Share

BAB 8

Penulis: Nenghally
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 09:00:14

Rian terdiam di atas tangga, tubuhnya membeku seolah-olah udara dingin tiba-tiba memenuhi rumah besar itu. Kata-kata Zara menggema di telinganya, begitu tajam, begitu jelas.

Ia menatap Zara dari kejauhan, matanya menyipit, mencoba mencari jawaban di wajah istrinya. Tapi yang ia temukan hanyalah amarah yang membara, disertai kesedihan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

“Zara...” suara Rian akhirnya keluar, serak dan nyaris tak terdengar.

Zara tidak menoleh. Tangannya mengepal, kukunya menekan telapak tangannya sendiri hingga terasa sakit. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan lagi.

“Aku serius, Rian,” katanya dengan tegas, meskipun suaranya bergetar.

Rian turun perlahan, satu langkah demi satu langkah. Tapi Zara mengangkat tangannya, menghentikan gerakannya.

“Jangan mendekat,” katanya, matanya yang sembab menatap langsung ke arah Rian. “Kamu sudah terlalu jauh dariku selama ini, Rian. Tidak perlu berpura-pura peduli sekarang.”

Rian menelan ludah, merasa dadanya sesak. “Apa yang kamu bicarakan? Kenapa tiba-tiba seperti ini?”

Zara tertawa kecil, namun tidak ada keceriaan di dalamnya. “Tiba-tiba? Ini bukan tiba-tiba, Rian. Aku sudah menahan ini selama lima tahun. Bertahan dengan diam kamu, rahasia kamu, sikap dingin kamu. Aku lelah.”

Rian menggeleng, mencoba memprotes, tapi Zara memotongnya. “Aku bahkan tidak tahu siapa kamu, Rian. Aku tidak tahu apa yang kamu sembunyikan dariku. Aku lelah mencoba memahami seseorang yang bahkan tidak mau berbagi apa-apa denganku.”

“Zara, kamu tidak mengerti,” Rian akhirnya berbicara, mencoba mendekatinya lagi. Tapi Zara tetap bergeming, tatapannya tidak berubah.

“Kamu benar,” katanya dengan nada getir. “Aku tidak mengerti. Dan kamu tidak pernah memberiku kesempatan untuk mengerti.”

Rian menarik napas dalam-dalam, wajahnya berubah gelap. “Kamu pikir aku tidak punya alasan? Aku melakukan ini semua untuk kamu.”

Zara terdiam sesaat, memproses kata-kata Rian. “Melakukan apa? Menyembunyikan semuanya dariku? Membuatku merasa seperti orang asing di rumahku sendiri? Itu demi aku?”

Rian tidak menjawab, rahangnya mengeras.

“Lihat? Kamu tidak bisa menjawab. Karena kamu tahu aku benar.” Zara melangkah mendekatinya kali ini, matanya tajam. “Aku tidak tahu lagi apa yang kamu pikirkan, Rian. Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan. Tapi aku tidak bisa hidup seperti ini lagi.”

Rian membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi suara itu tidak keluar. Ia hanya bisa menatap Zara, wanita yang berdiri di depannya dengan hati yang terluka parah.

“Aku mau kita berpisah, Rian,” kata Zara dengan nada pelan tapi penuh kepastian. “Aku tidak mau terus menjadi istri yang kamu abaikan. Aku berhak untuk bahagia.”

Hening melingkupi mereka. Rian berdiri diam, pandangannya kosong, sementara Zara merasa dadanya semakin sesak. Air matanya tidak lagi mengalir, tapi hatinya terasa seperti kaca yang pecah menjadi ribuan serpihan.

“Kalau itu maumu,” akhirnya Rian berkata, suaranya rendah dan datar.

Zara menatapnya, mencari tanda-tanda emosi di wajahnya, tapi tidak ada apa-apa. Wajah Rian tetap seperti biasa. Dingin, tak terbaca.

“Besok aku akan bicara dengan pengacara,” lanjut Rian sebelum berbalik dan naik kembali ke tangga tanpa menoleh lagi.

Zara berdiri di sana, tubuhnya lunglai, menatap punggung pria yang selama ini berusaha ia cintai.

“Kamu... benar-benar...” Ucapan Zara tertahan, suaranya bergetar, tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia menunduk, mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar.

Rian tidak menjawab, tidak memberi sedikit pun penjelasan atau permohonan maaf.

Zara menggeleng perlahan, air matanya jatuh tanpa bisa dihentikan. “Jadi, pernikahan ini benar-benar akan berakhir?” pikirnya, dadanya terasa sesak.

Rian akhirnya melangkah lagi, kali ini tanpa berhenti. Langkah-langkahnya terdengar menggema di tangga marmer rumah mereka yang luas, setiap bunyi seakan menghantam hati Zara.

Pagi harinya, tanpa banyak bicara, Zara mulai mengemas barang-barangnya. Ia memilih pakaian secukupnya, menyelipkan beberapa barang penting ke dalam koper kecil. Setiap tarikan resleting terasa seperti simbol perpisahan yang ia butuhkan. Tangannya gemetar, tapi ia terus melanjutkan.

Saat semua selesai, Zara menarik kopernya menuju pintu kamar. Namun, suara derit roda koper di lantai marmer yang hening membuat Rian terbangun.

"Zara?" panggil Rian, suaranya berat dan masih mengantuk.

Zara tidak menjawab. Ia melangkah keluar dari kamar, menarik kopernya ke tangga dengan tekad bulat.

Namun, baru beberapa langkah menuruni tangga, suara berat dan tegas Rian memecah keheningan.

"Zara, berhenti!"

Zara berhenti sejenak, tapi bukan karena perintah itu. Ia hanya menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan hatinya. Perlahan, ia menoleh, menatap Rian yang berdiri di puncak tangga dengan piyamanya.

"Zara, kamu tidak boleh pergi!" serunya lagi, kali ini dengan nada lebih dingin, lebih menuntut.

Zara mengangkat dagunya sedikit, memperlihatkan tatapan penuh luka tapi penuh keberanian. “Apa hakmu menahanku, Rian?”

Rian mulai melangkah turun, mendekatinya. “Hakku sebagai suamimu. Kamu tidak bisa meninggalkan rumah ini begitu saja.”

Zara mendengus kecil, sinis. “Suami? Kau bahkan tidak bertindak seperti seorang suami."

Rian terdiam sejenak, rahangnya mengeras. “Zara, kamu tahu ini bukan hanya tentang kita. Jika kamu pergi, ini akan menjadi skandal keluarga. Semua orang akan membicarakan kita. Apa kamu mau itu terjadi?”

“Skandal?” Zara tertawa pendek, penuh ironi. “Kamu selalu memikirkan reputasi keluarga, perusahaan, dan orang lain. Pernahkah kamu memikirkan aku, Rian? ?”

“Zara, dengar aku—”

“Tidak!” potong Zara tajam. “Aku sudah cukup mendengarkanmu. Rumah ini bukan lagi rumah. Ini seperti penjara bagiku!”

Rian terdiam di tengah tangga, matanya menatap Zara dengan intens. Ia mencoba membaca pikiran istrinya, mencoba mencari celah untuk membalas kata-katanya. Tapi Zara tidak memberinya kesempatan.

Ia menarik kopernya dengan satu tarikan keras, melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Rian bergerak cepat, melangkah turun untuk mengejar Zara. Tangannya terulur, meraih pegangan koper Zara, menghentikan langkahnya di dekat pintu utama.

“Zara, jangan lakukan ini,” katanya, kali ini dengan nada lebih lembut.

Zara menatap tangan Rian yang mencengkeram koper itu, lalu mendongak menatap wajahnya. “Lepaskan, Rian.”

“Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Zara menghela napas panjang, menahan air mata yang sudah menggenang di matanya. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku, Rian? Kamu tidak mencintaiku. Kamu tidak peduli padaku. Lalu, kenapa kamu ingin aku tetap tinggal?”

“Karena aku...” Rian terdiam, lidahnya kelu. Kata-kata itu seperti tersangkut di tenggorokannya.

Zara tertawa kecil, getir. “Lihat? Bahkan untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, kamu tidak bisa.”

Rian melepas pegangannya perlahan, tapi tetap berdiri di hadapan Zara, mencoba menghalanginya pergi. “Zara, kita bisa membicarakan ini. Jangan bertindak gegabah.”

“Gegabah?” Mata Zara melebar karena marah. “Rian, aku sudah bertahan selama ini. Aku lelah, Rian. Aku lelah mencintai seseorang yang tidak pernah mencintaiku kembali.”

"Kamu... Mencintaiku?" tanya Rian, tak yakin dengan apa yang dia dengar.

Rian berusaha membuka mulutnya untuk membalas, tapi suara telepon rumah yang berdering tiba-tiba memecah ketegangan. Rian menoleh ke arah sumber suara, lalu kembali menatap Zara.

“Aku harus menjawab itu,” katanya, suaranya penuh keraguan.

Suara telepon rumah kembali berdering. Zara, menoleh ke arah sumber suara, wajahnya penuh kemarahan. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan ke arah meja tempat telepon berada. Tangannya terulur cepat, lalu dengan satu gerakan penuh amarah, ia meraih telepon itu dan melemparkannya ke lantai.

“Telepon sialan ini, selalu saja mengganggu!” teriak Zara, suaranya menggema di ruangan besar itu.

“Zara, apa yang kamu lakukan?” suara Rian terdengar tajam, tapi ia tetap berdiri di tempatnya.

Belum sempat Zara menjawab lagi, suara ponselnya tiba-tiba berdering, menggantikan suara telepon rumah yang tergeletak hancur di lantai. Tangannya gemetar saat mengambil ponsel itu dari dalam tas. Layar ponsel menampilkan nama rumah sakit tempat Jerry dirawat.

Nafasnya terhenti sesaat. Dengan ragu, Zara menekan tombol jawab.

“Halo?” suaranya serak, nyaris berbisik.

Zara membeku. Matanya melebar, dan ponsel hampir terlepas dari genggamannya. Hatinya campur aduk antara lega, cemas, dan bingung.

“Dia sadar?” bisiknya, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Jerry sadar, apa yang harus ia lakukan sekarang? Pikirnya, sambil memandang Rian yang tetap diam.

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 9

    Sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai rumah sakit, menerangi ruang rawat yang penuh dengan alat medis. Setelah bertahun-tahun terbaring dalam koma, Jerry akhirnya membuka matanya perlahan.Pandangannya kabur, suara mesin monitor berdetak pelan di telinganya. Ia mencoba memahami di mana dirinya berada, tapi yang ia rasakan hanyalah kesulitan bernapas dan tubuh yang terasa kaku.Perawat yang masuk ke kamar terdiam sesaat, matanya melebar. “Tuan Jerry, Anda sudah sadar! Tunggu sebentar, saya akan memanggil dokter,” katanya sambil terburu-buru keluar dari ruangan.Jerry mencoba bergerak, mengangkat tangannya yang terasa berat, tapi tubuhnya menolak. Dalam diam, ia memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang terjadi. Tetapi, yang ia temukan hanyalah kekosongan dan pertanyaan besar tentang bagaimana ia bisa berakhir di tempat ini.Kabar bahwa Jerry sadar menyebar cepat di keluarga Hendrawan. Zara, yang sedang berada di rumah, menerima telepon dari rumah sakit. Tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 10

    Dengan perlahan, Jerry menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan mencoba turun dari tempat tidur. Langkahnya goyah, tubuhnya terasa lemah, namun ada sesuatu yang mendorongnya untuk berdiri. Suara langkahnya membuat Zara menoleh dengan terkejut.“Jerry! Apa yang kamu lakukan? Kamu harus istirahat!” seru Zara panik. Ia melangkah cepat ke arahnya, berniat membantunya kembali ke tempat tidur.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh Jerry, pria itu meraih tangannya lebih dulu. Pegangan Jerry lembut, tapi tegas, seolah meminta Zara untuk tidak pergi. Mata mereka bertemu, dan Zara merasakan sebuah gelombang emosi menghantam hatinya.“Zara…” suara Jerry terdengar pelan, serak, namun penuh rasa. “Kamu mencoba menyembunyikan semuanya dariku, tapi aku bisa melihatnya. Kamu tidak bahagia, bukan?”Zara mematung. Kata-kata itu seperti membuka pintu yang selama ini ia kunci rapat. Semua rasa sakit, frustrasi, dan kehampaan yang ia pendam selama lima tahun terakhir terasa seperti ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 11

    Zara segera meraba ponselnya untuk menelepon ambulan, tetapi tangan Rian tiba-tiba bergerak, meski lemah, pria itu mencoba menghentikannya.“Jangan…” gumam Rian, suaranya serak, hampir tidak terdengar.“Rian! Apa yang terjadi padamu? Kamu sakit?” Zara bertanya, suaranya bergetar, campuran antara cemas dan takut.Rian membuka matanya sedikit, tatapannya kabur. Ia mencoba tersenyum kecil, tetapi itu lebih terlihat seperti ekspresi menyakitkan.“Aku hanya… terlalu banyak minum…”“Kenapa kamu seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” Zara mendesak, matanya berkaca-kaca.Rian tidak langsung menjawab. Ia menatap Zara dengan pandangan yang sulit dijelaskan, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan tetapi terlalu sulit untuk diungkapkan. Setelah beberapa saat, ia tertawa kecil, tawanya hambar dan penuh ironi.“Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mati hanya karena minuman,” katanya pelan. Ia menutup matanya lagi, kepalanya bersandar ke sofa.Zara hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 12

    Jantung Zara berdetak lebih cepat. Pandangannya terpaku pada layar ponsel, dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Sudah seminggu lebih sejak Jerry sadar dari koma, tapi Rian tidak pernah membahas atau bertanya soal kondisinya."Apakah dia sudah menjenguk kakaknya?" pikir Zara.Sejak hari itu, Zara merasa semakin jauh dengan Rian. Tetapi dia tidak pernah membahas lagi soal permintaannya untuk bercerai malam itu. Seolah, itu hanyalah angin lalu. Setelah apa yang terjadi semalam, Zara mulai meragukan keputusannya.Ponselnya kembali berdering. Zara menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Akhirnya, dengan ragu, ia menggeser layar untuk menerima panggilan.“Halo…” suaranya nyaris berbisik, terdengar serak akibat tangisannya tadi.“Zara?” Suara Jerry terdengar lembut di ujung telepon, tetapi ada nada cemas di dalamnya. “Kamu baik-baik saja?”Pertanyaan itu membuat Zara terdiam sejenak. "Apakah suaraku terdengar seburuk itu hingga Jerry t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 13

    Di ruang kerjanya yang luas, Rian duduk dengan pandangan kosong menatap layar komputer. Laporan yang seharusnya ia tinjau sudah terbuka sejak satu jam yang lalu, tetapi pikirannya sama sekali tidak ada di sana.Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh Zara dan apa yang terjadi semalam. Ia menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, memutar ulang kejadian malam tadi di benaknya. Zara, wanita yang menjadi istrinya, selalu menjadi misteri baginya.Semalam, untuk pertama kalinya, mereka tidur bersama. Tetapi pagi tadi, saat dia memutuskan untuk pergi dengan kata-kata dingin, ada sesuatu yang membuat dadanya terasa berat. Ia tidak tahu kenapa, atau mungkin ia tahu, tetapi menolak mengakuinya.Pintu ruangannya diketuk pelan, membuyarkan lamunannya. “Masuk,” kata Rian singkat, suaranya rendah.Seorang pria muda, asisten pribadinya, masuk dengan membawa dokumen. “Tuan Rian, ini laporan terakhir dari divisi pemasaran. Anda diminta untuk meninjau sebelum rapat sore ini.”Rian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 14

    Zara berdiri di depan pintu, tangan bersedekap di dada. Pandangannya tertuju pada Jerry yang masih duduk di sofa ruang tamu. Tatapannya serius, tetapi di balik sikap tegasnya, ada pergolakan yang tidak bisa ia abaikan.“Jerry, kamu tidak seharusnya ada di sini,” katanya akhirnya, suaranya datar tetapi tegas.Jerry mendongak, menatap Zara dengan sorot mata yang penuh rasa ingin tahu. “Aku merasa kita butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya.”“Tidak di sini,” balas Zara cepat. “Ini rumahku, rumahku dan Rian. Aku tidak bisa membiarkanmu datang sesuka hati.”Jerry berdiri perlahan, posturnya masih menunjukkan kelemahan akibat pemulihannya. Tetapi tatapan tajamnya tidak pernah berubah. “Zara, aku hanya ingin tahu bagaimana kehidupanmu tanpa aku.”Zara mengepalkan tangannya, mencoba menahan gejolak emosinya. “Kamu harus pergi. Dan tolong, jangan datang ke sini lagi.”Jerry terdiam sejenak, matanya menatap Zara seolah mencoba mencari sesuatu yang tersembunyi. “Zara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 15

    Zara duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, ditemani secangkir kopi dan tatapan tajam sahabatnya, Lena. Setelah pagi yang melelahkan di rumah sakit, ia merasa butuh udara segar. Lena, seperti biasa, menjadi pelariannya dari kebisingan dunia.“Jadi, kamu benar-benar mau cerai, Zar?” Lena memecah keheningan, menatap Zara dengan ekspresi serius.Zara mengaduk-aduk es kopinya, memandangi butiran es yang mulai mencair. “Memangnya apa lagi yang bisa kuharapkan dari pria dingin itu?” jawabnya pelan, tetapi nadanya penuh kekecewaan.Lena menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Lima tahun, Zara. Menurutmu kenapa dia masih bertahan denganmu?”Pertanyaan itu membuat Zara menghentikan gerakannya. Ia menatap Lena, keningnya berkerut.“Apa maksudmu?” tanyanya hati-hati.Lena mendekat, meletakkan sikunya di meja sambil menatap Zara dengan pandangan penuh arti. “Coba pikirkan. Kalau di drama-drama, entah itu menikah kontrak atau pernikahan yang dipaksakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 1

    “Bu, kenapa rasanya jantungku nggak berhenti berdebar?” Zara memegang dadanya, mencoba mengatur napas yang terasa sesak.Ibunya, Bu Sari, yang tengah merapikan gaun Zara berhenti sejenak, memandang wajah putrinya yang penuh kegelisahan. “Itu wajar, Nak. Semua pengantin pasti gugup.”Zara mengangguk pelan. Ia menatap cermin di hadapannya, mencoba tersenyum, namun bayangannya membuatnya merasa asing.“Zara, tamu sudah berdatangan. Kamu siap?” suara lembut ibunya membuyarkan lamunan.“Ya, Bu,” jawab Zara, tersenyum canggung menutupi kegelisahannya.Hujan pagi itu seharusnya menjadi latar hari paling bahagia bagi Zara. Gaun putih dengan renda halus melekat sempurna di tubuhnya, tetapi firasat ganjil sejak pagi tak mau hilang.Segalanya tampak sempurna. Musik klasik mengalun, dekorasi gereja memukau, tetapi sebuah ketukan di pintu ruang rias mengubah segalanya.“Kecelakaan?” Zara menatap pria berjas formal yang berdiri di ambang pintu, tubuhnya terasa kaku. Suaranya gemetar, nyaris tak kel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 15

    Zara duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, ditemani secangkir kopi dan tatapan tajam sahabatnya, Lena. Setelah pagi yang melelahkan di rumah sakit, ia merasa butuh udara segar. Lena, seperti biasa, menjadi pelariannya dari kebisingan dunia.“Jadi, kamu benar-benar mau cerai, Zar?” Lena memecah keheningan, menatap Zara dengan ekspresi serius.Zara mengaduk-aduk es kopinya, memandangi butiran es yang mulai mencair. “Memangnya apa lagi yang bisa kuharapkan dari pria dingin itu?” jawabnya pelan, tetapi nadanya penuh kekecewaan.Lena menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Lima tahun, Zara. Menurutmu kenapa dia masih bertahan denganmu?”Pertanyaan itu membuat Zara menghentikan gerakannya. Ia menatap Lena, keningnya berkerut.“Apa maksudmu?” tanyanya hati-hati.Lena mendekat, meletakkan sikunya di meja sambil menatap Zara dengan pandangan penuh arti. “Coba pikirkan. Kalau di drama-drama, entah itu menikah kontrak atau pernikahan yang dipaksakan

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 14

    Zara berdiri di depan pintu, tangan bersedekap di dada. Pandangannya tertuju pada Jerry yang masih duduk di sofa ruang tamu. Tatapannya serius, tetapi di balik sikap tegasnya, ada pergolakan yang tidak bisa ia abaikan.“Jerry, kamu tidak seharusnya ada di sini,” katanya akhirnya, suaranya datar tetapi tegas.Jerry mendongak, menatap Zara dengan sorot mata yang penuh rasa ingin tahu. “Aku merasa kita butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya.”“Tidak di sini,” balas Zara cepat. “Ini rumahku, rumahku dan Rian. Aku tidak bisa membiarkanmu datang sesuka hati.”Jerry berdiri perlahan, posturnya masih menunjukkan kelemahan akibat pemulihannya. Tetapi tatapan tajamnya tidak pernah berubah. “Zara, aku hanya ingin tahu bagaimana kehidupanmu tanpa aku.”Zara mengepalkan tangannya, mencoba menahan gejolak emosinya. “Kamu harus pergi. Dan tolong, jangan datang ke sini lagi.”Jerry terdiam sejenak, matanya menatap Zara seolah mencoba mencari sesuatu yang tersembunyi. “Zara

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 13

    Di ruang kerjanya yang luas, Rian duduk dengan pandangan kosong menatap layar komputer. Laporan yang seharusnya ia tinjau sudah terbuka sejak satu jam yang lalu, tetapi pikirannya sama sekali tidak ada di sana.Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh Zara dan apa yang terjadi semalam. Ia menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, memutar ulang kejadian malam tadi di benaknya. Zara, wanita yang menjadi istrinya, selalu menjadi misteri baginya.Semalam, untuk pertama kalinya, mereka tidur bersama. Tetapi pagi tadi, saat dia memutuskan untuk pergi dengan kata-kata dingin, ada sesuatu yang membuat dadanya terasa berat. Ia tidak tahu kenapa, atau mungkin ia tahu, tetapi menolak mengakuinya.Pintu ruangannya diketuk pelan, membuyarkan lamunannya. “Masuk,” kata Rian singkat, suaranya rendah.Seorang pria muda, asisten pribadinya, masuk dengan membawa dokumen. “Tuan Rian, ini laporan terakhir dari divisi pemasaran. Anda diminta untuk meninjau sebelum rapat sore ini.”Rian

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 12

    Jantung Zara berdetak lebih cepat. Pandangannya terpaku pada layar ponsel, dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Sudah seminggu lebih sejak Jerry sadar dari koma, tapi Rian tidak pernah membahas atau bertanya soal kondisinya."Apakah dia sudah menjenguk kakaknya?" pikir Zara.Sejak hari itu, Zara merasa semakin jauh dengan Rian. Tetapi dia tidak pernah membahas lagi soal permintaannya untuk bercerai malam itu. Seolah, itu hanyalah angin lalu. Setelah apa yang terjadi semalam, Zara mulai meragukan keputusannya.Ponselnya kembali berdering. Zara menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Akhirnya, dengan ragu, ia menggeser layar untuk menerima panggilan.“Halo…” suaranya nyaris berbisik, terdengar serak akibat tangisannya tadi.“Zara?” Suara Jerry terdengar lembut di ujung telepon, tetapi ada nada cemas di dalamnya. “Kamu baik-baik saja?”Pertanyaan itu membuat Zara terdiam sejenak. "Apakah suaraku terdengar seburuk itu hingga Jerry t

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 11

    Zara segera meraba ponselnya untuk menelepon ambulan, tetapi tangan Rian tiba-tiba bergerak, meski lemah, pria itu mencoba menghentikannya.“Jangan…” gumam Rian, suaranya serak, hampir tidak terdengar.“Rian! Apa yang terjadi padamu? Kamu sakit?” Zara bertanya, suaranya bergetar, campuran antara cemas dan takut.Rian membuka matanya sedikit, tatapannya kabur. Ia mencoba tersenyum kecil, tetapi itu lebih terlihat seperti ekspresi menyakitkan.“Aku hanya… terlalu banyak minum…”“Kenapa kamu seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” Zara mendesak, matanya berkaca-kaca.Rian tidak langsung menjawab. Ia menatap Zara dengan pandangan yang sulit dijelaskan, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan tetapi terlalu sulit untuk diungkapkan. Setelah beberapa saat, ia tertawa kecil, tawanya hambar dan penuh ironi.“Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mati hanya karena minuman,” katanya pelan. Ia menutup matanya lagi, kepalanya bersandar ke sofa.Zara hanya

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 10

    Dengan perlahan, Jerry menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan mencoba turun dari tempat tidur. Langkahnya goyah, tubuhnya terasa lemah, namun ada sesuatu yang mendorongnya untuk berdiri. Suara langkahnya membuat Zara menoleh dengan terkejut.“Jerry! Apa yang kamu lakukan? Kamu harus istirahat!” seru Zara panik. Ia melangkah cepat ke arahnya, berniat membantunya kembali ke tempat tidur.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh Jerry, pria itu meraih tangannya lebih dulu. Pegangan Jerry lembut, tapi tegas, seolah meminta Zara untuk tidak pergi. Mata mereka bertemu, dan Zara merasakan sebuah gelombang emosi menghantam hatinya.“Zara…” suara Jerry terdengar pelan, serak, namun penuh rasa. “Kamu mencoba menyembunyikan semuanya dariku, tapi aku bisa melihatnya. Kamu tidak bahagia, bukan?”Zara mematung. Kata-kata itu seperti membuka pintu yang selama ini ia kunci rapat. Semua rasa sakit, frustrasi, dan kehampaan yang ia pendam selama lima tahun terakhir terasa seperti ke

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 9

    Sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai rumah sakit, menerangi ruang rawat yang penuh dengan alat medis. Setelah bertahun-tahun terbaring dalam koma, Jerry akhirnya membuka matanya perlahan.Pandangannya kabur, suara mesin monitor berdetak pelan di telinganya. Ia mencoba memahami di mana dirinya berada, tapi yang ia rasakan hanyalah kesulitan bernapas dan tubuh yang terasa kaku.Perawat yang masuk ke kamar terdiam sesaat, matanya melebar. “Tuan Jerry, Anda sudah sadar! Tunggu sebentar, saya akan memanggil dokter,” katanya sambil terburu-buru keluar dari ruangan.Jerry mencoba bergerak, mengangkat tangannya yang terasa berat, tapi tubuhnya menolak. Dalam diam, ia memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang terjadi. Tetapi, yang ia temukan hanyalah kekosongan dan pertanyaan besar tentang bagaimana ia bisa berakhir di tempat ini.Kabar bahwa Jerry sadar menyebar cepat di keluarga Hendrawan. Zara, yang sedang berada di rumah, menerima telepon dari rumah sakit. Tan

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 8

    Rian terdiam di atas tangga, tubuhnya membeku seolah-olah udara dingin tiba-tiba memenuhi rumah besar itu. Kata-kata Zara menggema di telinganya, begitu tajam, begitu jelas.Ia menatap Zara dari kejauhan, matanya menyipit, mencoba mencari jawaban di wajah istrinya. Tapi yang ia temukan hanyalah amarah yang membara, disertai kesedihan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.“Zara...” suara Rian akhirnya keluar, serak dan nyaris tak terdengar.Zara tidak menoleh. Tangannya mengepal, kukunya menekan telapak tangannya sendiri hingga terasa sakit. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan lagi.“Aku serius, Rian,” katanya dengan tegas, meskipun suaranya bergetar.Rian turun perlahan, satu langkah demi satu langkah. Tapi Zara mengangkat tangannya, menghentikan gerakannya.“Jangan mendekat,” katanya, matanya yang sembab menatap langsung ke arah Rian. “Kamu sudah terlalu jauh dariku selama ini, Rian. Tidak perlu berpura-pura peduli sekarang.”Rian menelan ludah, merasa

  • Terjerat Cinta Suami Pengganti   BAB 7

    Zara membuka pintu rumah dengan letih. Hatinya masih berat setelah kunjungan ke rumah sakit. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat sosok yang duduk di ruang tamu.Bu Hanan, ibu Jerry sekaligus ibu mertuanya ada di sana.Wanita itu duduk tegak dengan ekspresi dingin, seolah telah menunggunya selama berjam-jam."Bu Hanan...?" Zara bertanya pelan, setengah tidak percaya. "Kenapa Ibu ada di sini?"Namun, alih-alih menjawab, Bu Hanan hanya menatapnya tajam. Zara menutup pintu perlahan, wanita itu tak berkata sepatah pun, hanya duduk dengan tangan terlipat di pangkuan, ekspresinya penuh ketegasan yang tidak memberi ruang untuk protes."Ibu..." suara Zara bergetar ketika akhirnya ia memberanikan diri berbicara lagi, "apa yang membawa Ibu ke sini malam-malam begini?"Bu Hanan tetap diam sejenak, mengamati Zara dari ujung kepala hingga kaki, seolah sedang menilai sesuatu yang tak kasat mata. Lalu, dia menarik napas panjang dan berbicara dengan nada rendah namun menusuk."Kamu pulan

DMCA.com Protection Status