Namun, apa david percaya? Setelah melihat reaksi Rachel, setelah melihat ruam ruam ruam di tubuh Rachel, apa ia masih percaya? Tidak! ia sulit mempercayainya.
Setelah mengatakan itu, Rachel berbalik. la hanya ingin ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin dan mencoba menenangkan perasaannya yang benar benar sakit. "Berhenti!" ujar David dingin. Namun, Rachel tetap berjalan. la tak ingin mendengar kata kata kejam David lagi. la tak ingin membenci laki laki itu. karena ia tahu, siapa pun suami yang melihat keadaan tubuhnya yang seperti ini, ia pasti akan curiga. Hanya saja, ia belum siap menceritakan apa yang terjadi padanya saat ini. ia membutuhkan waktu, paling tidak satu hari untuk menenangkan diri. David sendiri yang melihat jika Rachel sama sekali tak mengindahkan kata katanya dan terus melangkah itu mendecakkan lidah. Saat pintu kamar mandi tertutup ia dengan mata gelapnya menatap pintu itu dengan dingin. "Oh, kau lebih menyukai cara kasar," sinis David yang langsung berdiri. Bukan hanya itu, ia juga membuka sabuknya. Melemparnya ke lantai hingga membuat suara berdenting yang cukup membuat tubuh orang menggigil. Dengan langkah tegas, ia berjalan ke arah kamar mandi. Melihat kamar mandi yang terkunci, ia hanya menyeringai. Tanpa komando, ia menendang pintu itu, membuat engselnya terlepas, dan sosok Rachel yang sedang berjongkok di bawah pancuran itu terkejut dengan mata melebar. "David?" "Layani aku!" ucapnya dingin. Rachel yang mendengar itu menggelengkan kepala. Matanya menatap David yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya. Tubuh laki laki itu juga basah kuyup. la dengan cepat menghindar. "Lepaskan aku!" pekik Rachel saat David dengan mudahnya memeluk pinggangnya yang ramping itu. "Kenapa? Bukankah ini yang kau inginkan? Aku yakin, kau menantikan malam pertama kita. Dan itu juga membuatmu memilih untuk mengkhianati ku kan? Kalau begitu, akan aku beri kau malam pertama hari ini juga," bisiknya yang sudah mengangkat tubuh Rachel. Rachel yang mendengar itu membelalakkan mata. Matanya menatap ranjang yang tampak berantakan itu dengan pandangan takut. "Tidak! jangan lakukan itu. Aku mohon, jangan lakukan itu," pintanya dengan tubuh meronta ronta. Namun, yang tak ia sangka, kata kata penolakannya itu semakin membuat wajah David menggelap. Jika tadi ia masih memiliki sedikit sisi kemanusian, maka kali ini benar benar hilang. la dengan kejam melempar Rachel ke atas ranjang, membuat kepala Rachel tak sengaja terantuk kepala ranjang hingga membuat luka sebelumnya yang ia tutupi semakin meradang. "Kenapa? Kau benar benar lebih suka melakukan hal seperti itu dengan laki laki asing dibanding suamimu?" tanya David yang sudah melucuti pakaiannya sendiri. Untuk Rachel, wanita itu sudah polos tanpa busana. Kepalanya yang berdenyut akibat benturan yang ia terima benar benar membuatnya tidak bisa melihat tubuh David yang sekarang sudah polos total. "Jangan khawatir, aku hanya ingin menuntaskan kewajibanku sebagai seorang suami. Apa kau pikir, aku sudi menyentuh tubuh menjijikkan mu ini?" sinis David sambil memandangi tubuh polos Rachel dengan jijik. Rachel yang sudah bisa menahan pusing di kepalanya itu kembali terkejut saat David sudah kembali mengungkungnya. Bukan hanya itu, kedua tangannya juga di cengkar menjadi satu di atas kepalanya dengan kedua kaki yang dijepit kuat. "Aku mohon, jangan lakukan ini. Jangan seperti ini. Aku tidak ingin membencimu," pinta Rachel dengan mata berlinang air mata. Bukannya luluh, David malah merasa semakin marah. Matanya menatap Rachel dengan pandangan dingin. "Kau mau membenciku? Aku tidak peduli. Dibanding kau, aku bahkan lebih membencimu. Berani sekalu kau mengkhianati ku!" desisnya dengan tangan yang mencengkram rahang Rachel kuat. Bayangan bagaimana Rachel menghabiskan hari harinya dengan laki laki asing selama ia melakukan perjalanan bisnis benar benar membuatnya marah. Ia tidak tahu, apa penyebab kemarahannya itu muncul. Hanya saja, ia tak suka jika apa yang ia miliki, dimiliki orang lain. Miliknya, hanya untuknya. Tidak ada satu pun orang yang boleh memilikinya. Dan hal itu juga berlaku untuk Rachel. Dengan kasar, ia mencium bibir Rachel. M3lum4tnya, seakan akan dengan lum4t4n itu, ia bisa melampiaskan amarahnya. Sementara Rachel yang tak menyangka malam pertama yang ia pikir akan berlangsung dengan indah itu berubah menjadi malam penuh petaka. Tubuhnya bahkan kaku, seiring dengan David yang meregangkan kakinya. "Sudah berapa puluh laki laki yang mencicipi mu?" sinis David yang benar benar tak lupa untuk mencaci Rachel. Rachel sendiri yang merasa putus asa itu hanya bisa menatap David dengan mata berlinang. la benar benar tidak tahu, sosok laki laki yang membuatnya jatuh cinta dalam satu pandangan bisa merendahkannya sebegitu kejinya. "Ck, sepertinya terlalu banyak, sampai sampai kau tidak bisa menghitungnya," cibir David yang membuat perasaan cinta Rachel perlahan terkikis. "Apa kau senang menghinaku seperti ini?" tanya Rachel dengan suara bergetar. "Menghinamu? Aku tidak menghinamu, tapi aku mengatakan suatu fakta," ujar David yang membuat Rachel memejamkan mata sambil tersenyum penuh keputusasaan. "Kalau begitu, lakukanlah. Perlakukan aku seperti kata katamu itu," ujarnya dengan dingin. David yang mendengar itu semakin menggertakkan gigi. la ingin mendengar Rachel memohon padanya. Meminta maaf karena sudah berani mengkhianatinya. Tapi lihatlah, wanita itu malah berani bertingkah seperti ini. Seakan akan, di sini ia sama sekali tak bersalah. "Kau jangan khawatir, aku akan memperlakukan p314cur seperti p314cur!" ujarnya dengan seringai keji. Rachel yang mendengar itu hanya tersenyum miris. Air matanya mengalir dengan deras, sorot matanya bahkan terlihat benar benar redup. David yang melihat itu semakin marah. Kali ini ia tidak lagi ragu. Dengan kasar, ia mengangkat satu kaki Rachel, membuat Rachel yang siap mendapatkan perlakuan buruk dari laki laki yang seharusnya melindunginya itu memejamkan mata. Hingga beberapa saat saat ia merasakan benda keras nan tumpul mulai menerobos dinding kesuciannya, ia benar benar tak bisa menahan tangis. la benar benar hancur, hancur di tangan laki laki yang tak pernah ia bayangkan akan menghancurkannya seperti ini. "Ra ... Rachel?" panggil David tak percaya saat ia melihat darah yang menetes dari tempat di mana ia paksa untuk masuki itu. meskipun ia tak memiliki pengalaman apa pun, perasaan merobek sebuah penghalang di sana membuatnya mengetahui sesuatu. "Lanjutkan, bukankah kau mengatakan aku hanya p314cur. Perlakukan aku seperti itu," ujar Rachel dengan suara serak. la bahkan tak mau menatap David lagi. David yang benar benar tercengang jika sang istri masihlah seorang perawan. Kali ini, cinta yang ia miliki untuk David benar benar lenyap tak tersisa. Seperti David yang merenggut kehormatannya dengan cara tercela."Rachel," panggil David dengan suara serak.Rachel sendiri yang tak memberikan respon apa pun setiap David menyentuhnya hanya menatap ke arah samping. la benar benar enggan menatap wajah David."Kau sudah puas kan? Menyingkirlah dari tubuhku," lirih Rachel dengan suara serak.Sementara David yang sudah mendapatkan pelepasan itu menatap Rachel dengan perasaan bersalah. la dengan hati hati melepaskan diri, membiarkan Rachel terbebas.Sementara Rachel yang merasa tubuhnya benar benar sakit itu dengan cepat memunggungi David sebelum David mengatakan sesuatu. Namun, dibanding tubuhnya, ada yang lebih sakit. Hatinya terasa remuk redam tak terbentuk. Air matanya bahkan tumpah ruah.Malam pertamanya benar benar hancur. Hinaan, cacian, dan pel3c3han benar benar menghancurkannya. Kini ia sadar, di dunia ini, dongeng yang paling penuh kebohongan adalah dongeng cinderela."Maaf," bisik David yang ingin menjangkau punggung Rachel.Na
"Ke mana saja nyonya selama pergi tadi?" tanya David dingin ke arah supir yang kebetulan bertanggung jawab atas kepergian Rachel tadi.Sang supir yang tak tahu menahu tentang hal buruk yang menimpa Rachel itu diam diam menggigil. la dengan hati hati menjelaskan ke mana saja Rachel tadi. Bahkan, ia juga menjelaskan jika Rachel sempat memintanya untuk mengantar ke mall sebelum kembali ke rumah.David yang mendengar itu menggertakkan gigi. "Jadi, kau membiarkan nyonyamu masuk ke dalam tanpa pengawasan?" tanya david dingin.Sang supir yang mulai merasa jika ada yang tidak beres itu menganggukkan kepala kaku. Matanya menatap David yang sorot matanya perlahan berubah menjadi iblis."Kau dipecat!" putus David tanpa pikir panjang.Supir yang mendengar itu membelalakkan mata. Matanya menatap David tak percaya."Tuan?""Silahkan kemasi barang barangmu. Saya tidak membutuhkan pekerja yang tidak berguna!" putus David sama sekali tak
Sementara di luar, terlihat sosok Clarisa yang lagi lagi datang ke mansion David tanpa diundang. Beberapa pelayan yang sudah akrab dengan Clarisa itu tampak tersenyum ramah. Mereka bahkan jauh lebih sopan saat berhadapan dengan Clarisa dibanding dengan Rachel. "Nona, anda datang?" sapa pelayan yang baru saja melayani Rachel. Clarisa yang melihatnya tersenyum. la mengangkat tangan kananya, menunjukan satu kotak besar kue yang baru saja ia beli. "Ya, tadi aku mampir ke toko kue langganan. Aku pikir, kalian pasti menyukainya," ujarnya ramah.Pelayan itu tersenyum puas. Matanya menatap pelayan lainnya yang juga memiliki ekspresi sama."Nona, anda benar benar nona idaman. Sayang sekali," gumam pelayan itu yang masih bisa di dengar Clarisa.Namun, Clarisa tak menunjukan banyak ekspresi. la masih saja tersenyum. Matanya menatap sekeliling."Di mana Kak David?" tanya Clarisa saat tidak melihat keberadaan David.
Semua pelayan menatap David yang memasuki mansion dengan ekspresi tak percaya. Sementara David yang tak mempedulikan mereka terus berjalan."Di mana nyonya?" tanya David saat melihat Thomas yang menatapnya dengan ekspresi terkejut.Thomas yang mendengar pertanyaan itu mengerjap. Matanya teralih dari bunga yang dipegang David, kemudian ke wajah laki laki itu yang terlihat tanpa ekspresi."Nyonya ada di ruang musik," jelas Thomas.David yang mendengar itu mengerutkan kening. "Ruang musik?""Ya Tuan, nyonya sedang melakukan les piano," jelasnya yang mengingatkan jika memang semenjak menikah dengan David, Rachel dituntut untuk menguasi beberapa alat musik.David yang baru memahami hal ini mengerutkan kening. Selama ini, ia benar benar meyerahkan urusan Rachel pada kepala pelayan.Sementara di dalam ruang musik, tampak Rachel yang menatap tuts tuts piano itu dengan pandangan serius. Diantara seluruh pelajaran yang harus ia pe
David melingkarkan tangannya di pinggang Rachel. Rachel sendiri yang melihatnya sama sekali tak berkomentar. Matanya menatap lurus ke depan, tenang seperti yang selalu di latih oleh Emina."Jangan gugup, ada aku di sini," bisik David yang membuat Rachel itu menolehkan kepala."Hm."Mereka berdua berjalan dengan tenang. Blits kamera menyapa mereka, membuat beberapa pengawal dengan sigap melindunginya agar para wartawan tidak menyerbu tamu undangan.Beberapa wanita yang biasanya mengejek Rachel diam diam, bahkan dibuat terdiam saat melihat kali ini Rachel muncul bersama dengan David.Terutama Clarisa, Clarisa yang selama ini diam diam ikut menertawakan Rachel karena selalu datang di acara besar sendiri itu tertegun saat melihat bagaimana David dengan hati hati melindungi Rachel dari beberapa wartawan yang ingin mendekat.Tangannya diam diam mengepal. Matanya menatap dua orang yang menjadi topik hangat. Baik dari reporter, atau pun
David yang mendengar Clarisa menyebut kata ayah itu mengerutkan kening. Hubungannya dengan ayah Clarisa bisa dianggap dekat."Ya.""Bagus, kalau begitu, ayo kita temui ayahku sekarang juga," ujar Clarisa dengan senyum penuh kepuasan.Tangannya bahkan hendak menjangkau lengan David, namun David dengan cepat menghidar."Kak?""Kau bisa pergi lebih dulu. Aku akan datang bersama dengan istriku," ujar David dengan tegas.Senyum di wajah Clarisa lenyap. Matanya menatap David dengan tatapan tak percaya. "Tapi Kak""Maaf, aku harus menjemput istriku," ujarnya yang tak ingin terlalu lama mengobrol dengan Clarisa.Sudah cukup, skandal skandal terkait hubungannya dengan Clarisa, ia tak ingin medengar skandal skandal itu lagi.Jika dulu ia bisa abaikan, maka sekarang tidak. Ia sudah memiliki seorang istri, dan ia tak akan membiarkan istrinya mendengarkan skandal skandal tak penting itu.Clarisa yang meliha
Drt... Drt...Suara getaran ponsel David membuat keheningan itu terpecah. David yang melihat nama Ali tertera di ponselnya itu mengerutkan kening."Hm, apa terjadi sesuatu?" tanya David dengan nada dingin.Rachel yang mendengar pertanyaan itu mau tak mau melirik ke arah David. Jejak penasaran terlihat di wajahnya. Hingga kata kata David selanjutnya membuat ia benar benar menatap laki laki itu sepenuhnya."Siapkan penerbangan malam ini, kita akan berangkat ke sana," ujar David dengan nada tegas.Setelah itu, ia mematikan panggilan.Ekspresinya terlihat rumit, kemudian ia menatap Rachel lagi."Aku harus pergi, terjadi sesuatu di perusahaan cabang," jelas David.Rachel yang mendengar itu sedikit mencengkram dress yang ia kenakan."Mungkin butuh beberapa hari," tambah David.Rachel yang mendengar itu hanya bisa menganggukkan kepala. Setelah itu, ia kembali membuang muka.David yang melihat
"Ck!"Rachel melangkah dengan langkah tegap. Tangannya mengepal. Ekspresinya bahkan terlihat benar benar dingin."Nyonya," sapa Thomas yang tapak buru buru.Rachel yang mendengar itu menghentikan langkahnya. Ekspresi dinginnya sama sekali tak berubah."Nyonya, saya izin untuk kembali ke tempat kelahiran saya, Nyonya," ujar Thomas yang sama sekali tak memperhatikan ekspresi Rachel sama sekali."Apa yang terjadi?""Nyonya, putra saya kecelakaan," jelas Thomas dengan mata memerah.Rachel yang mendengar itu terkejut. Matanya menatap Thomas yang selama dua minggu lebih ini benar benar melindunginya dan menghormatinya.Jika kalian bertanya apa yang membuatnya bertahan selama dua minggu lebih ini dengan sikap para pelayan yang sering mengunjingnya, serta David yang menghilang tanpa kabar, maka ia tak akan ragu mengatakan jika Thomas lah yang membuatnya bertahan,Nasehat nasehat Thomas, semangat dari laki laki
"Siapkan pesawat. Kita akan berangkat sekarang juga,' ujar David tepat setelah ia sampai di perusahaan.Ali yang baru saja hendak menyampaikan tentang pertemuan yang harus dilakukan David dengan salah satu investor itu mengerutkan kening. Matanya menatap David yang tampak seperti predator."Tuan, tapi pertemuan ini ,..."Apa kau tuli, hah? tunda semua pertemuan. Siapkan semuanya. Kita harus ke negara Ita** sekarang juga!" selanya dingin.Ali yang mendengar itu hanya bisa mengangguk. Jujur, setelah hubungan David dan perdana menteri memanas akibat David yang memasukan putrinya ke penjara, beberapa pihak sering menekan David.Namun, melihat bagaimana sikap David kali ini, yang bahkan rela mengabaikan pertemuan penting itu membuatnya benar benar berpikir, pasti kepergiannya kali ini ada hubungannya dengan Rachel."Saya akan menyiapkan semuanya, Tuan. Saya juga akan mengalihkan semua pertemuan secara online," ujarnya yang diabaikan D
"Pengadilan masih belum menyetujui gugatan ceraimu, ujar Violet saat melihat Rachel yang baru saja keluar dari kamar Amanda.Rachel yang mendengar itu menghentikan langkahnya. Matanya mau tak mau menatap Violet yang menatapnya dengan tatapan dalam."Biarlah," jawab Rachel acuh."Apa kau tidak ingin perceraianmu segera dikabulkan?" tanya Violet lagi dengan pandangan dalam.Rachel yang baru saja hendak menuangkan air dalam gelas itu kembali menghentikan gerakan tangannya. Matanya tampak rumit, namun sedetik kemudian tatapan matanya terlihat jauh lebih tenang dan jernih."Aku ingin, tapi jika dia mempersulitnya, itu urusannya. Toh, jika ia ingin menikahi wanita itu, ia harus menyetujui gugatanku," jawabnya acuh tak acuh.Setelah itu, ia menegak satu gelas air itu dengan tenang. Mengabaikan tatapan Violet yang intens."Apa kau tahu, wanita itu masuk penjara," ujar Violet menyebut tentang kondisi Catrine.Rachel yang
Ali yang baru saja keluar dari kantor itu mengerutkan kening saat melihat Clarisa yang menangis itu. la hanya menggelengkan kepala."Nona, berhentilah. Tuan tidak akan pernah tergerak dengan anda," ujar Ali benar benar tak ingin melihat Clarisa yang terus menangis setiap bertemu dengan David.Clarisa yang mendengar itu menolehkan kepala. Matanya menatap Ali dengan pandangan dingin."Bukan urusanmu! Urusi saja urusanmu sendiri!" desisnya penuh peringatan.Setelah itu, ia membalikkan badan. Mengusap wajahnya dengan kasar dan masuk ke dalam mobil.Ali yang melihat itu hanya menggelengkan kepala. Kadang ia benar benar bingung dengan orang orang seperti Clarisa.Jika dipikir pikir, Clarisa sudah memiliki semuanya. Kenapa ia harus terpaku dengan satu laki laki yang sudah pasti tidak akan bisa mencintai orang lain. Kenapa logika orang orang seperti itu mati?"Hah, benar benar di luar logika," gumamnya benar benar tak habis piki
"Tuan, saya mendapatkan lokasi terakhir, nyonya, ujar Ali yang baru saja mendapatkan titik lokasi tempat Rachel berada.David yang sibuk menghubungi beberapa orang untuk menyeterilkan bandara itu menolehkan kepala. Wajahnya yang menggelap perlahan memiliki binar.la dengan cepat mendekati Ali. "Di mana?" tanyanya penasaran.Ali dengan cepat menunjukan tabletnya. David yang melihat itu menganggukkan kepala. Segera, mereka berdua keluar untuk menuju lokasi terakhir Rachel.Ali yang melihat itu bahkan dibuat takjub. Jujur, ia benar benar ingin mempertanyakan berapa banyak energi yang dimiliki David saat ini.Kenapa David masih memiliki tenaga banyak untuk berjalan secepat itu? ia tahu betul, bagaimana kehidupan David selama dua minggu lebih ini. Tak ada hari tenang, tak ada hari istirahat.Laki laki itu terus bekerja dan tetap tenang untuk melawan tekanan dari beberapa pihak yang ingin menutup perusahaan cabangnya.Bukan ha
"Di mana istriku?" tanya David dingin.Semua orang yang melihat kemuncuan David di mansion ini kembali terkejut. Lebih lebih Ali yang sedang menyiapkan beberapa pelayan baru."Tuan?""Apa kau melihat istriku?" tanya David saat melihat Ali.Ali semakin mengerutkan kening. "Nyonya? bukankah Nyonya ada di rumah sakit?" gumamnya benar benar bingung.David yang mendengar itu segera mengubah ekspresinya. Kecemasannya benar benar tidak bisa ia tutupi lagi. Entah mengapa ia yakin jika Rachel menghilang."Kumpulkan seluruh pengawal!" perintahnya dengan nada dingin.Ali yang tak tahu apa yang terjadi itu dengan sigap mematuhi perintah David. Ia meminta semua pengawal itu berkumpul.Hanya saja, belum sempat David mengucapkan perintah, terdengar suara kurir di depan gerbang.Ekspresi David yang sudah menggelap semakin menggelap. Pengawal yang melihat itu dengan cepat bergegas, kemudian mengambil paket yang diperunt
"Nyon_Nyonya?" dahi Carla berkerut saat melihat ranjang yang tampak kosong.David yang berdiri di belakang Carla karena memang ia tak ingin langsung muncul itu mengerutkan kening saat melihat keanehan bawahannya itu. Dengan cepat, ia bergegas masuk."Di mana istriku?" tanya David dingin saat ia melihat ranjang yang kosong.Carla juga yang tak menyangka jika nyonya benar benar tidak ada di ruangan itu tampak kelabakan. Ia masih ingat dengan jelas, nyonyanya masih terbaring lemah di atas ranjang sebelum ia pergi."Nyonya ... Nyonya tadi masih ada di sini," ujarnya benar benar bingung dengan situasi yang terjadi saat ini.David mengerutkan kening. Mau tak mau, ingatannya kembali pada saat ia melihat wanita yang duduk di atas kursi roda."Apa ada orang lain yang mengunjungi istriku?" tanya David dengan dingin.Carla menggeleng cemas. "Tidak ada, Tuan, tidak ada satu pun orang yang mengunjungi Nyonya. Hanya saya yang menjagan
Sementara di dalam ruang rawat, terlihat Carla yang menatap Rachel sedikit bingung. "Nyonya, anda benar benar ingin merahasiakan kehamilan anda?" tanya Carla serius.Rachel yang sedang memikirkan sesuatu itu menolehkan kepala. Matanya menatap Carla yang setia menemaninya itu dengan dalam."Ya," jawabnya tanpa ragu.Carla semakin mengerutkan kening tak mengerti. "Tapi kenapa? Bukankah ini hal baik? Nyonya, dengarkan saya, jika Tuan tahu anda mengandung, status anda benar benar akan stabil," ujarnya dengan mata menatap Rachel dalam.Rachel yang mendengar kata status itu diam diam mencemooh dalam hati. Hubungan seperti apa yang ia inginkan? Ia benar benar sudah tak menginginkan hubungan seperti itu dengan David. Lebih lebih, setelah semua skandal dan semua hal buruk yang menimpanya. Lebih baik pergi menjauh, dan mencari kebahagian sendiri."Nyonya, anda tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" tanya Carla dengan mata menatap Rachel serius.
"Nyonya," panggil Carla tampak semangat saat melihat mata Rachel yang perlahan terbuka.Rachel sendiri yang tak menyangka dari ruang gelap gulit dan pengap, kini ia sudah berada di tempat yang tampak terang.Matanya menatap sekeliling, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan Carla. Carla yang melihat bagaimana cara Rachel menatapnya itu ingin sekali menangis."Nyonya, anda sudah sadar," ujarnya benar benar bahagia.Semalam suhu tubuh Rachel benar benar tinggi.Ia bahkan harus dibuat begadang untuk berjaga jaga jika sewaktu waktu Rachel kejang. Bukan hanya itu, kabar yang ia dapat dari dokter juga membuatnya semakin waspada terkat kesehatan Rachel, karena di sini, tidak hanya satu nyawa yang harus ia jaga, melainkan dua."Carla," panggil Rachel lirih.Tangannya berusaha mengambil alih oksigen yang menutup mulutnya. Namun, Carla dengan cepat mencegahnya."Nyonya, jangan lepaskan. Saya akan memanggil dokter," ujar
Dengan wajah lelah, David memasuki mansion yang terlihat sepi. Dahinya berkerut saat tak menemukan satu pun orang yang menyambutnya.Matanya menatap sekeliling, hingga matanya bertemu dengan pelayan yang tampak terkejut saat melihat kedatangannya itu."Tu... Tuan?""Di mana nyonya?" tanya David tanpa basa basi.Pelayan yang mendengar pertanyaan David itu terdiam kaku. Matanya menatap David takut. Semua orang tahu kejadian yang menimpa Rachel.Meskipun tidak semua orang bertanggung jawab tentang terkuncinya Rachel di dalam ruang musik itu, tapi semuanya merasa bersalahBiar bagaimana pun, mereka mendengar bagaimana Rachel meminta tolong. Dan mereka juga tahu bagaimana Nadine, pelayan yang paling dekat dengan Clarisa mengunci Rachel di dalam ruang musik itu.Meskipun bukan mereka yang merencanakan hal jahat itu, tapi mereka juga ikut andil, karena mereka tidak mencegah, atau pun membantu Rachel untuk keluar dari sana.