Share

Bab 05

last update Last Updated: 2024-08-20 19:51:52

"Nasinya mau berapa banyak Pak?" Nilam memandangi tuannya yang tampak tertegun saat ia bertanya demikian. Dan bagi Jean, itu cukup mengejutkan baginya sebab setelah beberapa waktu terakhir ada seseorang yang mau repot-repot menuangkan nasi untuknya.

Yang bahkan, Elisha saja tidak mau melakukan itu untuknya.

"Pak? Bapak kenapa? Kok malah ngelamun?"

"Eh— enggak. Ini lho, aku—" Jean garuk-garuk kepala seperti orang linglung.

"Nasinya mau berapa banyak Pak?" ulang Nilam lagi. "Segini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan nasi yang sudah dia tuang ke atas piring.

"Udah," jawab Jean singkat.

"Lauknya Pak, silahkan ambil sendiri!" Nilam menaruh piring di depan dada Jean. Sementara dia membantu majikannya tersebut untuk membuka tudung saji supaya pria itu dapat mengambil lauknya dengan sepuas hati.

"Gimana Pak? Enak nggak?" Perempuan seksi dengan balutan T-shirt dan rok berbentuk A-line bermotif batik itu menatap tuannya penuh harap. Yah, berharap Jean memuji masakan yang telah dia hidangkan.

"Ehm, enak. Enak banget." Jean tersenyum lebar ke arah pembantu barunya, setelah mencicipi masakan perempuan itu.

"Yang bener Pak?" Nilam tersenyum penuh percaya diri.

"Iya. Enak banget rasanya. Asin, gurihnya juga pas banget," puji suami Elisha itu secara bertubi-tubi. "Kamu jago banget masaknya? Pernah kerja di restoran atau emang punya hobby masak kamu?"

"Saya kebetulan emang seneng masak Pak. Belum lagi, saat di asrama kan saya juga dilatih lagi. Mungkin karena itu masakan saya jadi lebih enak," balas Nilam sambil tersenyum malu-malu.

"Oh. Bener juga sih."

"Ya udah Pak, silahkan dinikmati. Saya, pamit mau beres-beres dapur dulu."

"Lho-lho! Kok gitu sih?" Pertanyaan Jean itu membuat langkah Nilam terhenti. "Kan tadi aki ngajak kamu buat makan bareng? Kok sekarang kamu malah mau kabur?"

Perempuan berambut panjang yang sengaja di kuncir di belakang tengkuk itu, hanya bisa menggaruk pelipisnya. "Tapi Pak, saya nggak enak kalau harus satu meja ama Bapak."

"Kenapa gitu? Kamu malu dekat denganku?"

"Bukan— tapi saya ngerasa nggak pantes. Soalnya saya kan cuma pembantu."

"Pembantu juga manusia kan? Jadi nggak usah merendah gitu! Ayo duduk! Kita makan sams-sama!"

Nilam sebenernya sangat sungkan karena harus duduk di tempat yang sama dengan majikannya. Tapi dia juga tidak berani membantah pria itu karena Jean adalah tuannya.

Suasana di meja makan terasa amat canggung. Hanya suara denting peralatan makan yang terdengar meramaikan suasana. Keduanya tidak terlalu banyak bicara, sampai—

"Nilam!" Jean memanggil pembantu yang duduk di seberang mejanya, saat tidak sengaja melihat ada biji nasi yang menempel di dagu sang pembantu.

"Iya Pak?" Nilam balik menatap majikannya dengan sorot mata yang tampak polos. "Ada apa?"

"Itu, ada nasi di dagu kamu," balas Jean.

Pipi Nilam langsung memerah. Dia langsung meraba dagunya untuk mencari nasi yang dimaksud oleh Jean. Tapi entah memang di sengaja atau tidak, Nilam terlihat kesulitan membersihkan nasi itu dari dagunya.

Hingga tanpa sadar, pria berahang tegas itu malah mengulurkan tangannya untuk mengambil nasi tersebut dari wajah sang gadis. "Udah bersih," gumam Jean.

Melihat tatapan kaget Nilam, membuat pria itu sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Ma— makasih Pak." Nilam malu sekali. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya karena perlakuan Jean tersebut.

Mencoba mengatasi situasi canggung yang terjadi, Jean pun berkata, "Aku udah selesai makannya."

Nilam memandangi pria yang berdiri di seberangnya ini. "I-iya Pak."

"Aku mau ke atas dulu. Mau siap-siap jemput Qila. Aku minta tolong beresin ini ya!"

Pembantu seksi itu hanya mengganggukkan kepalanya. Mempersilahkan Tuannya itu untuk meninggalkan tempat. Sementara dia sendiri hanya dapat mengusap dagunya yang tadi di sentuh oleh Jean. Sungguh dia merasa tersipu hanya karena sentuhan kecil itu.

Jujur dia tidak pernah mengalami hal tersebut. Bahkan saat dengan pacarnya dulu.

***

Elisha pulang ke rumah di atas jam 10 malam seperti biasanya. Namun bedanya, kali ini ada Nilam yang membukkan pintu untuknya.

"Selamat malam Bu." Nilam membukakan pintu sembari membantu Elisha untuk membawakan ras kerjanya. Dia menyambut majikan wanitanya tersebut dengan senyum ramahnya yang khas.

"Malam." Wanita berambut gelap itu membalas sapaan Nilam dengan senyum tipisnya. "Sepi banget? Mas Jean udah tidur?"

"Saya kurang tau Bu. Tadi setelah makan malam sama Mbak Qila, langsung naik ke lantai dua."

Elisha hanya menganggukkan kepalanya. "Ya sudah."

"Ibu mau makan malam? Kalau iya, nanti saya an—"

"Nggak usah. Aku udah makan tadi di kantor. Kamu simpen aja makanannya di kulkas." Itulah pesan Elisha sebelum naik ke lantai dua.

Sementara Nilam hanya mengangguk dan mengikuti semua arahan sang majikan tanpa banyak membantah.

*

"Mas!" Elisha masuk ke dalam kamar pribadinya setelah mengecek keadaan di kamar putri semata wayangnya. Ia melihat sang suami sedang bermain laptop di atas ranjang.

"Oh? Elisha? Kamu baru pulang?"

Mendapatkan pertanyaan itu membuat Elisha terkejut. Tidak biasanya sang suami menyambut kepulangannya dengan gembira. Biasanya dia akan selalu ketus saat ia pulang terlambat.

"Tumben Mas nada bicara kamu ceria gitu? Kamu lagi seneng ya?" tanya Elisha sambil menghampiri suaminya.

Jean tersentak kecil. "Masa sih? Perasaan biasa aja deh."

"Enggak Mas. Agak beda. Kamu keliatan happy gitu kok?" Elisha tersenyum. "Ayo cerita ada apa?" pintanya sambil duduk di samping suaminya.

Jean menelan ludah. Dia tidak tau jika Elisha segitu pekanya dengan perubahan moodnya. "Aku hanya merasa gembira karena salah satu karyaku lolos buat dijadikan FTV."

"Serius Mas?" Elisha terlonjak gembira. "Selamat ya Mas."

Jean kaget saat istrinya ini memeluknya erat.

"Aku tau kamu pasti berhasil." Ia memandangi sang suami dan memberikan kecupan singkat di pipi dan bibirnya.

"Yah, itu juga berkat doa dari kamu Lis. Makasih ya udah dukung aku." Jean balas tersenyum.

"Emang mau tayang di mana Mas?"

"Ini masih rencana sih, tapi sepertinya di platform digital. Kan kamu tau sendiri, aplikasi semacam itu lagi laku keras sekarang," terang Jean.

Elisha hanya menganggukkan kepalanya. Meskipun tidak begitu paham, tapi dia begitu bangga dengan apa yang suaminya lakukan. Setidaknya, setelah beberapa bulan pengangguran dan hanya menggantungkan gajinya, kini pria itu sedikit berguna sebagai kepala rumah tangga.

"Aku mandi dulu ya Mas. Nanti kita ngobrol lagi," ucap Elisha sambil mengecup pipi suaminya.

Melihat istrinya sudah berdiri, Jean langsung mencegah langkah wanita itu dan berkata, "Elisha, setelah ini aku boleh minta sesuatu nggak?"

Wanita yang masih mengenakan blouse itu mengerutkan keningnya. "Minta sesuatu? Apa itu Mas?"

Jean memandangi istrinya, "Sebenarnya aku..."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
OE EB Lib
bagus dan asyik..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Gagal 'itu...'

    Jean memandangi istrinya, dia agak ragu untuk mengatakan hal ini. Namun dia memberanikan diri berkata, "Sebenarnya aku..." "Aku apa Mas?" "Kamu mandi aja dulu. Nanti aku kasih tau," balas Jean sambil tersenyum. Elisha menekuk wajahnya. Suaminya ini senang sekali membuatnya penasaran. "Ya udah, aku mandi bentar ya." Sekitar 15 menit kemudian, Elisha sudah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidurnya. Wanita itu tersenyum ke arah Jean yang masih terjaga sembari mengeringkan rambutnya. "Kirain, kamu udah tidur." "Kan aku nungguin kamu," jawab Jean sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di atas tempat tidur. "Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa Mas?" tanya Elisha pada sang suami. Ia tatap pria yang sudah 8 tahun itu dia nikahi melalui cermin di depannya. Meskipun lelah, wanita cantik itu tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk menggunakan skincare. Jean tersenyum. Ia turun dari ranjang dan menghampiri istrinya. Pria tampan tersebut berdiri di belakang Elisha sambil memijat pungg

    Last Updated : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Kopi Spesial

    Suara baritone Jean membuat Nilam menatap ke arah tuannya ini. "Mau saya buatin Pak?""Kamu nggak capek emangnya?""Enggak kok Pak. Orang cuma sebentar aja kok.""Oke deh. Minta tolong antar ke depan ya. Sekalian mau ngerokok!" titah Jean disertai senyum tipisnya."Baik Pak. Siap."Tanpa basa-basi, gadis berkulit putih ini langsung menyiapkan kopi sesuai dengan apa yang Jean inginkan. Dan tak kurang dari 5 menit, kopi pun siap disajikan."Silahkan di minum Pak kopinya!" Suara lembut Nilam, membuat lamunan Jean buyar. Ia pandangi gadis ayu itu sebelum melemparkan senyum manisnya."Terima kasih ya. Maaf lo, malem-malem gini masih minta tolong dibuatin kopi.""Nggak masalah Pak. Toh ini juga udah tugas saya kan?"Jean menganggukkan kepalanya. Ucapan Nilam ada benarnya. Tapi bukan berarti, dia akan seenaknya memanfaatkan perempuan itu bukan? Karena pasti Nilam juga lelah karena seharian bekerja."Kamu nggak tidur?""Iya Pak ini mau tidur.""Udah ngantuk?"Nilam bingung kenapa ditanya sepe

    Last Updated : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Adu Mulut

    "MAS!" Nada Elisha ikut meninggi, tak terima mendengar ucapan sarkas dari mulut suaminya."APA?!" hardik Jean balik. "Kamu nggak terima kan aku melakukan itu? Tapi apesnya kamu juga nggak bisa puasin aku?"Elisha membeku. Dia benar-benar disudutkan oleh kata-kata sang suami."Udahlah, aku malas debat sama kamu soal ini. Capek tau nggak? Apalagi yang kita bahas hal yang sama dan berulang. Malah bikin aku tambah muak." Dengan langkah menghentak keras, Jean pergi dari hadapan Elisha. Mengabaikan sang ia istri yang mungkin terluka karena kata-katanya.Sementara perempuan berambut hitam itu hanya bisa menangis dalam diam saat menatap punggung sang suami, yang berjalan menjauh darinya. Sungguh dia merasa serba salah menjadi istri Jean. Apapun yang dia lakukan tak pernah dihargai oleh sang suami. Dan itu karena satu kesalahan yang menurutnya kecil."Mas, kenapa kamu kayak gitu sih? Padahal aku kerja juga buat memenuhi semua kebutuhan rumah ini.

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Ayo ikut!

    "Mama! Mama liat aku dulu dong! Aku cantik kan?""Iya sayang, apa sih? Mama lagi buru-buru nih. Soalnya Mama harus nyampek kantor lebih cepet," balas Elisha tanpa melihat ke arah anaknya."Tapi Mama bisa liat aku bentar aja kok. Aku pengen denger pendapat Mama soal rambut aku!" pinta Qila tak mau kalah. Bocah kecil itu mana mengerti soal urusan orang dewasa. Yang penting dia happy, itu saja. "Mama!""Wah, iya sayang kunciran kamu bagus sekali. Cantik banget."Qila yang mendengar ucapan Mamanya, bukannya merasa senang, tapi justru jadi kecewa. Bagaimana tidak, Mamanya memberikan pujian demikian tanpa melirik sedikitpun ke arahnya.Jean yang melihat kejadian itu, sebenarnya sedang menahan diri untuk tidak murka. Bagaimana ia tak kecewa melihat istrinya hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan untuk memberikan pujian pada anaknya yang tidak makan banyak waktu saja, terasa sulit bagi Elisha."Qila sayang—"Panggilan sang P

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Pembantu Bikin Salfok

    "Kamu ikut aku ke sekolah Qila ya!"Nilam reflek menautkan kedua alisnya, saat Jean memintanya demikian. "Kenapa Pak?""Soalnya kamu harus tau di mana lokasi sekolahnya Qila, biar pas nanti aku atau Elisha berhalangan dan nggak bisa jemput Qila, kamu bisa gantiin kami," terang Jean dengan entengnya. Sebenarnya dia juga bingung kenapa bisa punya ide seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir, memberitahu lokasi sekolah Qila pada Nilam, tak buruk juga."Baik, Pak. Tapi saya mau ambil jaket dulu ya. Biar rapian sedikit."Jean memberikan anggukan kecil saat sang pembantu meminta ijin padanya untuk mengambil jaket. Sementara ia sendiri menggandeng tangan Qila dan mengajaknya untuk ke depan.Dan sekitar 5 menit kemudian, ketiganya berangkat ke sekolah Qila bersama-sama menggunakan mobil. Jarak ke sekolah tidaklah jauh sebenarnya. Hanya sekitar 15 menit saja. Jadi tidak butuh waktu lama untuk putri pasangan Jean dan Elisha ini untuk segera tiba di sa

    Last Updated : 2024-09-06
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   KEBELET

    "Nggak cuma panas aja, Nilam. Masalahnya aku kebelet nih." Jean terlihat menggoyangkan pantatnya, dia merasa tidak nyaman karena ingin buang air kecil."Bapak mau pipis?" tanya Nilam dengan polosnya."Iya nih.""Tapi kan kita lagi di mobil.""Nah itu masalahnya, mana mobilnya nggak gerak sama sekali.""Saya punya ide Pak," ucap Nilam dengan semangat.Jean menautkan alisnya. "Ide apa? Kamu nggak ada niatan buat nyuruh aku turun dan pipis di pinggir jalan kan?" tanyanya."Pipisnya masukin ke botol itu aja Pak!" Dengan begitu entengnya, Nilam menunjuk ke arah botol kosong yang tergeletak di pintu mobil bagian belakang.Jean otomatis syok saat mendengar penuturan Nilam, apalagi wajah polos gadis itu ketika mengutarakan idenya, makin membuat ia terperangah. "Yang bener aja kamu?""Tenang aja Pak, saya bakal tutup mata kok. Daripada Bapak nahan pipis, malah bisa jadi penyakit entar," ucap Nilam lagi

    Last Updated : 2024-09-06
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Awal Perselingkuhan

    Tawa lepas dari para pebisnis itu, kembali memecahkan suasana. Kecuali Elisha yang hanya bisa tersenyum kecil sesekali karena canggung karena hanya dia yang berjenis kelamin perempuan di antara yang lainnya. "Udah-udah. Gimana kalau saya traktir Bapak-bapak makan siang?" ucapan Dikta membuat suasana ramai itu sedikit merendam. "Wah, boleh juga Pak. Kebetulan ini saya juga sudah lapar." "Betul sekali Pak Dikta." "Oke, bapak-bapak turun duluan saja turunnya. Saya mau bicara sebentar dengan Elisha," ujar Dikta lagi. Setelah orang-orang itu pergi, kini tinggal Elisha dan Dikta saja yang ada di sana. Dengan wajah fill senyum Dikta bertanya, "Elisha, kamu ikut sama kita kan?" "Maaf Pak. Kayaknya saya nggak bisa ikut. Soalnya saya mau beresin ini semua. Terus juga, saya udah bawa bekal dari rumah, sayang kalau nggak di makan." "Yakin kamu nggak mau ikut?" "Maaf Pak, saya

    Last Updated : 2024-09-07
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Awal Perselingkuhan 2

    "Seandainya uang yang kamu kasih cukup untuk biaya sehari-hari, mana mungkin aku sampai hutang sana sini Mas! Coba pake logika kamu Mas!" amuk Elisha. Dia benar-benar lelah menghadapi sikap keras kepala Jean. Sangat lelah.Jean tak berkutik. Pria itu hanya duduk diam di pinggir ranjang sambil memijat pelipisnya."Tolong lah Mas! Ijinin aku nerima pekerjaan ini!" pinta Elisha lagi. Sampai-sampai, ia berlutut di depan kaki suaminya dan memohon agar Jean mengizinkannya pergi bekerja. "Aku janji Mas, selama bekerja aku nggak akan lupa ama tanggung jawabku sebagai ibu rumah tangga. Sebagai istri yang baik buat kamu, juga sebagai ibu dari Elisha.""Kamu pikir enak apa jadi pegawai kantoran?" Ia menatap ke arah istrinya. Nada bicaranya yang tadi sangat berapi-api, kini terdengar lebih kalem. "Semua pekerjaan nggak ada yang mudah Mas. Nggak ada yang enak kalau dikerjakan sambil terus mengeluh."Jean memandangi istrinya. Kali ini dia sudah kalah

    Last Updated : 2024-09-07

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bagaimana harimu?

    "Omong-omong, Nilam. Aku penasaran sama sesuatu nih.""Soal apa?""Gimana wajah Bos kita? Dia pasti bapak-bapak paruhbaya ya?"Nilam hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Talita, tapi ia tidak langsung menjawab. Ia sengaja membiarkan temannya menebak-nebak.“Eh, gimana, Nilam?” Talita memandangnya dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu. “Dia pasti tipikal bos-bos kebanyakan, kan? Udah agak tua, pakai kacamata, rambut mulai beruban, tapi tetap kelihatan karismatik. Bener nggak?”Nilam terkekeh kecil, lalu menggeleng. “Enggak, dia gak kayak gitu.”“Loh?” Talita memiringkan kepala, semakin penasaran. “Kalau gak kayak gitu, terus kayak gimana? Jangan-jangan dia tipe bos yang galak dan suka marah-marah?”Nilam terdiam sesaat, mencoba merangkai kata-kata. “Dia... gimana ya, Mba? Pokoknya jauh dari bayangan kamu deh. Dia kayaknya sih masih muda, mungkin sekitar 35 tahunan. Gayanya juga santai, tapi kelihatan tegas. Terus...

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Happy, Tapi Bikin OVT

    “Sekretaris pribadi? Maksudmu, sekretarisnya Jean Adrian? Pemilik perusahaan ini?” Nilam mengangguk kecil, mencoba meyakinkan dirinya sendiri meskipun suara Talita membuat semua keraguannya terasa semakin nyata. Talita menatap Nilam dengan campuran rasa kagum. "Kamu keren banget Nilam."Nilam menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke lantai. “Keren apanya?"Talita masih memandangi Nilam dengan wajah kagum. “Keren apanya? Nilam, Kamu sadar gak sih? Dari sekian banyak orang di sini, kamu yang dipilih buat jadi sekretaris pribadi! Itu keren banget, loh!”Nilam menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang sejak tadi terasa kacau. “Tapi aku gak yakin aku pantas buat posisi itu, Mba. Aku gak punya pengalaman apa-apa soal jadi sekretaris. Lagian, kenapa harus aku? Masih banyak orang lain yang lebih cocok padahal. Yang lebih pengalaman maksudnya.” Talita memiringkan kepala, bingung mendengar keraguan Nilam.

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jadi Sekpri

    Jean menatap Nilam dengan tatapan tajam yang sulit ditebak, lalu melanjutkan kalimatnya dengan nada tegas namun lembut. "Saya ingin kamu menjadi sekretaris pribadi saya."Mata Nilam melebar, wajahnya dipenuhi keterkejutan. "S-sekretaris pribadi, Pak?" ucapnya, setengah gagap. Ia bahkan tidak yakin apakah ia mendengar dengan benar.Jean mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada wajah Nilam yang tampak bingung. "Iya. Sekretaris pribadi. Saya tahu kamu tidak melamar untuk posisi ini, tapi setelah melihat profil kamu dan berbicara langsung denganmu, saya merasa kamu kandidat yang tepat."Nilam menelan ludah, mencoba mencerna situasi ini. "T-tapi Pak, saya tidak punya pengalaman sebagai sekretaris. Saya takut bapak kecewa."Jean menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya berubah menjadi lebih santai. "Tidak perlu khawatir soal pengalaman. Tugas seorang sekretaris pribadi sebenarnya cukup sederhana, Nilam. Kamu hanya perlu membantu saya mengatur jad

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Tawaran Jean

    “Baik, Nilam. Kalau boleh tahu, apa alasan kamu melamar di perusahaan kami? Apa yang membuat kamu tertarik?”Nilam tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih canggung. “Saya pikir, perusahaan ini menawarkan peluang yang baik untuk berkembang, dan posisinya juga sesuai dengan yang saya cari.” Jean mengamati Nilam dengan cermat. Matanya yang tajam menangkap kegelisahan kecil di wajah gadis itu “Baiklah,” kata Jean, menutup berkas di depannya. “Nilam, apa yang kamu harapkan dari pekerjaan ini? Selain, tentu saja, penghasilan yang kamu sebutkan tadi.”Nilam tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. “Saya ingin menambah pengalaman dan belajar lebih banyak. Saya percaya, lingkungan kerja yang mendukung seperti perusahaan ini akan memberikan banyak peluang untuk itu.”"Jadi kamu kerja hanya untuk pengalaman saja?""Bukan cuma itu saja sih, Pak.""Lalu?""Saya juga cari penghasil yang lebih baik daripada pekerjaan saya yang sebelu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Special Interview

    Jean tidak bisa membohongi dirinya lagi. Pertemuan singkat dengan Nilam tadi membuat semua kenangan yang ia pendam selama bertahun-tahun mendadak menyeruak ke permukaan. Meski tahu tidak seharusnya ia terlibat lagi dalam kehidupan Nilam, hatinya tidak bisa tenang sebelum memastikan satu hal—apakah gadis itu benar-benar mantan kekasihnya yang dulu begitu ia cintai.Ia segera bergegas menuju ruang HRD. Napasnya sedikit berat, bukan karena lelah, tetapi karena perasaan gugup yang bercampur dengan rasa rindu. Sesampainya di depan pintu, Jean mengetuk pelan sebelum masuk."Selamat siang, Pak Jean," sapa salah satu staff HRD sambil berdiri. Jean mengangguk kecil. "Siang. Aku ingin bicara sebentar, soal salah satu kandidat yang kalian interview hari ini.""Oh, tentu saja, Pak. Kandidat yang mana ya?" tanya staff itu sambil membuka berkas daftar kandidat di tangannya.Jean menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Namanya Nilam."

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pertemuan Kembali

    "Nilam udah sadar, Je. Tapi dia kehilangan memorinya selama beberapa tahun terakhir.""Bukannya itu lebih baik Tante? Supaya Nilam bisa melupakan hal-hal buruk saat sama saya.""Tapi dulu Nilam pernah bilang, meskipun menjadi pacar kamu terlalu berisiko dan berat tapi dia tetap menyukainya.""Itu karena dia yang terlalu baik Tante. Padahal kalau ga ada saya, hidup dia pasti bisa lebih baik lagi."***"Ini Pak berkasnya! Tolong jangan marah ya! Saya beneran ga sengaja." Nilam mengulurkan kertas yang dia pegang ke arah lelaki di depannya. Dia panik sekali karena sudah membuat kekacauan."P- Pak... Bapak kenapa?" beo gadis berkemeja putih itu ketika melihat si pria yang hanya melamun sambil memandanginya. 'Dia kenapa ngeliatin aku kayak gitu? Apa aku cepirit di rok?' Dengan muka panik dia mengecek roknya.'Huh... Ternyata enggak.' "Pak... Bapak!""Eh- Maaf." Sentakan pelan Nilam membuat pria itu tersadar

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [Season Dua] Awal Yang Baru

    Dua tahun kemudian... "Mama!" Bu Mala tersentak kecil saat Nilam putrinya, mendadak muncul dan memeluk pinggangnya. Wanita paruh baya itu balik ke belakang hanya untuk mendapati cengiran polos anak tunggalnya. "Ya ampun, Nilam! Kamu bikin Mama kaget aja." Gadis itu hanya meringis. Ia menarik salah satu kursi yang ada dan duduk di sana. "Mama tuh yang terlalu fokus. Sampai ga sadar pas aku turun." Bu Mala mendengkus. Ia melanjutkan kegiatannya, mengoles mentega sebelum di masukkan ke dalam mesin Breadtoats. "Kamu rapi banget? Mau ada janji ama Nana?" Gadis berambut sebahu itu menggeleng. "Enggak." "Terus mau ke mana?" "Hari ini aku mau cari kerja, Ma." Bu Mala, bukannya senang mendengar ucapan putrinya, justru langsung mengerutkan dahi sambil memasang wajah sangsi. "Ada angin apa kamu tiba-tiba pengen cari kerja?" "Nilam bosen, Ma," jawab gadis itu setelah menenggak habis segelas jus jeruk buatan ibunya. "Hampir 2 tahun setelah lulus kuliah, Nilam jadi beban Mama." "Lah kamu,

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Permintaan Maaf dan Salam Terakhir

    Sebulan kemudian, Jean memberanikan diri untuk mendatangi Bu Mala dan sekaligus menjenguk Nilam. Dia tidak yakin akan disambut baik oleh Bu Mala, tapi setidaknya dia harus datang untuk menyampaikan sesuatu.Dan kini, keduanya duduk di bangku depan ruangan Nilam. Mereka duduk bersebelahan dan mengobrol di sana. Saling bertanya kabar. Saling mengucapkan maaf, dan beberapa hal penting lainnya."Aku tau ini pasti berat sekali buat kamu kan?" Itulah kira-kira yang Bu Mala ucapkan pertama kali setelah mendengar gagasan Jean mengenai hal apa yang selanjutnya akan dia lakukan."Saya pikir, ini yang terbaik buat kita semua Tante. Buat, Nilam, Qila, dan saya." Jean menatap lawan bicaranya tanpa ragu sedikitpun. "Lagi pula saya sedikit khawatir tidak bisa menjalankan amanat yang tante berikan."Bu Mala menghela nafas panjang. Dia tau Jean mungkin masih sakit hati dengan perkataannya dulu. Tapi apa yang dia ucapkan itu berdasarkan fakta, walau terasa sangat m

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Semakin Kritis

    "Di mana Elisha sekarang?""Aku ga tau.""Berapa lama kamu bakal nyembunyiin keberadaannya? Kamu ga takut bakal di hukum berat karena nyembunyiin dia?!"Dikta melihat beberapa penyidik yang duduk di depannya. Hampir semalaman dia berada disebuah ruangan interogasi guna menyelidiki di mana keberadaan Elisha, si pelaku utama."Mau ditanya berapa kali pun, jawabannya tetap sama. Aku ga tau di mana Elisha."Braak!Suara gebrakan meja yang cukup keras tak membuat nyali Dikta menciut. Dia sudah sering menghadapi orang-orang seperti mereka. Segala tekanan selama menjabat jadi CEO hampir mirip dengan kondisinya sekarang."Padahal semua bukti itu sudah jelas. Tapi kenapa kamu keras kepala sekali?" tukas polisi berpakaian preman tersebut. "Bahkan di mobil itu ada sidik jari Elisha di sana."Dikta berusaha untuk tetap memasang raut tenangnya. Dia tidak mau goyah walaupun semua tuduhan itu tepat tertuju padanya."A

DMCA.com Protection Status