Share

Terjerat Gairah Pembantu Cantik
Terjerat Gairah Pembantu Cantik
Author: CH. Blue Lilac

Bab 01

last update Last Updated: 2024-08-20 19:49:52

"Mas, besok sore aku pulang agak telat ya. Soalnya ada tamu penting dari kantor. Jadi aku harus nemenin Bos buat jamu dia."

Pria bernama Jean itu tak mengatakan apapun. Dia sibuk menatap layar laptopnya dalam diam. Toh dia juga bingung harus menjawab apa. Sebab ini, bukan pertama kalinya Sang istri ijin untuk pulang terlambat. Bahkan, dia tak ingat ini permohonannya yang ke berapa.

Elisha yang sibuk mengoleskan Skin Care Routinenya langsung menengok ke arah sang suami yang duduk bersandar di kepala ranjang. Diamnya pria 30 tahun itu tentu saja membuatnya resah.

"Mas!" Ia menatap pria itu, "Kok kamu diem aja? Kamu ngasih ijin kan?" tanya perempuan dengan gaun tidur berbahan satin itu sedikit penekanan.

Jean hanya mendengus. "Terus aku harus jawab apa? Ngelarang juga mustahil kan? Toh kamu nggak akan pernah nurut."

Jawaban ketus suaminya membuat Elisha jengah. Jika sudah seperti ini pasti ujung-ujungnya hanyalah pertengkaran saja.

"Ya gimana pun juga, aku kan butuh restu kamu Mas. Biar aku kerjanya nggak kepikiran. Gitu lho." Elisha merapikan tutup skincare miliknya dan berjalan mendekati Jean Sang suami. "Kan aku kerja juga demi keluarga kita."

Jean masih memfokuskan kedua matanya ke arah monitor. Pura-pura tidak melihat gerakan istrinya. Kata-kata Elisha seolah mengingatkan dirinya dengan kebodohannya beberapa bulan yang lalu. Saat ia meminta istrinya itu untuk bekerja, membantu perekonomian keluarga mereka.

Dan sekarang, ia seperti dapat karma. Sebab karir istrinya bisa melejit begitu cepat, lengkap dengan gaji yang cukup besar. Sementara ia? Hanyalah penulis lepas yang entah kapan bukunya bisa meledak di pasaran.

Ironis bukan?

"Iya-iya. Makasih buat kerja keras kamu," balas Jean tak ikhlas.

"Ayo dong Mas! Jangan gini..." Ia naik ke atas ranjang. Lalu memeluk pinggul suaminya. "Kita kan harus—"

"Iya, Sayang. Iya! Aku dukung semua pekerjaan kamu kok." Jean memilih untuk mengalah. Dan itu terjadi untuk kesekian kalinya. Dia sedang tidak dalam mood untuk berdebat dengan wanita yang sudah hampir 8 tahun ini ia nikahi.

"Makasih ya Mas. Aku cinta banget ama kamu," ucap Elisha penuh syukur. Tidak lupa ia memberikan kecupan singkat di pipi Sang suami sebagai ungkapan terima kasih.

"Ya udah, sekarang kamu tidur aja!"

"Kamu?"

"Aku mau nerusin deadline dulu."

Elisha menganggukkan kepalanya dan mulai menata diri untuk tidur. Sedangkan suaminya kembali melanjutkan pekerjaannya. Menikmati malam yang dingin dengan saling memunggungi satu sama lain.

*

"Mas. Hari ini pembantu baru kita bakal datang."

"Oh ya? Jam berapa?" Sambil menikmati sarapan paginya, Jean bertanya pada sang istri yang tengah menyuapi anaknya.

"Aku nggak tau jam berapa. Soalnya penyalur cuma bilang gitu aja." Perempuan yang tampak rapi itu juga tidak lupa menyantap sarapan untuk dirinya sendiri.

"Oke."

"Nanti tolong interview yang bener ya Mas. Jelasin apa-apa aja aturan di rumah ini," pesan Elisha.

"Iya."

"Trus, hari ini jangan lupa jemput Qila ya Mas. Dia pulang jam dua soalnya."

"Iya-iya. Aku udah paham kok." Jean mulai sedikit jengah.

Elisha yang kini sibuk menyiapkan bekal untuk anaknya sambil repot memakan sarapannya sendiri memberikan senyum kecil ke arah suaminya. Meskipun paginya cukup sibuk dan merepotkan, namun perempuan 28 tahun itu tidak sekalipun mengeluh.

"Sayang—" Ia mendekati Qila. Anak tunggalnya yang masih berusia 7 tahun. "Ini bekal kamu yah. Jangan lupa dihabisin."

"Iya Mama."

"Terus, pas di sekolah jangan nakal ya! Dengerin kata Papa sama Bu Guru. Dan—" Perempuan dengan setelan blouse dan rok sepan selutut.

"Udah dong El, anak kamu juga udah pasti paham."

Elisha melihat ke arah suaminya. "Kan aku cuma mastiin aja, Mas. Ya kan Qila?" Perempuan itu mengusap rambut anaknya.

Yang dibalas cengiran lebar oleh sang anak.

"Ya udah Ya, Mama berangkat dulu." Perempuan bertubuh ramping itu memeluk anaknya. Memberikan kecupan singkat di kening, pipi, dan bibir anak semata wayangnya sebelum berangkat.

"Mas, aku kerja dulu ya." Elisha juga tidak lupa memberikan kecupan di dahi suaminya sambil pamit untuk berangkat. Hal yang wajib dia lakukan sebelum pergi ke kantor.

Jean hanya menhanggukk kepalanya. Ia hanya menerima ciuman istrinya tanpa mau memberikan balasan untuk Elisha. Entahlah, dia sedang tidak mood untuk itu.

Dia malah menghela nafas berat saat perempuan itu pergi dari pandangannya. Beginilah pagi yang harus ia lalui. Melihat keribetan Elisha, dan petuah-petuahnya untuk sang anak.

"Papa, ayo berangkat!"

Pria tampan dengan rahang tegas, hidung mancung, dan body atletis itu melihat ke arah sang anak dan tersenyum. "Oke. Ayo kita let's go!" Ia menutup laptopnya dan menurunkan anaknya dari kursi makan yang memang dibuat agak sedikit tinggi.

Membantu Qila memakai tas dan menggandeng anaknya untuk ke depan. Menuju tempat mobil mereka terparkir.

Itulah kegiatan Jean setiap pagi. Mengantar anaknya ke sekolah, bertegur sapa dengan guru yang ada di depan, atau saling melemparkan senyum saat ada wali murid yang dia kenal, sebelum kembali ke rumah.

Padahal seharusnya ini jadi tugas Elisha. Tapi sayang, semua itu kini dia yang ambil alih karena istrinya sibuk bekerja.

"Seandainya aku nggak kena PHK, mana mungkin aku ngelakuin hal kayak gini." Sudah berulang kali Jean menggumamkan hal yang sama.

Ia cukup jenuh menjadi pekerja lepas seperti ini. Membuatnya seperti tak punya harga diri. Apalagi saat melihat tatapan aneh orang-orang padanya. Makin membuatnya merasa tak berguna.

Tapi mau bagaimana lagi, mencari pekerjaan di tengah krisis seperti ini juga bukanlah hal yang mudah. Jadi dia harus tetap menjalani semua ini dengan lapang dada.

*

BRAAK!

Sekitar 30 menit, ia kembali tiba di rumah. Dan pria tampan itu langsung ke dapur untuk mencuci piring bekas keluarganya sarapan tadi.

"Ck. Bisa-bisanya aku malah ngelakuin semua kerjaan perempuan! Nyuci piring, nyapu, ngepel! Aaargghh!!" Jean terlihat emosi. Ingin sekali membanting piring di tangannya.

"Ini kan tugas perempuan, tugas pembantu! Nggak seharusnya aku ngelakuin hal kayak gini!"

"Lagian si Elisha itu, katanya mau ada pembantu yang kerja di sini! Tapi mana? Sampai sekarang belum datang juga!"

Meskipun sambil marah-marah, Jean tetap melakukan semua pekerjaannya.

Sampai, selang dua jam kemudian, terdengar bunyi bel yang dipencet beberapa kali.

"Siapa itu? Apa— si pembantu yang dateng?" tanya Jean pada dirinya sendiri. "Bagus deh kalau beneran pembantu yang dateng, jadi aku nggak perlu capek-cepak lagi."

Dengan sedikit berlari, pria tampan berkulit eksotis itu menuju ke arah depan. Bersiap membukakan pintu untuk tamunya.

"Permisi Pak, selamat siang."

Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh...

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
aku mampir kak...️......
goodnovel comment avatar
Indra Batosai Gunawan
ribet banget mau buka bab selanjutnya malah tidak bisa di buka...
goodnovel comment avatar
Indra Batosai Gunawan
lumayan untuk sekedar menemani waktu luang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 02

    Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh sosok yang cukup— cantik. "Kamu ini siapa? Sales ya? Maaf ya, aku lagi nggak pengen beli barang apapun." Perempuan cantik berkulit putih itu meremas tas ransel besar yang ia pegang. "Saya bukan sales Pak. Saya Nilam, ART yang dikirim penyalur ke sini." Jean kaget. ART? Mustahil. Mana ada seorang asisten rumah tangga, berpenampilan cantik begini? Kulitnya putih, wajahnya ayu, rambut hitam lurus, dan bertubuh sintal. Belum lagi dress selutut yang dikenakan oleh perempuan muda itu, seolah sedang memamerkan kaki jenjangnya yang indah. "Kamu bercanda ya? Dibandingkan jadi ART, penampilan kamu lebih cocok buat jadi model tau," cibir Jean tak percaya. "Tapi, saya beneran ART yang dikirim ke sini Pak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa telfon langsung ke penyalur kok." Jean menelusuri penampilan perempuan di depannya. "Siapa nama kamu tadi?" "Ni— Nilam Pak." "Ya udah bentar." Jean masuk ke dalam. Mencoba menghubungi nomor penyalur

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 03

    "Rasa kopinya kok beda ya? Ini merk-nya baru?" Nilam kaget. "E— enggak kok Pak. Kopinya sama seperti yang Bapak kasih tadi," terang perempuan cantik itu dengan wajah panik. Ia takut rasa kopi buatannya tidak enak. "Masa sih?" Jean terlihat sangsi. "Emangnya kenapa Pak?" "Soalnya, rasa kopi ini lebih enak dibandingkan sebelumnya. Aromanya juga lebih harum. Makanya aku pikir kopi ini beda merk sama yang sebelumnya." Nilam mengusap dada lega. Dia pikir, Jean tidak suka dengan kopi yang ia buat. "Duh, Bapak bikin saya kaget aja. Kirain tadi kopinya nggak enak." Melihat wajah lega Nilam, membuat senyum kecil Jean terkembang. "Sama. Aku juga kaget karena rasa kopinya lebih enak dibandingin pas buat sendiri." Nilam mengulum senyum. "Makasih Pak." "Ya udah, kamu lanjutin masaknya." "Baik Pak. Saya permisi." Pria dengan bahu kokoh itu melihat Nilam yang berjalan meninggalkan tempat kerjanya. Batinnya menggumam, 'Bahkan, Elisha aja nggak bisa bikin kopi seenak buatannya.' Jean mengge

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 04

    "Keterlaluan istri gue. Masa, tiap diajak berhubungan dia nggak pernah mau. Alesan capek-lah, ngantuk-lah. Banyak bangetlah cara dia buat ngehindar." "Sumpah bro, gue sampai sakit kepala gara-gara sering ditolak. Lo bayangin, seminggu aja nggak gituan udah bikin gua stres. Lah ini, hampir tiga bulan gua nggak bisa nyentuh dia." Itulah keluhan Jean siang ini pada teman baiknya. Saka. Pria yang sudah lama jadi kawannya ini adalah tempat curhat yang paling pas untuk menampung segala uneg-unegnya. "Aneh banget istri lo itu, masa suami minta gitu nggak dikasih? Padahal kan lumrah kalau kita sebagai suami minta dilayani soal ranjang." "Nah kan? Giliran jajan di luar dia marah. Tapi pas suami butuh, dia nggak bisa." Jean terlihat kesal. Wajahnya sudah tidak enak sejak semalam. Yah maklum, itu karena dia gagal menyalurkan hasratnya. "Coba deh lo bicarain baik-baik ke Elisha. Gimana pun juga itu kan kebutuhan kita sebagai suami istri. Ya masa, cuma gara-gara capek kita dianggurin gitu aj

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 05

    "Nasinya mau berapa banyak Pak?" Nilam memandangi tuannya yang tampak tertegun saat ia bertanya demikian. Dan bagi Jean, itu cukup mengejutkan baginya sebab setelah beberapa waktu terakhir ada seseorang yang mau repot-repot menuangkan nasi untuknya. Yang bahkan, Elisha saja tidak mau melakukan itu untuknya. "Pak? Bapak kenapa? Kok malah ngelamun?" "Eh— enggak. Ini lho, aku—" Jean garuk-garuk kepala seperti orang linglung. "Nasinya mau berapa banyak Pak?" ulang Nilam lagi. "Segini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan nasi yang sudah dia tuang ke atas piring. "Udah," jawab Jean singkat. "Lauknya Pak, silahkan ambil sendiri!" Nilam menaruh piring di depan dada Jean. Sementara dia membantu majikannya tersebut untuk membuka tudung saji supaya pria itu dapat mengambil lauknya dengan sepuas hati. "Gimana Pak? Enak nggak?" Perempuan seksi dengan balutan T-shirt dan rok berbentuk A-line bermotif batik itu menatap tuannya penuh harap. Yah, berharap Jean memuji masakan yang telah di

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Gagal 'itu...'

    Jean memandangi istrinya, dia agak ragu untuk mengatakan hal ini. Namun dia memberanikan diri berkata, "Sebenarnya aku..." "Aku apa Mas?" "Kamu mandi aja dulu. Nanti aku kasih tau," balas Jean sambil tersenyum. Elisha menekuk wajahnya. Suaminya ini senang sekali membuatnya penasaran. "Ya udah, aku mandi bentar ya." Sekitar 15 menit kemudian, Elisha sudah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidurnya. Wanita itu tersenyum ke arah Jean yang masih terjaga sembari mengeringkan rambutnya. "Kirain, kamu udah tidur." "Kan aku nungguin kamu," jawab Jean sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di atas tempat tidur. "Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa Mas?" tanya Elisha pada sang suami. Ia tatap pria yang sudah 8 tahun itu dia nikahi melalui cermin di depannya. Meskipun lelah, wanita cantik itu tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk menggunakan skincare. Jean tersenyum. Ia turun dari ranjang dan menghampiri istrinya. Pria tampan tersebut berdiri di belakang Elisha sambil memijat pungg

    Last Updated : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Kopi Spesial

    Suara baritone Jean membuat Nilam menatap ke arah tuannya ini. "Mau saya buatin Pak?""Kamu nggak capek emangnya?""Enggak kok Pak. Orang cuma sebentar aja kok.""Oke deh. Minta tolong antar ke depan ya. Sekalian mau ngerokok!" titah Jean disertai senyum tipisnya."Baik Pak. Siap."Tanpa basa-basi, gadis berkulit putih ini langsung menyiapkan kopi sesuai dengan apa yang Jean inginkan. Dan tak kurang dari 5 menit, kopi pun siap disajikan."Silahkan di minum Pak kopinya!" Suara lembut Nilam, membuat lamunan Jean buyar. Ia pandangi gadis ayu itu sebelum melemparkan senyum manisnya."Terima kasih ya. Maaf lo, malem-malem gini masih minta tolong dibuatin kopi.""Nggak masalah Pak. Toh ini juga udah tugas saya kan?"Jean menganggukkan kepalanya. Ucapan Nilam ada benarnya. Tapi bukan berarti, dia akan seenaknya memanfaatkan perempuan itu bukan? Karena pasti Nilam juga lelah karena seharian bekerja."Kamu nggak tidur?""Iya Pak ini mau tidur.""Udah ngantuk?"Nilam bingung kenapa ditanya sepe

    Last Updated : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Adu Mulut

    "MAS!" Nada Elisha ikut meninggi, tak terima mendengar ucapan sarkas dari mulut suaminya."APA?!" hardik Jean balik. "Kamu nggak terima kan aku melakukan itu? Tapi apesnya kamu juga nggak bisa puasin aku?"Elisha membeku. Dia benar-benar disudutkan oleh kata-kata sang suami."Udahlah, aku malas debat sama kamu soal ini. Capek tau nggak? Apalagi yang kita bahas hal yang sama dan berulang. Malah bikin aku tambah muak." Dengan langkah menghentak keras, Jean pergi dari hadapan Elisha. Mengabaikan sang ia istri yang mungkin terluka karena kata-katanya.Sementara perempuan berambut hitam itu hanya bisa menangis dalam diam saat menatap punggung sang suami, yang berjalan menjauh darinya. Sungguh dia merasa serba salah menjadi istri Jean. Apapun yang dia lakukan tak pernah dihargai oleh sang suami. Dan itu karena satu kesalahan yang menurutnya kecil."Mas, kenapa kamu kayak gitu sih? Padahal aku kerja juga buat memenuhi semua kebutuhan rumah ini.

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Ayo ikut!

    "Mama! Mama liat aku dulu dong! Aku cantik kan?""Iya sayang, apa sih? Mama lagi buru-buru nih. Soalnya Mama harus nyampek kantor lebih cepet," balas Elisha tanpa melihat ke arah anaknya."Tapi Mama bisa liat aku bentar aja kok. Aku pengen denger pendapat Mama soal rambut aku!" pinta Qila tak mau kalah. Bocah kecil itu mana mengerti soal urusan orang dewasa. Yang penting dia happy, itu saja. "Mama!""Wah, iya sayang kunciran kamu bagus sekali. Cantik banget."Qila yang mendengar ucapan Mamanya, bukannya merasa senang, tapi justru jadi kecewa. Bagaimana tidak, Mamanya memberikan pujian demikian tanpa melirik sedikitpun ke arahnya.Jean yang melihat kejadian itu, sebenarnya sedang menahan diri untuk tidak murka. Bagaimana ia tak kecewa melihat istrinya hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan untuk memberikan pujian pada anaknya yang tidak makan banyak waktu saja, terasa sulit bagi Elisha."Qila sayang—"Panggilan sang P

    Last Updated : 2024-09-05

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada Yang Aneh

    Setelah seminggu penuh istirahat di rumah, akhirnya hari ini Nilam kembali ke kantor. Meski tubuhnya sudah lebih segar, perasaannya masih sedikit berat. Ada rasa cemas yang belum sepenuhnya hilang. Lebih tepatnya perasaan bersalah pada teman-temannya karena acara kantor mereka jadi gagal.Saat melangkah masuk ke gedung kantor, Nilam menghela napas dalam-dalam. Rasanya seperti sudah lama sekali ia tidak berada di sini. Ia hanya khawatir dengan reaksi teman-temannya nanti.Namun, baru beberapa langkah memasuki lobi, suara familiar langsung menyambutnya."Mba Nilam!"Gadis itu melihat Talita dan Rina yang sedang berlari ke arahnya. Talita terlihat begitu antusias, sementara Rina—meskipun ekspresinya tidak seheboh Talita—jelas-jelas tampak lega melihat Nilam. "Kamu udah sehat, Mba?" Talita langsung memeluk Nilam erat, nyaris membuatnya kehilangan keseimbangan. "Aku khawatir banget sama kamu Mba.""Kalau aku udah masuk kerja, berarti aku udah sehat," balas Nilam yang tak kuasa menahan s

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Awal Permainan

    "Itulah yang sedang kami dalami." Polisi itu menatap Jean dengan ekspresi serius. "Kami sudah meminta teknisi villa untuk memeriksa apakah ini hanya kerusakan teknis atau sabotase. Jika ini disengaja, maka pelaku bisa saja seseorang yang memahami sistem keamanan di villa ini." Jean bersandar ke kursinya, pikirannya berpacu cepat. Ini bukan kebetulan. Seseorang sudah merencanakan ini dengan sangat matang. Matanya beralih ke Nilam yang masih terbaring di ranjang. Gadis itu tampak lemah, tapi sorot matanya menyiratkan ketakutan yang mendalam. CCTV mati. Tidak ada saksi. Tidak ada petunjuk. Jean menekan pelipisnya, mencoba meredam emosi yang berkecamuk. Fakta bahwa CCTV di villa mati pada saat kejadian membuatnya semakin curiga. Ini bukan kebetulan. Seseorang sudah merencanakan semua ini. "Apa kalian sudah memeriksa staf villa? Atau tamu lain yang mungkin mencurigakan?" tanya Jean dengan nada mendesak. Polisi yang duduk di depannya menghela napas pelan. "Kami sudah memint

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Penyelidikan

    "Nilam, bangun! Aku mohon..."Lima detik terasa seperti selamanya. Tiba-tiba, tubuh Nilam tersentak. Gadis itu terbatuk keras, air keluar dari mulutnya. Jean langsung membantunya duduk, menepuk punggungnya perlahan. "Nilam! Dengar aku! Kamu bisa lihat aku?" Dengan napas tersengal, mata Nilam terbuka perlahan. Pupilnya bergerak, mencoba untuk fokus. Pandangannya buram, tapi perlahan mulai menangkap sosok Jean di hadapannya. Bibirnya sedikit bergetar sebelum akhirnya ia berbisik lirih, "P- Pak Jean…?" Jean merasa lega, tapi juga marah. Ia menggenggam bahu Nilam dengan erat. "Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?!" Namun, sebelum Nilam bisa menjawab, tubuhnya kembali melemas. Kelopak matanya menutup lagi. "Nilam!!" Jean mengguncangnya pelan, tapi tidak ada reaksi. Gadis itu kembali pingsan. Jean mendongak, mendengar suara langkah tergesa di luar kamar mandi. Beberapa waktu kemudian, Talita muncul bersama seorang penjaga villa yang tampak panik.***Klinik kec

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bahaya Mengancam

    Jean duduk di depan meja kayu di kamarnya, laptop terbuka di depannya, tapi pikirannya sama sekali tidak fokus pada dokumen yang sedang ia kerjakan. Sesekali, ia menghela napas panjang, matanya melirik ke layar ponsel di samping laptopnya. Jam sudah menunjukkan pukul 01.20 pagi. ‘Apa Nilam sudah tidur?’ pikirnya. Dua jam lalu perempuan itu mengirim pesan akan segera tidur. Tapi entah kenapa dia tidak dapat mempercayai perkataan kekasihnya tersebut. Dia tau betul seperti apa sifat Nilam.Ia menggerakkan kursinya, bersandar ke belakang dengan tangan yang terlipat di dada. Rasa tak nyaman mulai merayapi pikirannya. Sejak kejadian di api unggun tadi, ia masih kesal sekaligus cemas. Ia tahu Nilam keras kepala, tapi gadis itu seharusnya lebih berhati-hati dengan kesehatannya sendiri. Jean akhirnya meraih ponselnya, berniat mengirim pesan singkat. ["Kamu beneran udah tidur?"]Dibiarkannya pesan itu terkirim. Namun, beberapa detik berlalu tanpa ada balasan. Jean menunggu, menatap laya

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Sosok Misterius

    Sebuah tangan besar menutup mulutnya dari belakang. Tubuhnya seketika menegang, matanya membelalak dalam kengerian. “Mmpph!” Nilam meronta, berusaha melepaskan diri, tapi genggaman orang itu terlalu kuat. Tangan lain mencengkeram pinggangnya erat, menahannya agar tidak bisa bergerak. Jantungnya berdetak kencang, napasnya memburu. Panik. Takut.Namun sebelum bisa melakukan perlawanan lebih jauh, rasa pusing yang luar biasa menyerang kepalanya. Pandangannya mulai kabur, tenaganya melemah seketika.‘Apa… yang terjadi?’ pikirnya dengan sisa kesadaran. 'Siapa yang...'Kegelapan mulai menyelimuti matanya, tubuhnya limbung, dan akhirnya— Bruk.Nilam jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan pria yang tidak lain adalah Dikta. Yah— Dikta.Dikta menahan tubuh Nilam yang lemas dalam pelukannya. Senyum licik terukir di wajahnya saat ia menatap gadis itu yang tak sadarkan diri."Ah, akhirnya... kita bertemu lagi, Nilam," bisiknya pelan, jemarinya menyelip di antara helai rambut gadis itu. "Sudah

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Si Kepala Batu

    Sorakan kembali menggema, sementara Jean hanya bisa menatap Nilam dengan cemas. Hatinya masih tidak tenang, tapi ia tahu Nilam terlalu keras kepala untuk mundur. Jean hanya bisa berharap ini tidak akan berakhir buruk. Ia tau seberapa keras kepala Nilam, ditambah tantangan dari teman-temannya yang makin membuat adrenalin gadis itu jadi tertantang."Ayo! Ayo! Ayo!"Jean tetap tidak tenang, tapi ia memilih diam dan mengawasi dari jauh.Nilam mengambil sendok pertama. Semua menahan napas. Dengan cepat, ia memasukkan cabe itu ke dalam mulut dan langsung merasakan sensasi terbakar di lidahnya. Panas. Pedasnya langsung menjalar ke seluruh mulut hingga tenggorokannya. "Astaga! Ini gila!" Nilam melambai-lambaikan tangannya di depan wajah, berusaha menghilangkan rasa panas yang semakin menjadi-jadi. Tapi belum selesai dengan yang pertama, Talita sudah mengingatkan, "Satu lagi, Nilam. Ayo, semangat!"Nilam menatap sendok kedua dengan horor. Lidahnya masih kebas, tapi ia tak punya pilihan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Merasa Diawasi

    Baru beberapa langkah Jean berjalan, dia merasakan atmosfer aneh yang membuatnya merasa tak nyaman. Dia seperti sedang di awasi dari kejauhan. Namun saat ia ingin memastikan, tidak ada siapapun di sekitarnya. Lorong villa itu kosong, kecuali Nilam dan teman-temannya yang berjalan semakin menjauh dari posisinya sekarang ini."Mungkin ini cuma perasaanku saja," putus Jean sebelum pergi meninggalkan lokasi.Sementara Jean berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu hanya perasaannya, di balik pintu, sepasang mata tajam mengawasi setiap gerak-geriknya. Dikta— pria itu berdiri diam, wajahnya tertutup bayangan, namun sorot matanya tajam penuh perhitungan. Dikta memperhatikan bagaimana Jean menoleh ke kanan dan kiri, seolah mencoba memastikan apakah ada seseorang yang mengawasinya. Senyum tipis tersungging di wajahnya. “Peka juga dia,” gumamnya pelan. Saat Jean akhirnya pergi, Dikta tetap tak bergerak, hanya matanya yang mengikuti arah langkah musuhnya itu. Perlahan, dia mengalihkan pandanganny

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Siapa Sangka

    Saat alunan musik mulai mengalun, Nilam menutup matanya sebentar, berusaha mengendalikan groginya. Namun, ketika mulai bernyanyi, suara lembutnya langsung memenuhi ruangan, membuat semua orang yang awalnya ribut mendadak diam. Jean yang awalnya hanya iseng juga langsung terpaku, matanya menatap Nilam tanpa berkedip. Ia memang sudah tahu Nilam punya suara yang bagus, tapi mendengarnya bernyanyi secara langsung seperti ini membuatnya terkesima. Rina dan Talita saling berbisik, "Gila, suara Nilam enak banget!" "Fix, kita harus sering-sering suruh dia nyanyi!" Begitu lagu selesai, bus kembali bergemuruh dengan tepuk tangan dan sorakan riuh. "WOY! KENAPA BARU BILANG KALAU SUARAMU SEBAGUS ITU?" teriak Bobby dari belakang. "AH! KALAH KITA NIH SAMA MBA NILAM!" tambah yang lain. Nilam hanya tersenyum malu, berusaha mengembalikan mikrofonnya ke Talita. Namun, Jean dengan cepat menarik tangannya, menyuruhnya duduk kem

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hal Menyenangkan

    "Ngapain bawa mobil sendiri? Aku kan ikut trip ini juga. Lagi pula, kalau aku bawa mobil siapa yang bakal jaga sekertarisku yang manis ini?" tanyanya, menatap langsung ke arah Nilam.Gadis cantik dengan t-shirt putih di balut sweater rajut pink itu seketika melotot ke arah Jean. Dia hampir saja tantrum ketika sang bos dengan santainya berkata, "Bercanda guys. Ada beberapa pekerjaan yang harus di reschedule karena acara kita ini. Jadi aku butuh Nilam untuk mengatur ulang semuanya."Talita dan Rina ber-oh ria sembari senyum-senyum. Mereka coba mempercayai ucapan Jean meskipun keduanya tau itu cuma alasan. Sedangkan Nilam kembali relaks dan batal trantrum."Ya sudah! Ayo masuk ke Bus! Biar Nilam cepat-cepat data kalian dan kita bisa berangkat!""Siap Bos!" Talita dan Rina membalas dengan kompak titah sang Bos. Keduanya berlari kecil ke dalam Bus sambil menenteng tas ransel berisi barang bawaan mereka.Nilam melihat Jean sekilas sebelum mengi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status