Pengantin pengganti? Sudah biasa kalau itu wanita. Tapi kali ini, Zara tak pernah menyangka... suaminya sendiri yang digantikan! Ketika Jerry, tunangannya mengalami kecelakaan dan koma di hari pernikahan mereka, keluarganya memaksa Zara menikahi Rian, adik Jerry, demi menjaga kehormatan keluarga. Meski berusaha menjadi istri yang baik, Zara terus di abaikan oleh Rian. Pernikahan mereka hanya menjadi kewajiban tanpa cinta. Namun, segalanya berubah ketika Jerry sadar dari koma, membawa kembali cinta yang tak pernah padam bagi Zara. Akankah Zara memilih kebahagiaannya, atau tetap bertahan demi kehormatan keluarga?
Lihat lebih banyakHari itu, suasana di Hendrawan Group terasa berbeda. Para karyawan berbisik-bisik sejak pagi, membicarakan satu hal yang menjadi pusat perhatian mereka. Kembalinya Jerry Hendrawan sedang menjadi topik hangat. Setelah empat tahun berlalu, nama Jerry kembali menggema di dalam gedung perusahaan.Sejak kepergiannya, banyak hal telah berubah. Rian, yang selama ini mengelola perusahaan, sudah menyiapkan semuanya. Ia tidak ingin ada kekacauan atau ketidakjelasan dalam transisi ini. Bagaimanapun, Jerry adalah pemilik sah Hendrawan Group, dan Rian tahu saatnya sudah tiba untuk mengembalikan hak tersebut.Saat Jerry memasuki gedung, semua mata tertuju padanya. Pria itu mengenakan setelan hitam dengan kemeja putih bersih, langkahnya tegas dan penuh percaya diri. Tidak ada lagi bayangan pria yang dulu penuh kemarahan dan dendam. Wajahnya terlihat lebih matang, lebih tenang, meskipun masih menyimpan ketegasan yang khas.Ketika lift membawanya ke lantai eksekutif, sekretaris Rian sege
Zara melangkah memasuki rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Setelah sekian lama absen dari dunia medis, hari ini adalah hari pertamanya kembali bertugas sebagai dokter.Meskipun ia sudah terbiasa membantu Rian di perusahaan, dunia rumah sakit adalah tempat di mana hatinya benar-benar berada. Perasaan nostalgia langsung menyergapnya begitu ia melewati koridor yang dulu sangat akrab baginya."Selamat datang kembali, Dokter Zara," sapa salah satu perawat yang dikenalnya, Rina, dengan senyum ramah.Zara membalas dengan anggukan hangat. "Terima kasih, Rina. Bagaimana keadaan di sini? Apa ada perubahan besar selama aku pergi?"Rina tertawa kecil. "Tidak banyak, hanya saja kami kehilangan seorang dokter yang sangat berdedikasi. Sekarang, kami senang karena dokter itu kembali."Zara tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti. Ia mengenakan jas putihnya dengan perasaan familiar yang menyenangkan. Setelah merapikan rambutnya, ia menuju ruang rapat untuk
Hari itu akhirnya tiba. Hari yang selama ini terasa seperti mimpi yang jauh, kini menjadi kenyataan. Setelah kurang lebih empat tahun menjalani hukuman, Jerry akhirnya mendapatkan kebebasannya. Namun, kebebasan itu datang dengan berbagai konsekuensi dan tantangan yang tidak mudah.Di dalam rumah besar keluarga mereka, Rian duduk termenung di ruang kerja. Tangannya menggenggam sebuah berkas penting, dokumen pemindahan hak atas perusahaan yang dulu merupakan milik Jerry sebelum semuanya berubah.Ia telah memutuskan bahwa segala sesuatu yang seharusnya menjadi milik kakaknya akan dikembalikan tanpa syarat. Jerry memang telah kehilangan empat tahun hidupnya, tapi bukan berarti ia harus kehilangan segalanya.Zara masuk ke dalam ruangan dengan wajah sedikit khawatir. Ia tahu bahwa keputusan ini pasti tidak mudah bagi Rian."Kamu yakin?" tanya Zara lembut, duduk di kursi di depan suaminya.Rian menghela napas panjang. "Ini bukan soal yakin atau tidak, Zara. Ini soal kea
Tak terasa waktu cepat berlalu, si kembar sudah bisa berlarian ke sana kemari dan mengacak-acak rumah. Nathan yang aktif dan penuh energi selalu mencari cara untuk menjelajahi setiap sudut rumah, sementara Naomi yang lebih tenang sering mengamati kakaknya sebelum ikut beraksi.Zara dan Rian semakin sibuk mengurus mereka, namun tidak bisa disangkal bahwa kehadiran dua bocah kecil ini membawa kebahagiaan yang luar biasa dalam kehidupan mereka.Suatu pagi, Zara duduk di ruang tamu sambil mengawasi anak-anaknya bermain. Naomi sedang sibuk dengan boneka kelinci kesayangannya, sementara Nathan sibuk mencoba menaiki sofa."Nathan, hati-hati, sayang! Jangan panjat terlalu tinggi," Zara memperingatkan dengan lembut. Namun, seperti biasa, anak laki-lakinya hanya tersenyum jahil dan terus mencoba.Rian yang baru keluar dari kamar dengan rambut sedikit berantakan hanya bisa tertawa melihat kelakuan anaknya. "Sepertinya dia mewarisi semangat petualangku," katanya sambil berjalan
Kehidupan Rian dan Zara berubah drastis setelah mereka menjadi orang tua. Bayi kembar mereka, yang pertama kali terlihat sebagai kejutan besar bagi mereka berdua, kini menjadi sumber kebahagiaan yang tak tergantikan.Kehidupan mereka yang dulu terfokus pada pekerjaan dan ambisi pribadi, kini mulai terpusat pada keluarga kecil mereka. Rian, yang sebelumnya dikenal dengan sifat tegas dan terkadang keras, mulai menunjukkan sisi lembutnya yang selama ini tersembunyi.Begitu juga Zara, yang meskipun awalnya merasa cemas dengan peran barunya sebagai seorang ibu, mulai tumbuh menjadi sosok yang penuh kasih sayang dan perhatian.Setiap pagi, ketika matahari baru saja muncul, Rian akan bangun lebih awal untuk membantu Zara menyiapkan kebutuhan bayi kembar mereka. Ia mengambil alih tugas-tugas kecil seperti mengganti popok atau menenangkan bayi yang menangis.Terkadang, Zara melihatnya dengan rasa terharu. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria yang dulu ia anggap terlalu sibuk
Nadine akhirnya dibawa ke penjara, setelah serangkaian penyelidikan yang panjang dan bukti yang tak terbantahkan. Kejahatan yang telah dilakukannya selama ini, dari manipulasi hingga pengkhianatan, serta berbagai skema yang merugikan banyak orang akhirnya terungkap ke permukaan.Semua itu, yang selama ini tersembunyi di balik topeng kecantikan dan pesonanya, kini menjadi kenyataan yang tak bisa dipungkiri lagi.Hari itu, di ruang sidang yang penuh sesak, Nadine duduk dengan wajah tanpa ekspresi. Semua yang terjadi seakan tidak menyentuhnya. Ia menatap kosong ke depan, seolah tak merasa sedikit pun penyesalan atas segala perbuatannya.Baginya, ini hanyalah babak baru dalam kehidupannya. Meskipun kali ini, tak ada lagi pintu keluar yang bisa ia gunakan untuk melarikan diri.Rian, yang sebelumnya merasa terpukul oleh segala tindakan Nadine, kini hadi di sana, matanya tajam penuh keyakinan. Semua rasa kecewa dan amarah yang pernah ia rasakan berubah menjadi tekad untuk m
Setelah beberapa jam menunggu, pintu rumah Lena akhirnya terbuka. Sandi masuk dengan langkah pelan, tampak ragu-ragu. Mata mereka bertemu sejenak, lalu Sandi menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan ketegangan di wajahnya.Lena, yang sudah menunggu sejak beberapa waktu lalu, hanya bisa terdiam, memandangi pria itu dengan perasaan campur aduk.“Kamu datang juga,” ujar Lena, suaranya agak tercekat. Ia merasa gugup meskipun sudah tahu bahwa pertemuan ini tak bisa dihindari.Sandi mengangguk pelan, lalu menatap Lena dengan tatapan penuh makna. “Iya, aku rasa ini waktunya. Kita harus bicara, Lena.”Lena berdiri, melangkah ke arah meja kecil yang ada di ruang tamu, mengambil dua cangkir kopi yang sudah ia siapkan sebelumnya. “Ayo duduk,” katanya sambil menyerahkan satu cangkir kepada Sandi. “Kita bisa bicara di sini.”Mereka duduk di sofa, berhadapan satu sama lain, namun tidak ada kata yang keluar. Suasana menjadi kaku, penuh dengan kata-kata yang tak terucapkan. L
Lena tetap berdiri di taman rumah sakit, menatap punggung Sandi yang semakin menjauh hingga akhirnya menghilang di balik gedung. Ia menghela napas panjang, berusaha memahami perasaannya sendiri.Sudah lama ia dan Sandi tidak bertemu seperti ini, berbicara dari hati ke hati tanpa gangguan. Tapi seperti biasa, kebersamaan mereka selalu berakhir dengan Sandi harus pergi karena urusan pekerjaan.Ia melangkah perlahan menuju bangku taman yang kosong dan duduk di sana, membiarkan pikirannya melayang. Rasa rindu yang selama ini ia abaikan muncul kembali, membawa serta kenangan-kenangan yang seharusnya sudah ia lupakan.Ia dan Sandi dulu begitu dekat, tak terpisahkan. Namun, sejak Sandi mulai bekerja untuk perusahaan Rian, segalanya berubah.Lena mengerti bahwa Sandi memiliki tanggung jawab besar, tetapi kadang ia merasa diabaikan. Tidak ada lagi obrolan panjang di malam hari, tidak ada lagi kejutan-kejutan kecil yang dulu sering diberikan Sandi. Semua terasa semakin jauh, d
Sandi bergegas keluar dari kamar rawat Zara, langkahnya cepat dan penuh tekad. Ia melihat ke arah lorong rumah sakit, mencari sosok Lena di antara para pengunjung dan petugas medis yang berlalu-lalang.Lena tidak boleh pergi begitu saja. Tidak kali ini.Setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, Sandi akhirnya menemukan Lena yang sedang berjalan cepat ke arah pintu keluar rumah sakit. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengejarnya."Lena!" panggilnya.Lena terhenti sesaat, tapi ia tidak berbalik. Ia hanya menarik napas panjang, seakan berusaha menguatkan diri, lalu kembali melangkah.Sandi tidak menyerah. Ia mempercepat langkahnya, lalu berdiri di hadapan Lena, menghalangi jalannya."Jangan pergi," katanya, suaranya terdengar sedikit putus asa. "Kita perlu bicara."Lena menatapnya dengan ekspresi rumit. Ada kemarahan, kesedihan, dan sesuatu yang Sandi tidak bisa baca dengan jelas."Apa yang mau kita bicarakan, Sandi?" tanya Lena, suaranya datar
“Bu, kenapa rasanya jantungku nggak berhenti berdebar?” Zara memegang dadanya, mencoba mengatur napas yang terasa sesak.Ibunya, Bu Sari, yang tengah merapikan gaun Zara berhenti sejenak, memandang wajah putrinya yang penuh kegelisahan. “Itu wajar, Nak. Semua pengantin pasti gugup.”Zara mengangguk pelan. Ia menatap cermin di hadapannya, mencoba tersenyum, namun bayangannya membuatnya merasa asing.“Zara, tamu sudah berdatangan. Kamu siap?” suara lembut ibunya membuyarkan lamunan.“Ya, Bu,” jawab Zara, tersenyum canggung menutupi kegelisahannya.Hujan pagi itu seharusnya menjadi latar hari paling bahagia bagi Zara. Gaun putih dengan renda halus melekat sempurna di tubuhnya, tetapi firasat ganjil sejak pagi tak mau hilang.Segalanya tampak sempurna. Musik klasik mengalun, dekorasi gereja memukau, tetapi sebuah ketukan di pintu ruang rias mengubah segalanya.“Kecelakaan?” Zara menatap pria berjas formal yang berdiri di ambang pintu, tubuhnya terasa kaku. Suaranya gemetar, nyaris tak kel...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen