati sepupunya itu. ***"Kamu simpan baik-baik flashdisk ini, karena semua bukti kejahatan ibu mertuamu ada di sini." Vino menyerahkan flashdisk tersebut, dengan segera Felys menerimanya. Ia berjanji akan membuat hancur keluarga suaminya itu. "Ya sudah aku pulang sekarang ya, kalau aku terlalu lama pergi, keenakan mereka di rumah," ujar Felys seraya bangkit dari duduknya. "Iya, kalau butuh bantuan langsung telpon saja," paparnya. Sementara itu Felys hanya mengangguk, setelah itu ia beranjak keluar dari rumah Vino. Dalam perjalanan pikiran Felys menjadi kacau, ia tidak pernah menyangka jika kematian kedua orang tuanya karena sudah direncanakan oleh ibu mertuanya sendiri. Kini Felys paham, kenapa ibu mertuanya selalu bersikap dingin dan bahkan hubungan mereka tidak pernah akur. Satu jam lebih dalam perjalanan, kini Felys sudah tiba di rumah. Ia menarik napas, setelah itu Felys melangkahk
Read more

Mengusir Penghianat

"Iya aku tahu, dan aku sudah dapat persetujuan dari kamu kok. Ingat kan semalam kamu udah tanda tangan." Felys memotong ucapan suaminya. Seketika Abram menepuk jidatnya saat teringat jika tadi malam Felys sempat meminta tanda tangan darinya, dan tanpa bertanya Abram langsung menanda tanganinya. ***Abram menjatuhkan bobotnya di sofa, lalu mengusap wajahnya dengan gusar. "Aku memang bodoh, bisa-bisanya aku tertipu."Felys menghela napas. "Ya sudah mau ke kantor apa nggak, Mas."Abram menoleh istrinya. "Aku boleh pinjam mobil kamu.""Boleh, kita berangkat bareng aja ya, soalnya hari ini aku mau ikut kerja," ucap Felys, mendengar itu Abram sedikit terkejut. Karena selama ini istrinya itu selalu diam dan duduk di rumah, tapi kenapa sekarang mendadak ingin ikut bekerja. "Kamu mau ikut kerja?" tanya Abram tak percaya, pasalnya selama ini Felys tidak pernah mau ke kantor. Paling jika ada keperluan saja. "Iya, memangnya kenapa? Sebentar ya, aku siap-siap dulu." Felys beranjak naik ke lanta
Read more

Daftar Hutang

Setelah mereka pergi, Felys tiba-tiba memegangi kepalanya yang terasa pusing. Sedetik kemudian, tubuh Felys ambruk ke lantai, bi Jum yang melihat itu segera berlari menghampiri majikannya itu. ***Dua puluh menit kemudian, Felys mulai mengerjapkan matanya. Perlahan kelopak matanya terbuka sempurna, pertama orang yang dilihat adalah Vino. Sedetik kemudian Felys baru ingat jika ia sempat merasa pusing. "Kamu sudah bangun, gimana masih pusing nggak?" tanya Vino, sementara itu Felys hanya menggeleng, setelah itu ia bangkit dan duduk seraya menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. "Udah mendingan, kamu udah lama?" tanya Felys. "Lumayan, pas aku ke sini bi Jum lagi panik lihat kamu tiba-tiba pingsan." Vino menjelaskan, sementara Felys masih diam. Felys memijit pelipisnya lalu mengusap wajahnya. "Akhir-akhir ini badan aku nggak enak, terus kalau pagi suka mual sama pusing.""Kamu ingin tahu jawabannya?" tanya Vino, sementara Felys hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Kamu sedang
Read more

Pemecatan Abraham

"Nanti mama juga akan tahu sendiri, dan satu lagi, kalau sertifikat rumah ini masih atas namaku. Jadi siap-siap saja kalian angkat kaki dari rumah ini. Dan untuk kamu, Mas jika memang kamu tidak mau menceraikanku, maka aku sendiri yang akan menggugat cerai kamu." Setelah mengatakan itu Felys memilih untuk keluar dari rumah tersebut. Selangkah lagi ia akan menang, dan para penghianat itu akan hancur. ***Abram mengusap wajahnya dengan gusar. "Aku memang laki-laki yang tidak berguna, kenapa juga aku harus menuruti keinginan mama. Pelan tapi pasti, aku akan kehilangan Felys, walaupun pernikahan kami karena terpaksa, tapi aku terlanjur nyaman bersama dengan Felys.""Mas kamu bisa diam nggak sih, aku bosen denger kamu nyebut nama Felys terus," ujar Irna yang sangat kesal dengan sikap suaminya. Abram seperti sudah tergila-gila dengan Felys, dan hal tersebut yang membuat Irna bertambah cemburu. "Sudah, kalian tidak perlu bertengkar, sekarang kita berpikir untuk bisa menyingkirkan Felys. La
Read more
DMCA.com Protection Status