Kalyna dalam perjalan pulang ke kos-kosannya dengan hati senang dan ringan. Dirinya baru saja mengunjungi salah satu pameran lukisan yang sudah menjadi incarannya sejak awal bulan lalu. Sebagai pecinta seni yang gagal meniti karir dalam bidang kesukaannya itu, Kalyna banyak menghabiskan waktu liburnya untuk mengunjungi galeri-galeri seni atau event-event pameran seni yang, syukurnya, cukup sering digelar di Jakarta.
Karena terlalu senang dan masih terbayang keindahan lukisan yang dilihatnya di pameran, Kalyna menyebrang jalan sambil melamun, dengan pikiran yang masih melayang. Alhasil, dia tertabrak sebuah truk yang melaju lumayan kencang dari arah kanannya. Kalyna merasa dirinya tengah sekarat dan pasrah jika ia bertemu dengan malaikat maut saat itu juga. Hal terakhir yang diingatnya sebelum kehilangan kesadaran adalah salah satu lukisan favoritnya selama di pameran tadi, lukisan dengan judul “Irises”.
Kalyna terbangun dengan kepala yang luar biasa sakit. Ia mendapati dirinya terbaring disebuah kamar, yang ia duga, rawat inap termewah yang pernah dilihatnya. Terkejut dan bingung, tentu saja, Kalyna merasa ia tidak memiliki kerabat atau kenalan dekat yang dirasa sanggup memesan kamar semahal itu untuk dirinya. Kemudian, setelah beberapa hari ia bertemu dengan orang-orang yang terasa asing tapi familiar, yang mengunjungi dirinya di kamar itu, Kalyna merasa tertampar sebuah fakta.
Kalyna Prameswari, budak korporat ibu kota yang mencintai karya seni, terjebak dalam raga seorang Kaluna Hermione Osmond. Ada sebuah cerita w*****n yang sangat disukai Kalyna semasa kuliahnya, cerita roman picisan ringan dengan judul “Lily Princess” atau “Putri Bunga Lili”, dan Kaluna Hermione Osmond adalah tokoh antagonis utama dalam cerita itu.
Masih merasa pusing dengan kenyataan baru yang dialaminya, Kalyna kembali dikejutkan dengan fakta-fakta yang tidak pernah diungkap dalam cerita “Lily Princess”. Rahasia-rahasia setiap tokoh mulai tersingkap, menjungkirbalikkan alur cerita yang selama ini Kalyna kira begitu manis dan menyenangkan hingga akhir.
Kalau begini, apakah Kalyna masih dapat menganggap kehidupannya sebagai Kaluna hanya sebuah cerita, ataukah telah berubah menjadi kisah nyata yang benar-benar sedang dijalaninya? Kisahnya dalam kehidupannya?
***
Ayudia Kalyna Prameswari, lulusan magister Manajemen salah satu universitas di Bandung, bercita-cita untuk bekerja di bidang seni rupa karena kecintaannya pada karya-karya lukis, kerjainan, tapestri, patung, maupun fotografi. Sayang beribu sayang, meskipun Kalyna—begitu ia disapa—sangat mencintai seni, ia tidak memiliki kemampuan di dalamnya. Sebagaimana kebanyakan orang, mahakarya terbaiknya adalah gambar dua gunung dengan sawah dan matahari di tengah-tengahnya. Kalyna pernah mencoba untuk membuat sebuah lukisan abstrak semasa kuliah, saat itu ia diajak oleh salah satu temannya dari jurusan seni untuk ikut merayakan acara pekan seni di kampus. Kalyna masih ingat begitu jelas ekspresi wajah Nusa, temannya itu, saat melihat hasil akhir lukisan yang ia buat. Nampak jelas Nusa menatap lukisan Kalyna dengan pandangan ngeri bercampur heran, tapi cowok baik hati itu masih berbaik hati mengatakan bahwa lukisan Kalyna tidak begitu buruk. Tentu saja Kalyna tidak sebodoh itu untuk percaya ka
Kalyna merasakan kesadarannya berangsur-angsur kembali. Ia mencoba membuka matanya yang terasa berat, dan begitu berhasil membuka sedikit kedua kelopak matanya ia langsung didera pusing yang sangat hebat karena cahaya terang yang dilihatnya. Perutnya serasa diaduk, ia mulai merasa mual, dan tanpa aba-aba langsung memuntahkan isi lambungnya. Kalyna bisa mendengar samar-samar suara gaduh di sekitarnya, orang-orang berbicara dengan cepat, pintu digeser, dan badannya yang dituntun untuk kembali berbaring. “Ibu Kaluna?” panggil seseorang yang terasa berada di samping kiri Kalyna. “Ibu Kaluna?” orang itu kembali memanggil. Kalyna kembali mencoba membuka matanya, kini dengan pengelihatan yang lebih baik, matanya mulai menyesuaikan dengan cahaya di ruangan. Ia mencoba berkedip beberapa kali, pandangannya yang buram mulai tampak jelas. Kalyna mendapati seorang pria peruh baya dengan wajah serius tengah menatapnya. Ingin bertanya, tapi tenggorokannya terasa perih, jadi ia memilih berkedip den
Komik berjudul “Lily Princess” merupakan cerita romansa klise zaman ini dengan konflik yang klise pula. Ringan, mudah dinikmati. Tapi, faktor utama yang membuat Kalyna begitu menyukai komik tersebut adalah karena gambarnya yang sangat cantik dan memukau. Ia bisa betah memandangi satu panel dalam komik itu bermenit-menit, memperhatikan detail gambar dan mengaguminya. Tokoh utama dalam cerita “Lily Princess” bernama Liliana Revalina Johnson, mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis di salah satu universitas yang cukup terkenal di Jakarta. Ya, komik itu merupakan karya asli anak bangsa dan sangat populer di kalangan pembaca. Lili, begitu ia disapa—sesuai dengan judul ceritanya, memiliki kepribadian positif, baik hati, dan menyenangkan. Lili pandai mengambil perhatian dan simpati publik, selayaknya tokoh protagonis utama dalam cerita-cerita. Sosok Lili digambarkan sebagai perempuan dengan tubuh mungil, mata bulat yang selalu tampak berbinar, wajah oval yang sempurna, dan rambut lurus panjang
Note: Penyebutan tokoh Kalyna sekarang telah berubah menjadi Kaluna. Kaluna melirik Edgar dan Liliana yang kini duduk di kursi samping ranjang. Kursi itu memang cukup panjang dan muat untuk diduduki dua orang. Tapi karena postur tubuh Edgar cukup kekar, mereka tampak duduk menempel layaknya perangko dan kertas, rapat sekali. Kaluna tidak bisa mengelak bahwa pemandangan di sampingnya sedikit membuat jengah. Please deh, itu di sisi ranjang seberang masih ada satu kursi single satu. Kenapa pula dua-duanya harus duduk di sana. Kaluna melemparkan pandangan tidak nyaman pada kedekatan Edgar dan Liliana. Meskipun jiwanya telah berganti, tapi sepertinya perasaan jiwa Kaluna yang asli masih banyak tertinggal, itu mengapa ia merasa tidak senang dengan kedekatan keduanya. Edgar sepertinya menyadari tatapan Kaluna dan memutuskan untuk pindah ke kursi di sisi lain ranjang. Mengamati ekspresi wajah Kaluna yang berangsur tenang, Edgar mulai berbicara. “Lili bilang ingin menjengukmu, jadi kubaw
Sudah beberapa hari terlewat dari kunjungan kejutan Damian, Lavanya, Edgar, juga Liliana. Kaluna berdoa agar Liliana tidak lagi memiliki niatan untuk menjenguknya karena ia belum merasa siap berhadapan lagi dengan sang tokoh utama. Kedatangan Liliana bersama Edgar waktu itu meninggalkan perasaan tidak nyaman yang cukup mengganggu. Kaluna tahu kalau jiwanya tidak pernah mengenal sosok Liliana sejauh jiwa asli yang selama ini berperan dalam melakukan segala tindakannya pada mahasiswi Edgar itu. Meskipun begitu, Kaluna terus-terusan merasakan ujung jari-jarinya terasa gatal untuk meremas sesuatu saat bayangan wajah lugu Liliana tidak sengaja terlintas di benaknya. Hari ini, Kaluna membuat otaknya bekerja keras untuk memikirkan seluruh fakta yang sejauh ini berhasil ia dapatkan. Wanita muda itu mencoba mencari tahu sampai mana alur cerita komik “Lily Princess” ini sudah berlangsung melalui orang-orang di sekitarnya. Sejauh ini semua informasi yang didapat Kaluna dari dokter dan para pe
Esok paginya, ia mendapati seorang wanita paruh baya yang dikirim Edgar melalui asistennya untuk membantu mengurus keperluannya selama dirawat di rumah sakit. Selama membantu Kaluna, wanita yang dipanggil Bu Rini itu terlihat sangat terampil dan berpengalaman. Kaluna menjadi salut pada kerja keras asisten Edgar dalam menemukan dan merekrut orang seahli itu dalam hitungan jam. Tentu saja Kaluna yakin uang yang tidak sedikit banyak berperan di dalamnya. Kaluna berdecak, hidup orang kaya memang enak, asal uang terus mengalir, aku minta dibangunkan seribu candi dalam semalam pun sepertinya akan terkabul, batinnya ngawur. Hari-hari Kaluna selanjutnya hanya berisi kegiatan pemulihannya. Edgar tak lagi datang berkunjung, mungkin sedang sibuk dengan berkas-berkas perusahaan, atau sibuk menyenangkan hati mahasiswi favoritnya. Ia refleks mendengus begitu teringat pertemuan pertamanya dengan Liliana, sikap gadis itu terasa terlalu janggal bagi Kaluna. M
Saat mobil memasuki kawasan perumahan tempat rumah utama keluarga Mahawira berada, Kaluna tidak berhenti untuk membuka mulutnya takjub. Ia mengetahui jika di dunianya dulu ada beberapa perumahan elit di daerah Jakarta yang mirip seperti kawasan perumahan ini. Meski tidak seratus persen sama, tapi sepertinya penulis cerita memang mengambil referensi dari salah satu kompleks perumahan elit yang cukup terkenal akan kemewahannya di dunia nyata. Untuk mencapai area perumahan, mobil yang dinaiki Kaluna harus melewati gerbang dengan keamanan yang cukup ketat. Orang yang ingin masuk ke area perumahan itu harus memiliki kartu akses khusus, kartu dengan barcode itu akan discan pada bagian security untuk membuka gerbang. Satu hal itu saja sudah membuat Kaluna takjub, tetapi saat mobil mulai memasuki area dalam gerbang, ia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Setelah gerbang utama, ada jalan dua arah sepanjang tiga ratus met
Edgar memperhatikan suasana ruang makan yang lebih ramai dan hangat dari biasanya. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak makan bersama di ruang makan ini. Sejak Elvina pergi, rumah ini terasa jauh lebih kosong dan sepi, setidaknya bagi Edgar. Ia jarang berada di rumah dan lebih suka menyibukkan diri di kantor pusat maupun ruang dosennya di kampus. Edgar semakin merasa enggan menginjakkan kaki di rumah semenjak sikap Kaluna yang berubah terhadapnya. Wanita muda yang memutuskan menetap di rumahnya itu semakin bertindak seolah-olah ia telah menjadi nyonya rumah menggantikan sang kakak. Awalnya Edgar membiarkan, ia berpikir jika anak-anaknya tidak akan terlalu bersedih dan kesepian dengan kehadiran Kaluna setelah Elvina tiada. Selama istrinya masih hidup, adik iparnya itu sudah sering menginap untuk membantu Elvina mengurus Damian. Kesibukan Kaluna memang tidak sepadat Elvina yang mengurus galeri perhiasan keluarga mereka. Orang tua Elvina dan Kaluna sudah lama berpulang, meninggalk