Takdir yang Sulit Ditempuh

Takdir yang Sulit Ditempuh

Oleh:  Latifa Raihah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kakak tiriku sangat membenciku. Dia membenci kedatanganku dan ibuku, membenci kami karena merusak keluarganya yang terlihat harmonis. Setiap kali melihatku, dia akan selalu menunjukkan wajah dingin. Dia akan mengatakan bahwa aku menjijikkan, lalu dengan kejam bertanya kapan aku akan mati. Pada akhirnya, aku memenuhi keinginannya. Namun, dia menyesalinya. Dia menangis, memohon agar aku bisa kembali. Dia mengatakan bahwa dia seharusnya tidak putus denganku, tidak seharusnya memperlakukanku dengan kasar. Hanya saja, aku sudah mati. Untuk apa lagi dia menunjukkan sikap penuh kasih seperti ini?

Lihat lebih banyak
Takdir yang Sulit Ditempuh Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab

Bab 1

Saat aku tahu bahwa hidupku tak akan lama lagi ....Itu adalah tahun keenam sejak aku putus dengan Alvin Setyo, juga tahun keenam kami menjadi satu keluarga.Aku berlari pulang dengan panik, langsung menuju ke ruang kerjanya.Aku bertanya kepadanya, apakah dia benar-benar ingin menikahi putri dari Keluarga Gunawan?Dia malah tertawa dingin sambil memandangku, mengatakan bahwa aku sedang bermimpi. Dia juga mengatakan bahwa aku tidak bisa melihatnya bahagia.Aku terdiam, tak bisa berkata apa-apa, tak mampu mengeluarkan bantahan.Melihat tatapannya yang dingin, perlahan aku mulai tersadar. Alvin sepertinya selalu membenciku.Aku memaksakan senyum simpul."Tapi putri Keluarga Gunawan bukanlah seorang wanita yang baik," kataku.Aku memang punya motif pribadi, tetapi aku tahu bahwa hubungan kami juga tak akan pernah berakhir dengan baik.Jadi, istri masa depan Alvin tidak seharusnya adalah seorang sosialita dengan reputasi buruk."Bagaimana denganmu? Apa anak seorang selingkuhan sepertimu pa
Baca selengkapnya

Bab 2

Ibuku tidak bertanya apakah aku bertengkar dengan Alvin, melainkan hanya memandang wajahku dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya dari mana darah itu berasal.Tatapan matanya dipenuhi ketakutan yang sudah familier.Ini adalah sebuah jejak dari kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan ayah kandungku sebelum ibuku menikah lagi.Aku tidak ingin membuatnya khawatir, jadi aku hanya tersenyum sambil menjelaskan bahwa ini hanya karena panas dalam.Baru setelah itu ibuku merasa lega, lalu mendesakku untuk segera beristirahat.Aku kembali ke kamar tidur sambil menahan rasa sakit. Aku berbaring di tempat tidur dengan keringat dingin yang terus mengucur dari dahiku.Aku menelan beberapa tablet pereda sakit, lalu dengan paksa menutup mata, berusaha agar bisa tertidur.Saat tertidur, aku tidak merasakan sakit lagi.Dalam mimpiku, tidak ada Alvin yang galak, juga tidak ada ibuku yang selalu menangis.Di tengah kabut kesadaranku, aku seolah kembali ke masa-masa paling manis bersama Alvin.Waktu
Baca selengkapnya

Bab 3

Bagaimanapun juga, dia sangat berharap aku mati.Jadi aku akan memberinya kejutan terakhir."Siapa yang peduli kamu mau diet atau nggak? Aku malah berharap kamu mati kelaparan!" kata Alvin.Alvin mendengus pelan, melangkah melewatiku untuk menuangkan segelas air hangat, lalu meletakkannya di atas meja."Melihatmu benar-benar merusak suasana. Andai aku tahu, aku nggak akan pulang!"Dia terlihat sangat muak berada di ruangan yang sama denganku. Bahkan air yang baru saja dia tuang pun tak diminumnya.Aku memandangnya saat dia mengambil jasnya, berjalan cepat keluar dari vila.Dia membenciku seperti seorang musuh bebuyutan, menghindariku seperti menghadapi harimau buas.Sudah enam tahun aku menjalani kehidupan seperti ini.Apa yang aku andalkan untuk bisa melewati semua ini?Melihat riak di gelas kaca, aku tak bisa menahan diri untuk menyesapnya sedikit.Rasanya masih hangat seperti biasa.Pada saat itu, penglihatanku menjadi buram.Sebenarnya aku sendiri pun tidak tahu.Aku tidak bisa mem
Baca selengkapnya

Bab 4

Angel tersenyum di tengah tangisnya, lalu menjawab, "Ya, tentu saja."Maaf, aku telah berbohong padamu.Dalam hati aku menyesali kata-kata bohongku.Aku berbohong pada satu-satunya teman yang tahu bahwa waktuku tidak akan lama lagi.Aku hanya punya waktu sebulan lagi paling lama.Saat aku kembali ke kamarku dengan tubuh yang lelah, aku menemukan seseorang yang seharusnya tidak ada di sana.Ruangan itu dipenuhi bau asap rokok yang menyengat.Setelah hampir seharian tidak makan, aku langsung berlari ke kamar mandi, lalu muntah hebat.Aku bahkan tidak mendengar langkah kaki Alvin.Sambil setengah berlutut di lantai, aku menekan tombol penyiraman toilet. Namun, aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang hangat."Apa kamu hamil? Kapan kamu diam-diam berkeliaran di belakangku? Apa kamu ingin membawa anak haram untuk mengambil warisan?"Dia membalikkan tanganku, menekannya ke dinding, lalu membungkuk untuk menatap perutku dengan mata merah."Vina, kalau kamu masih ingin tinggal di rumah ini, minggu
Baca selengkapnya

Bab 5

Ini adalah satu-satunya foto kami.Aku akan membakarnya untuk diriku sendiri setelah mati.Bagaimanapun juga, jika bayi kami yang ada di jalan menuju akhirat ingin melihat seperti apa ayahnya, aku bisa menunjukkan foto ini.Aku akan memberitahunya bahwa dia punya sepasang orang tua yang sangat mencintainya, serta membesarkannya dalam cinta.Ketika aku melihat Alvin lagi, dia sudah kembali ke sosoknya yang anggun dan sopan.Dia dengan cekatan berbicara dengan para tamu, sesekali memberikan camilan untuk Ajeng dengan penuh perhatian.Wanita itu terlihat tidak suka dengan suasana seperti itu. Raut wajahnya tampak tidak sabaran.Alvin membungkuk untuk berbisik di telinganya. Setelah itu, wajah wanita itu yang tadinya penuh kekesalan langsung berubah ceria.Aku pikir Ajeng akan kembali untuk beristirahat, tetapi ternyata dia langsung berjalan ke arahku."Kamu pasti Vina, 'kan? Alvin khawatir aku merasa bosan, jadi dia memintaku untuk menemanimu."Ajeng tersenyum cerah seperti mawar yang tum
Baca selengkapnya

Bab 6

Aku?Aku mengangkat tangan untuk menyentuh hidungku, lalu dengan terampil mengeluarkan tisu dari saku untuk menyeka darah.Namun, kali ini tampaknya lebih parah daripada sebelumnya. Aku tak bisa menghentikan darahnya."Apa kamu sedang panas dalam? Kamu sudah sebesar ini, apa nggak bisa belajar menjaga diri sendiri?"Alvin mengambil tisu dari tanganku dengan raut wajah tak suka, tapi dia tetap dengan sabar menyeka darah dari wajahku.Ketika melihatnya bersikap begitu sabar kepadaku, aku tiba-tiba merasa bingung.Penampilanku sekarang pasti sangat buruk.Mataku yang cekung, wajahku yang pucat, jaket tebal yang menggembung, serta wajah penuh bercak darah.Namun, justru dalam keadaan seperti ini aku merasakan kelembutan yang sudah lama tidak aku terima dari Alvin.Dia selalu bersikap seperti ini, kadang dingin, kadang hangat. Saat aku bersiap untuk melupakannya, dia memberiku sedikit kebaikan, membuatku kembali berharap."Sudahlah, lain kali jangan mempermalukanku lagi!" ujar pria itu.Dia
Baca selengkapnya

Bab 7

Mata Angel memerah saat mendengarkan kata-kata terakhirku. Air matanya terus mengalir deras.Saat aku berbicara, wajahnya tampak sangat marah.Dia seperti seekor singa betina yang melindungi anaknya."Semua orang sudah kamu pikirkan, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kamu pernah memikirkan dirimu sendiri?"Dia menangis terisak, jauh dari sosoknya yang dulu selalu terlihat rapi dan cantik.Aku ingin sekali menghapus air matanya, memberitahunya untuk tidak menangis lagi.Aku hanya mengantuk.Hanya pergi ke dunia lain.Namun, Angel tetap menangis.Dia menangis untukku, juga membawa kesedihanku bersamanya.Hanya saja, aku tidak bisa menghiburnya.Karena aku lelah.Aku menutup mataku.Awalnya, aku berpikir bahwa saat membukanya lagi, aku akan berada di jalanan menuju akhirat.Namun, aku masih terus berkeliaran di dunia ini dalam bentuk roh setelah kematianku.Aku melihat Angel menangis tersedu-sedu di atas tubuhku sambil terus berteriak marah."Vina, dasar kamu perempuan nggak berpe
Baca selengkapnya

Bab 8

"Aku rela melayaninya. Nggak seperti beberapa orang yang terus saja menggenggam masa lalu, nggak mau melepaskannya."Saat mengatakan ini, mata Angel langsung memerah, bahkan semangat bicaranya pun melemah.Alvin mengatupkan bibirnya. Pandangannya jatuh pada barang-barang yang sedang dipeluk oleh Angel.Ketika melihat foto yang ada di paling atas, dia tercengang. Alvin bertanya, "Bukankah Vina sudah membuang foto ini sejak lama?""Apa yang kamu bicarakan? Aku mau pergi!"Angel tidak tahu bahwa aku pernah membuang foto itu di hadapan Alvin.Angel hanya ingin menyelesaikan setiap janji yang pernah dia buat padaku.Alvin dengan cepat menarik foto itu dari tangannya."Benda ini sudah seharusnya dibuang sejak lama. Atas dasar apa kamu membawanya?""Kamu! Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih! Apa kamu nggak tahu ini adalah milik Vina ...."Angel menelan kembali kata-katanya."Miliknya apa?"Alvin mengejarnya dengan pertanyaan."Nggak apa-apa. Kalau kamu mau, ambil saja! Lagi pula dia suda
Baca selengkapnya

Bab 9

"Di mana Vina? Kakaknya mau menikah, tapi dia nggak pulang?"Alvin selalu tahu bagaimana cara menyembunyikan ketidaksukaannya.Di depan ayahnya, Alvin selalu menjadi kakak tiri yang ramah serta penyayang bagiku. Dia juga bisa menjadi anak tiri yang lembut dan sopan pada ibuku."Vina? Dia nggak membalas pesanku. Anak itu memang nakal. Dia pergi keluar negeri tanpa bilang apa-apa, bahkan nggak menelepon sekali pun," jawab ibuku.Wajah ibuku jelas menunjukkan kekhawatiran, tapi kemudian dia tersadar bahwa ini adalah pernikahan Alvin. Dia buru-buru menjelaskan pada Alvin."Tapi Angel bilang kalau sekarang Vina sedang sangat sibuk. Bahkan profesornya memilihnya untuk menangani proyek baru!"Aku tersenyum simpul saat melihat wajah ibuku yang tampak bahagia.Aku tidak tahu berapa lama kebohongan ini akan bertahan, tapi selama bisa ditunda sedikit lagi, itu sudah cukup bagiku."Begitu ya? Aku tadinya berencana menjadikan Vina sebagai pengiring pengantin, tapi dia bahkan nggak membalas pesanku,
Baca selengkapnya

Bab 10

"Jadi, kamu masih nggak percaya?"Angel memiringkan kepalanya, tersenyum getir, lalu berkata, "Kalau kamu benar-benar nggak percaya, anggap saja dia pergi ke luar negeri."Manusia memang penuh kontradiksi.Angel sudah mati-matian berusaha membuat Alvin percaya bahwa aku sudah tiada. Sementara Alvin dengan keras kepala mengira ini hanya sandiwara yang aku rancang bersama Angel.Namun, saat Angel berhenti mencoba membuktikannya, justru pada saat itulah mata Alvin mulai memerah."Angel, kamu sedang berbohong, 'kan?""Ya, anggap saja aku sedang menipumu. Bagaimanapun juga, kamu nggak percaya."Angel tidak ingin menjelaskan lebih jauh lagi. Dia sudah lelah.Dalam beberapa waktu terakhir ini, karena sibuk mengurus segala hal tentang kematianku, wajah Angel yang semula bulat kini tirus kembali.Dia berbalik hendak pergi, tapi Alvin dengan kuat menarik pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" teriak Angel."Nggak! Sampai kamu menjelaskan semuanya tentang Vina, jangan harap kamu bisa pergi!"Keti
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status