8

"Rachel," panggil David dengan suara serak.

Rachel sendiri yang tak memberikan respon apa pun setiap David menyentuhnya hanya menatap ke arah samping. la benar benar enggan menatap wajah David.

"Kau sudah puas kan? Menyingkirlah dari tubuhku," lirih Rachel dengan suara serak.

Sementara David yang sudah mendapatkan pelepasan itu menatap Rachel dengan perasaan bersalah. la dengan hati hati melepaskan diri, membiarkan Rachel terbebas.

Sementara Rachel yang merasa tubuhnya benar benar sakit itu dengan cepat memunggungi David sebelum David mengatakan sesuatu. Namun, dibanding tubuhnya, ada yang lebih sakit. Hatinya terasa remuk redam tak terbentuk. Air matanya bahkan tumpah ruah.

Malam pertamanya benar benar hancur. Hinaan, cacian, dan pel3c3han benar benar menghancurkannya. Kini ia sadar, di dunia ini, dongeng yang paling penuh kebohongan adalah dongeng cinderela.

"Maaf," bisik David yang ingin menjangkau punggung Rachel.

Namun, mengingat bagaimana sikap Rachel selama ia berusaha untuk menyentuh wanita itu tadi membuatnya menghentikan tangannya. Matanya menatap punggung wanita itu yang dipenuhi ruam merah. Entah ruam merah darinya, atau ruam merah yang didapat wanita itu sebelum ia sentuh.

Sementara Rachel yang mendengar kata maaf itu memejamkan matanya kuat. Tubuhnya menggigil. Di saat seperti ini, ia benar benar butuh sebuah pelukan. Namun, apa yang ia dapat? la hanya mendapatkan perlakuan buruk.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sebelumnya. Hanya saja, melihat tubuhmu yang dipenuhi ruam merah, aku ... aku benar benar tidak bisa berpikir dengan jernih," bisik David yang dengan hati hati menjelaskan perasaannya saat pertama kali melihat keadaan Rachel.

la tak menyebut soal kata kata Clarisa, atau pun foto yang ia terima. Karena sebenarnya, dua hal itu benar benar tak mempengaruhinya. Yang membuatnya terpancing adalah bekas ruam yang dimiliki Rachel, dan juga praduga praduganya atas sikap Rachel saat menjawab pertanyaannya tadi.

Rachel sendiri tak peduli. la tak ingin mendengarkan penjelasan apa pun dari David. la hanya ingin tidur. la ingin melupakan kenangan malam yang menyakitkan ini.

Meskipun setelah David mengetahui jika ia masihlah seorang per4w4an, laki laki itu dengan lembut menyentuhnya, ia benar benar tak bisa melupakan bagaimana kasarnya perlakuan David sebelumnya.

"Tidurlah," bisik David saat melihat Rachel yang tak meresponnya sama sekali.

Laki laki itu perlahan bangkit. la mengambil pakaiannya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhnya dengan air.

Sementara Rachel yang merasakan kepergian David meringkuk seperti bayi. la menangisi nasibnya. Bukan hanya dikhianati sang sahabat, ia juga mendapatkan perlakuan buruk dari satu satunya laki laki yang ia anggap paling baik di dunia.

Sementara di dalam kamar mandi, David sendiri merenungi semua perbuatannya. la benar benar tak menyangka akan bisa bersikap sekasar itu pada Rachel.

"Bodoh! Harusnya kau mempercayai kata kata Rachel," ujarnya memukul dinding.

la benar benar marah, mengingat bagaimana Rachel berulang kali mengatakan jika ia tidak mengkhianatinya membuatnya merasa menjadi laki laki paling bodoh.

Bukankah jika ia mencurigai perselingkuhan Rachel, ia bisa menyelidikinya diam diam tanpa harus berlaku kasar seperti ini.

Semua kerasionalan otaknya benar benar kacau jika menyangkut Rachel. Bahkan, ia juga masih mengingat bagaimana ia dengan mudahnya menerima permintaan Samanta, bibi Rachel untuk menikah dan menjaga wanita itu.

Jika dipikir pikir, bersama Rachel, ia sering melakukan hal yang tak pernah ia pikir akan ia lakukan. Salah satunya, dan yang paling penting adalah pernikahan.

Semenjak ibunya meninggal karena pengkhianatan sang ayah, dan semenjak ayahnya mengusirnya dan lebih memilih anak haramnya itu, ia benar benar bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya.

Tapi apa? la bahkan saat ini menikahi wanita yang dulu ia anggap seperti pengganggu cilik. Bukan hanya itu, ia juga menyentuhnya, hal yang tak pernah ia lakukan selama ini karena menganggap hal hal seperti itu hanya membuang buang waktu.

"Tapi bagaimana ia bisa mendapatkan bekas ruam seperti itu? apa yang terjadi sebenarnya?" gumamnya yang mulai bisa berpikir dengan jernih.

Merasa harus segera mendapatkan penjelasan, ia segera mengakhiri mandinya. la dengan cepat mengambil handuk, mengusap tubuhnya yang basah dan keluar dari kamar mandi.

Matanya mau tak mau menatap tubuh ringkih Rachel. Lagi lagi, ia merasakan perasaan bersalah yang sulit ia jelaskan.

Helaan nafas ia keluarkan. la dengan cepat memutar langkahnya, hanya saja, saat ia melangkah, ia tak sengaja menginjak ponsel Rachel yang tergeletak di lantai. Bukan hanya itu, tepat saat ia hendak mengambil ponselnya, ada pesan masuk yang membuat dahinya berkerut.

["Nyonya, saya membutuhkan keterangan anda selaku korban. Apa anda bisa datang sore ini juga?"]

"Korban?" gumam David dengan dahi berkerut.

Hingga ingatan tentang ruam merah yang membuat ia berperilaku seperti iblis itu membuat otaknya dengan cepat bekerja. Rachel dilecehkan?!