Share

Gagal 'itu...'

last update Last Updated: 2024-09-04 13:33:21

Jean memandangi istrinya, dia agak ragu untuk mengatakan hal ini. Namun dia memberanikan diri berkata, "Sebenarnya aku..."

"Aku apa Mas?"

"Kamu mandi aja dulu. Nanti aku kasih tau," balas Jean sambil tersenyum.

Elisha menekuk wajahnya. Suaminya ini senang sekali membuatnya penasaran. "Ya udah, aku mandi bentar ya."

Sekitar 15 menit kemudian, Elisha sudah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidurnya. Wanita itu tersenyum ke arah Jean yang masih terjaga sembari mengeringkan rambutnya.

"Kirain, kamu udah tidur."

"Kan aku nungguin kamu," jawab Jean sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di atas tempat tidur.

"Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa Mas?" tanya Elisha pada sang suami. Ia tatap pria yang sudah 8 tahun itu dia nikahi melalui cermin di depannya. Meskipun lelah, wanita cantik itu tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk menggunakan skincare.

Jean tersenyum. Ia turun dari ranjang dan menghampiri istrinya. Pria tampan tersebut berdiri di belakang Elisha sambil memijat punggungnya. "Elis, boleh nggak aku— ngelakuin itu?"

Demi apapun, Jean merasa sangat sungkan saat meminta jatah pada istrinya. Bukannya apa, dia hanya takut perempuan di depannya ini akan menolaknya seperti yang sudah-sudah.

Elisha menatap mata suaminya dari cermin. Melihat wajah sang suami yang tampak ragu ketika meminta itu padanya, membuat ia merasa berdosa. Ia sangat bersalah karena telah membuat suaminya kurang kasih sayang seperti ini.

"Aku tau kamu capek, tapi—"

Elisha berdiri sebelum sang suami menyelesaikan ucapannya. Ia peluk tubuh pria itu sambil berkata, "Maafin aku ya Mas. Aku kurang perhatian ke kamu. Pasti kamu kesepian banget kan?"

Jangan ditanya seperti apa reaksi Jean sekarang ini. Dia sangat tidak menyangka jika Elisha akan memeluknya begini. "Elisha—"

"Malam ini, aku milik kamu Mas. Aku akan 'melayani' kamu sampai kamu merasa puas," ucap Elisha dengan pipi merona merah.

Jean tak tahan lagi. Miliknya menggembung semakin besar, hanya karena lampu hijau yang istrinya berikan. Ia langsung mencium bibir ranum Elisha tanpa ragu. Merasa aroma segar dari pasta gigi yang baru saja digunakan istrinya.

"Mmmphh... Mmmm..." Tanpa melepas ciumannya Jean menuntun sang istri untuk tidur di atas ranjang. Memenjara tubuh ramping Elisha agar tak bisa ke mana-mana.

"Mas... Santai aja... Malam masih panjang kok!" ucap Elisha sambil memejamkan mata. Menikmati kecupan serta hisapan yang dilakukan Jean di area lehernya. Memberikan tanda kemerahan di sana sebagai bukti jika mereka saling memiliki.

Jean tak peduli. Nafsunya membuat ia lupa diri. Sekian lama tak menyentuh Elisha, lalu sekarang sang istri memberikan kesempatan untuk bercinta membuat Jean sedikit kalap.

"Maafin aku sayang, tapi kamu bikin aku bergairah."

"Aku tau Mas, aku juga rindu sekali ingin disentuh sama kamu Mas."

Jean tersenyum miring. Ia kecup bibir istrinya dengan lembut. Sementara kedua tangannya, mulai menggrilya di area bagian depan tubuh Elisha. Ia memijat lembut gundukan kenyal milik istrinya hingga membuat wajah sang istri makin merona hebat.

Dengan perlahan dan mata yang menatap lekat ke arah istrinya, Jean mulai menurunkan gaun tidur yang istrinya kenakan. Sepasang gunung kembar yang masih tertutup bra hitam itu menarik perhatian pria itu.

Tanpa ragu, Jean ingin melucuti bra tersebut. Namun belum sempat itu terjadi, ponsel Elisha mendadak berdering. Bunyinya cukup nyaring hingga membuat Elisha terkejut.

"Mas, ada telfon."

Jean tak menggubris. Ia sibuk memberikan jejak di gundukan kenyal tersebut.

"Mas..."

"Biarin aja Sha! Nanti juga mati sendiri!"

"Tapi itu kayaknya itu telfon dari Bos," ucap Elisha dengan sedikit khawatir. Raut wajahnya yang tampak resah membuat Jean menghentikan aksinya.

"Aku cek bentar ya Mas, siapa tau penting," pinta perempuan itu pada suaminya.

Jean mendengkus. Mau tak mau ia menyingkir dari atas tubuh istrinya dan mempersilahkan perempuan berambut panjang itu untuk mengambil ponselnya yang terus berdering.

"Bentar Mas..." Elisha merapikan bajunya yang sudah berantakan dan meninggalkan Jean yang masih dalam mode bergairah.

Meskipun wajah Papa kandung Qila itu sudah terlihat kesal, tapi hal itu sama sekali tak digubris oleh Elisha. Bagi perempuan cantik tersebut, telfon dari Bosnya jauh lebih penting dari apapun.

"Shit!" Jean mengumpat kesal. Menatap miliknya yang kini sudah mulai lesu karena Elisha terlalu lama menerima telfon tersebut. "Apa sih yang mereka bicarakan?" ketus pria itu sambil menatap istrinya yang sedang mengobrol di balkon.

"Memangnya, seharian ketemu di kantor nggak cukup apa buat bahas kerjaan? Kenapa saat di rumah si Bos masih saja mengganggu Elisha?"

Wajar jika Jean merasa kesal. Karena sejak bekerja ia seperti kehilangan momen bersama dengan istrinya. Si Bos benar-benar menguasi Elisha. Dan itu membuatnya amak muak dan jengah.

Lima menit, Jean masih bisa sabar.

Sepuluh menit. Wajah pria itu kian muram dan tampak kesal.

Dua puluh menit berlalu, Jean pun memutuskan untuk mencuci muka sebelum turun ke bawah. Minatnya untuk bercinta dengan Elisha seketika pupus karena istrinya kembali sibuk dengan urusan pekerjaan.

*

*

*

Saat turun ke bawah, pria itu langsung berjalan ke pantry. Dia berniat untuk membuat kopi untuk menghilangkan rasa suntuknya. Namun yang membuat ia terkejut, adalah kehadiran Nilam yang ternyata masih belum tidur.

Ia memperhatikan si pembantu yang sedang merapikan dapur setelah memindahkan makan malam ke dalam wadah untuk di simpan ke dalam kulkas.

"Nilam."

Mendengar namanya dipanggil, Nilam pun langsung balik badan. Ia terlihat heran saat mendapati sang majikan berjalan ke arahnya.

"Pak Jean belum tidur?" tanya Nilam dengan lembut. Nadanya yang sopan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merasa sangat tenang.

"Aku yang harusnya nanya gitu ke kamu?" Jean mendekati sang pembantu. Penasaran apa yang membuat wanita itu masih belum juga istirahat dan tidur. "Ini udah jam 11 lewat lho. Kamu nggak capek apa? Kan besok harus bangun pagi?"

"Saya nggak bisa tidur Pak. Makanya inisiatif berberes dapur sambil buang-buang bahan makanan ama bumbu yang udah kadaluwarsa," Jelas Nilam. "Apa saya terlalu berisik Pak?"

"Enggak! Aku nggak kebangun karena suara kamu kok. Kebetulan aku juga belum tidur.

Nilam menganggukkan kepalanya ketika mendengar penjelasan Jean. Sejujurnya dia juga bingung harus menjawab apa.

"Aku mau buat kopi."

Suara baritone Jean membuat Nilam menatap ke arah tuannya ini. "Mau saya buatin Pak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Elisha jangan salahkan Jean bila dia meminta jatah pada orang lain...karna kamu menolaknya
goodnovel comment avatar
Dina Mariana
bagus ......
goodnovel comment avatar
OE EB Lib
bagus dan asyik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Kopi Spesial

    Suara baritone Jean membuat Nilam menatap ke arah tuannya ini. "Mau saya buatin Pak?""Kamu nggak capek emangnya?""Enggak kok Pak. Orang cuma sebentar aja kok.""Oke deh. Minta tolong antar ke depan ya. Sekalian mau ngerokok!" titah Jean disertai senyum tipisnya."Baik Pak. Siap."Tanpa basa-basi, gadis berkulit putih ini langsung menyiapkan kopi sesuai dengan apa yang Jean inginkan. Dan tak kurang dari 5 menit, kopi pun siap disajikan."Silahkan di minum Pak kopinya!" Suara lembut Nilam, membuat lamunan Jean buyar. Ia pandangi gadis ayu itu sebelum melemparkan senyum manisnya."Terima kasih ya. Maaf lo, malem-malem gini masih minta tolong dibuatin kopi.""Nggak masalah Pak. Toh ini juga udah tugas saya kan?"Jean menganggukkan kepalanya. Ucapan Nilam ada benarnya. Tapi bukan berarti, dia akan seenaknya memanfaatkan perempuan itu bukan? Karena pasti Nilam juga lelah karena seharian bekerja."Kamu nggak tidur?""Iya Pak ini mau tidur.""Udah ngantuk?"Nilam bingung kenapa ditanya sepe

    Last Updated : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Adu Mulut

    "MAS!" Nada Elisha ikut meninggi, tak terima mendengar ucapan sarkas dari mulut suaminya."APA?!" hardik Jean balik. "Kamu nggak terima kan aku melakukan itu? Tapi apesnya kamu juga nggak bisa puasin aku?"Elisha membeku. Dia benar-benar disudutkan oleh kata-kata sang suami."Udahlah, aku malas debat sama kamu soal ini. Capek tau nggak? Apalagi yang kita bahas hal yang sama dan berulang. Malah bikin aku tambah muak." Dengan langkah menghentak keras, Jean pergi dari hadapan Elisha. Mengabaikan sang ia istri yang mungkin terluka karena kata-katanya.Sementara perempuan berambut hitam itu hanya bisa menangis dalam diam saat menatap punggung sang suami, yang berjalan menjauh darinya. Sungguh dia merasa serba salah menjadi istri Jean. Apapun yang dia lakukan tak pernah dihargai oleh sang suami. Dan itu karena satu kesalahan yang menurutnya kecil."Mas, kenapa kamu kayak gitu sih? Padahal aku kerja juga buat memenuhi semua kebutuhan rumah ini.

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Ayo ikut!

    "Mama! Mama liat aku dulu dong! Aku cantik kan?""Iya sayang, apa sih? Mama lagi buru-buru nih. Soalnya Mama harus nyampek kantor lebih cepet," balas Elisha tanpa melihat ke arah anaknya."Tapi Mama bisa liat aku bentar aja kok. Aku pengen denger pendapat Mama soal rambut aku!" pinta Qila tak mau kalah. Bocah kecil itu mana mengerti soal urusan orang dewasa. Yang penting dia happy, itu saja. "Mama!""Wah, iya sayang kunciran kamu bagus sekali. Cantik banget."Qila yang mendengar ucapan Mamanya, bukannya merasa senang, tapi justru jadi kecewa. Bagaimana tidak, Mamanya memberikan pujian demikian tanpa melirik sedikitpun ke arahnya.Jean yang melihat kejadian itu, sebenarnya sedang menahan diri untuk tidak murka. Bagaimana ia tak kecewa melihat istrinya hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan untuk memberikan pujian pada anaknya yang tidak makan banyak waktu saja, terasa sulit bagi Elisha."Qila sayang—"Panggilan sang P

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Pembantu Bikin Salfok

    "Kamu ikut aku ke sekolah Qila ya!"Nilam reflek menautkan kedua alisnya, saat Jean memintanya demikian. "Kenapa Pak?""Soalnya kamu harus tau di mana lokasi sekolahnya Qila, biar pas nanti aku atau Elisha berhalangan dan nggak bisa jemput Qila, kamu bisa gantiin kami," terang Jean dengan entengnya. Sebenarnya dia juga bingung kenapa bisa punya ide seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir, memberitahu lokasi sekolah Qila pada Nilam, tak buruk juga."Baik, Pak. Tapi saya mau ambil jaket dulu ya. Biar rapian sedikit."Jean memberikan anggukan kecil saat sang pembantu meminta ijin padanya untuk mengambil jaket. Sementara ia sendiri menggandeng tangan Qila dan mengajaknya untuk ke depan.Dan sekitar 5 menit kemudian, ketiganya berangkat ke sekolah Qila bersama-sama menggunakan mobil. Jarak ke sekolah tidaklah jauh sebenarnya. Hanya sekitar 15 menit saja. Jadi tidak butuh waktu lama untuk putri pasangan Jean dan Elisha ini untuk segera tiba di sa

    Last Updated : 2024-09-06
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   KEBELET

    "Nggak cuma panas aja, Nilam. Masalahnya aku kebelet nih." Jean terlihat menggoyangkan pantatnya, dia merasa tidak nyaman karena ingin buang air kecil."Bapak mau pipis?" tanya Nilam dengan polosnya."Iya nih.""Tapi kan kita lagi di mobil.""Nah itu masalahnya, mana mobilnya nggak gerak sama sekali.""Saya punya ide Pak," ucap Nilam dengan semangat.Jean menautkan alisnya. "Ide apa? Kamu nggak ada niatan buat nyuruh aku turun dan pipis di pinggir jalan kan?" tanyanya."Pipisnya masukin ke botol itu aja Pak!" Dengan begitu entengnya, Nilam menunjuk ke arah botol kosong yang tergeletak di pintu mobil bagian belakang.Jean otomatis syok saat mendengar penuturan Nilam, apalagi wajah polos gadis itu ketika mengutarakan idenya, makin membuat ia terperangah. "Yang bener aja kamu?""Tenang aja Pak, saya bakal tutup mata kok. Daripada Bapak nahan pipis, malah bisa jadi penyakit entar," ucap Nilam lagi

    Last Updated : 2024-09-06
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Awal Perselingkuhan

    Tawa lepas dari para pebisnis itu, kembali memecahkan suasana. Kecuali Elisha yang hanya bisa tersenyum kecil sesekali karena canggung karena hanya dia yang berjenis kelamin perempuan di antara yang lainnya. "Udah-udah. Gimana kalau saya traktir Bapak-bapak makan siang?" ucapan Dikta membuat suasana ramai itu sedikit merendam. "Wah, boleh juga Pak. Kebetulan ini saya juga sudah lapar." "Betul sekali Pak Dikta." "Oke, bapak-bapak turun duluan saja turunnya. Saya mau bicara sebentar dengan Elisha," ujar Dikta lagi. Setelah orang-orang itu pergi, kini tinggal Elisha dan Dikta saja yang ada di sana. Dengan wajah fill senyum Dikta bertanya, "Elisha, kamu ikut sama kita kan?" "Maaf Pak. Kayaknya saya nggak bisa ikut. Soalnya saya mau beresin ini semua. Terus juga, saya udah bawa bekal dari rumah, sayang kalau nggak di makan." "Yakin kamu nggak mau ikut?" "Maaf Pak, saya

    Last Updated : 2024-09-07
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Awal Perselingkuhan 2

    "Seandainya uang yang kamu kasih cukup untuk biaya sehari-hari, mana mungkin aku sampai hutang sana sini Mas! Coba pake logika kamu Mas!" amuk Elisha. Dia benar-benar lelah menghadapi sikap keras kepala Jean. Sangat lelah.Jean tak berkutik. Pria itu hanya duduk diam di pinggir ranjang sambil memijat pelipisnya."Tolong lah Mas! Ijinin aku nerima pekerjaan ini!" pinta Elisha lagi. Sampai-sampai, ia berlutut di depan kaki suaminya dan memohon agar Jean mengizinkannya pergi bekerja. "Aku janji Mas, selama bekerja aku nggak akan lupa ama tanggung jawabku sebagai ibu rumah tangga. Sebagai istri yang baik buat kamu, juga sebagai ibu dari Elisha.""Kamu pikir enak apa jadi pegawai kantoran?" Ia menatap ke arah istrinya. Nada bicaranya yang tadi sangat berapi-api, kini terdengar lebih kalem. "Semua pekerjaan nggak ada yang mudah Mas. Nggak ada yang enak kalau dikerjakan sambil terus mengeluh."Jean memandangi istrinya. Kali ini dia sudah kalah

    Last Updated : 2024-09-07
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Tawaran Yang Menggiurkan

    "Aku insecure Sha! Aku ngerasa nggak berguna!""Harusnya kamu nggak perlu ngerasa kayak gitu Mas! Kita ini berumahtangga bukan untuk mencari siapa yang paling hebat, atau siapa yang paling banyak menghasilkan uang!" sentak Elisha dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kita ini dijadikan pasangan untuk saling melengkapi! Untuk saling bekerja sama, Mas. Rumah tangga kita bukan ajang untuk mencari siapa yang terbaik!"Jean melepaskan cengkramannya dan berjalan menjauhi sang istri. "Gampang banget kamu ngomong kayak gitu, karena kamu nggak ngerasain jadi aku yang tiap hari jadi bahan gunjingan warga karena nggak bekerja.""Itu kan bukan salahku Mas! Lagipula, berapa kali aku harus ngomong sama kamu, berhenti mikirin omongan orang Mas! Cuekin aja mereka!""Kamu ini, udah salah malah ngeyel terus.""Emangnya salahku di mana Mas? Aku ini udah berusaha memberikan yang terbaik buat keluarga kita. Kerja dari pagi sampai sore demi memenuhi kebutuhan

    Last Updated : 2024-09-07

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mencari Keberadaan Talita

    Setelah mengurus beberapa dokumen di ruangan finance, Nilam berjalan menuju ujung lorong kantor—menuju ruang kerja Jean. Pintu ruangannya sedikit terbuka. Dari balik pintu, terlihat Jean sedang duduk di kursinya, fokus membaca laporan di layar laptop. Sesekali ia menyeruput kopi yang sudah mulai dingin.Tok tok.Jean menoleh. “Masuk aja, Nilam!”Nilam masuk dan langsung duduk di kursi yang menghadap ke meja kekasihnya itu. Ia terlihat sedikit gelisah, membuat Jean menghentikan kegiatannya dan memandangnya penuh perhatian.“Ada apa? Muka kamu kenapa ditekuk gitu?”Nilam menghela napas. “Talita gak masuk kerja hari ini. Dia juga gak ngasih kabar.”Jean menaikkan alis. “Talita? Tumben?"Nilam mengangguk cepat. “Aku juga gak tau. Mba Rina udah coba hubungi dia dari tadi pagi. Tapi HP-nya gak aktif, chat juga centang satu. Pas aku coba sendiri, emang hapenya gak aktif.”Wajah Jean langsung berubah serius. "Mungkin dia butuh waktu sendiri dan lagi gak pengen diganggu.""Mba Talita bukan tip

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kegilaan Dikta

    Dikta menarik paksa Talita ke kamar. Langkah-langkah mereka berisik menghantam lantai, suara gesekan sepatu dan rontaan Talita memenuhi rumah perempuan itu.“Lepasin aku, Dikta! Ahh! Sakit!!” Talita berteriak, tangannya menahan kusen pintu, tapi tenaga Dikta jauh lebih kuat. Dalam sekali tarikan, perempuan itu terhempas masuk ke dalam kamarnya sendiri.Dikta menutup pintu dengan keras, menciptakan bunyi 'braak’ yang menggema. Sorot matanya gelap. “Kamu pikir kamu bisa main-main sama aku, hah?”Talita menelan ludah. Ia bersandar di kepala ranjang, tubuhnya gemetar hebat. “Kamu gak punya hak buat memperlakukan aku kayak gini!" bentak Talita, "Kamu lupa siapa yang udah bantuin kamu selama ini. Mana rasa terima kasih kamu!"Dikta mendorong tubuh Talita ke ranjang, membuat teman baik Nilam tersebut reflek mengaduh kesakitan. "Apa yang kamu berikan gak berarti apapun buatku! Toh— kamu memberikan semua itu tanpa paksaan kan?""Dasar cowok gila! Psikopat kamu Dik!" maki Talita nyaris berteria

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada Apa Sih Mba?

    "Jangan-jangan kamu mau resign ya Mba?" tebak Nilam dengan asal.Talita buru-buru menggeleng, terlalu cepat malah, sampai rambutnya ikut bergoyang. “Enggak! Bukan itu, bukan... aku gak mau resign, kok.”Rina dan Nilam sama-sama saling pandang. Keduanya makin curiga. Nilam menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, matanya tak lepas dari wajah Talita yang semakin kelihatan gelisah.“Kalau bukan mau resign, terus apa?” tanya Nilam yang terlihat semakin penasaran.Talita kembali menunduk, jemarinya mencengkeram gelas air di tangan seperti pegangan hidup. Ada jeda cukup lama sebelum ia akhirnya bersuara lagi.“Aku… cuma lagi banyak pikiran aja, Mba.”Nilam menyipitkan mata. “Masalah kerjaan?”Talita menggeleng.“Masalah keluarga?”Talita terdiam. Diamnya terlalu lama, terlalu ragu, terlalu penuh beban. Sampai akhirnya ia mengangkat bahu dengan senyum tipis. “Yaa, gitu deh.”Rina mulai bersuara, nadanya sedikit bercanda untuk mencairkan suasana. “Duh, bikin penasaran deh kamu Tal. Jangan-jan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Minta Tolong Boleh?

    Nilam menegakkan kepalanya dan menatap pria itu dengan alis berkerut. "Bicara apa?"Jean menatap wajah Nilam yang kini serius, seolah menimbang-nimbang harus mulai dari mana. Tangannya masih melingkar di pinggang kekasihnya, mencoba menjaga kehangatan di antara mereka meski kalimat yang akan ia ucapkan mungkin sedikit mengusik.“Tadi pagi,” Jean memulai, suaranya pelan, “aku sempat ketemu Talita.”Alis Nilam langsung naik. “Mba Talita? Di mana?”“Di lobi. Pas aku baru sampai.”Nilam mulai duduk tegak, tak lagi bersandar manja. “Terus?”Jean mengangkat bahu sedikit. “Katanya... dia mau bicara denganku, tapi karena tadi ada telfon mendadak, jadi dia gak sempat jelasin mau ngomong apa."Nilam menyipitkan mata. “Tumben?"Jean mengendikkan bahu. “Aku juga gak tahu."Nilam menggigit bibir bawahnya. Wajahnya jelas menunjukkan rasa penasaran yang mulai berubah jadi kekhawatiran kecil. “Kalau dia sampai nemuin kamu berarti itu hal yang penting banget.""Menurut kamu gitu?" tanya Jean sambil me

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Charge Terbaik

    Di dalam ruangannya, Nilam tampak duduk dengan alis mengernyit, satu tangan menahan ponsel di telinga sementara tangan satunya mengetuk meja dengan irama tak beraturan—pertanda ia mulai kehilangan kesabaran.“Iya, Pak. Saya ngerti soal itu. Tapi kami udah sepakat dari awal, warna kemasannya itu harus warna sapphire, bukan blue sky,” ujarnya tegas. “Dan soal ukuran font logo, saya minta 14pt, bukan 10. Itu terlalu kecil. Klien kita gak akan terima kalau ini gak sesuai.”Ia menarik napas panjang, berusaha menahan diri. “Saya kasih waktu sampai sore ini ya, Pak. Kalau belum sesuai juga, saya pertimbangkan ganti vendor.”Klik. Telfon ditutup dengan tegas.Nilam menghembuskan napas panjang, mencoba meredakan amarah yang tadi hampir meledak. Tapi rasa kesalnya belum sepenuhnya reda. Ia berdiri dan melangkah menuju ruangan Jean tanpa pikir panjang. Ia membuka pintu perlahan tanpa mengetuk, sesuatu yang sudah jadi kebiasaannya sejak hubungan mereka jadi semakin dekat.Jean sedang sibuk dengan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Cerita Ke Siapa

    Pagi itu, Talita berdiri di depan gedung kantornya dengan wajah pucat dan mata sembab. Angin pagi yang menyapa kulitnya tak mampu meredakan ketegangan yang mengikat tubuhnya. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantung yang masih kacau. Tapi pikirannya terus berputar—wajah Dikta, tatapan mengancamnya, suara ancamannya yang masih terngiang jelas di telinga.Dengan langkah ragu, ia masuk ke dalam gedung. Beberapa rekan kerjanya menyapa, tapi Talita hanya mengangguk kecil tanpa senyum. Ia duduk malas di area lobby sebelum naik ke atas.“Apa aku harus cerita ke Nilam?" gumamnya lirih. "Siapa tau dia bisa bantu bisa bantu kan?"Nilam—sahabat terdekatnya sekarang. Seseorang yang selalu ada, yang mungkin akan percaya tanpa perlu banyak tanya. Tapi ingatan tentang mata Nilam yang berbinar saat membicarakan persiapan pernikahannya… menghentikan niat itu seketika."Sebenarnya bagus juga aku cerita ke dia. Karena Nilam sendiri target Dikta untuk sekarang ini.""Tapi kan Nilam lag

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Macam-Macam

    Dikta menatap Talita tajam, ekspresinya semakin gelap. Ia melangkah lebih dekat, membuat Talita refleks mundur satu langkah. Namun, Dikta lebih cepat. Tangannya mencengkeram lengan Talita dengan kuat, membuat perempuan itu tersentak kaget."Dikta, lepasin!" Talita berusaha menarik lengannya, tapi genggaman Dikta semakin erat."Aku gak percaya kamu gak nyembunyiin sesuatu," suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi ada nada ancaman di dalamnya. "Kamu berubah, Talita. Dan aku mau tahu kenapa."Jantung Talita berdebar kencang. Rasa takut mulai menjalar dalam dirinya. "Aku bilang nggak ada apa-apa! Akh! Sakit, Dikta! Lepasin aku!"Alih-alih melepasnya, Dikta malah menarik Talita lebih dekat, menatapnya dalam-dalam. "Apa ini tentang kecelakaan Nilam? Kamu tahu sesuatu, kan?"Talita terkejut mendengar itu. Dari mana Dikta tahu ia memikirkan kecelakaan Nilam? Rasa takutnya semakin menjadi."Dikta, kamu nyakitin aku," ucap Talita lirih, berusaha mengendalikan suaranya agar tidak terdengar panik.

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Rasa Penasaran Yang Semakin Besar

    Keesokan harinya, Nilam dan Talita duduk bersama di kantin kantor saat jam istirahat. Mereka menikmati segelas jus dingin masing-masing, sementara suasana di sekitar mereka dipenuhi dengan suara obrolan rekan kerja lainnya.Talita menopang dagunya dengan satu tangan, memperhatikan Nilam yang tengah serius menulis di tablet dengan stylus-nya. Sesekali, perempuan itu menggigit bibirnya, tampak berpikir keras sebelum kembali mengetik."Kamu lagi ngerjain apa, sih? Serius banget," tanya Talita akhirnya, mencoba mengalihkan pikirannya yang sejak tadi dipenuhi oleh sesuatu yang lebih berat.Nilam mengangkat wajahnya sejenak, tersenyum kecil. "Lagi nyusun konsep acara pernikahan. Ada beberapa hal yang masih perlu aku pastikan sebelum meeting sama wedding organizer nanti sore.""Belom selesai? Kirain udah beres semua?"Tanpa menoleh, gadis itu menjawab, "Ada beberapa detail yang kurang."Talita mengangguk pelan, tapi pikirannya justru semakin dipenuhi pertanyaan lain. Tatapannya perlahan-laha

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dilema

    Talita cemberut dan pura-pura marah. "Siapa yang iri? Aku cuma gak nyangka aja kalau akhirnya Nilam bisa nikah sama si bos. Soalnya, selama ini dia kelihatan kayak orang yang terlalu serius buat urusan cinta." Nilam tertawa mendengar komentar Talita. "Iya sih, awalnya aku juga gak yakin bakal sampai di titik ini. Tapi ternyata, Pak Jean memang orang yang gak bisa aku lepaskan." Rina menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ya ampun, Nilam. Aku jadi makin gak sabar buat lihat pernikahan kalian. Bakal jadi momen yang luar biasa." "Amin! Aku juga berharap semuanya lancar," jawab Nilam dengan penuh harap. "Kebayang deh kalau kalian nikah terus punya anak, pasti anaknya bakal cakep-cakep," Rina menaruh tangannya di pipi, membayangkan keluarga kecil Nilam membuat ia seketika tersenyum. "Mba bisa aja." Nilam terlihat malu. "Btw, ini undangannya. Kalian beneran harus datang loh ya! Hukumnya wajib!" ucap perempuan itu sambil menggeser dua undangan itu ke arah mereka. Sementara it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status