Share

Bab 2

Author: Latifa Raihah
last update Last Updated: 2024-10-22 11:15:39
Ibuku tidak bertanya apakah aku bertengkar dengan Alvin, melainkan hanya memandang wajahku dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya dari mana darah itu berasal.

Tatapan matanya dipenuhi ketakutan yang sudah familier.

Ini adalah sebuah jejak dari kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan ayah kandungku sebelum ibuku menikah lagi.

Aku tidak ingin membuatnya khawatir, jadi aku hanya tersenyum sambil menjelaskan bahwa ini hanya karena panas dalam.

Baru setelah itu ibuku merasa lega, lalu mendesakku untuk segera beristirahat.

Aku kembali ke kamar tidur sambil menahan rasa sakit. Aku berbaring di tempat tidur dengan keringat dingin yang terus mengucur dari dahiku.

Aku menelan beberapa tablet pereda sakit, lalu dengan paksa menutup mata, berusaha agar bisa tertidur.

Saat tertidur, aku tidak merasakan sakit lagi.

Dalam mimpiku, tidak ada Alvin yang galak, juga tidak ada ibuku yang selalu menangis.

Di tengah kabut kesadaranku, aku seolah kembali ke masa-masa paling manis bersama Alvin.

Waktu itu, aku masih tinggal di daerah kumuh di bagian selatan kota. Kami berdua sedang menjalani cinta yang paling polos.

Kami berjalan berdua, saling bergandengan tangan, serta berkeliaran tanpa tujuan di sepanjang jalan.

Aku tidak menyebutkan soal masalah kemiskinan keluargaku, sementara dia pun tidak pernah mengatakan kalau dia berasal dari keluarga kaya.

Kami berdua adalah anak-anak dari keluarga yang tidak bahagia, yang saling menghibur serta menghangatkan satu sama lain.

Dia bilang bahwa suatu hari nanti dia akan membangun segalanya dari nol, agar ayahnya bisa memandangnya dengan tatapan kagum.

Aku bilang bahwa aku ingin ibuku bercerai, menjauh dari ayahku yang suka melakukan kekerasan.

Saat aku mengatakan ini, remaja pendiam itu memandangku dengan mata penuh kasih sayang.

Dia mengangkat tangannya untuk menyeka air mata di sudut mataku, lalu dengan kaku memelukku. Dia mengucapkan janjinya sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Vina, selama ada aku di sini, aku nggak akan pernah membiarkan kamu merasa takut lagi."

Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaanku saat itu. Hanya saja, rasanya hatiku begitu sesak.

Pada hari itu, kemeja Alvin basah oleh air mataku.

Aku pikir kami akan baik-baik saja selamanya. Namun, dia tiba-tiba memutuskan hubungan kami.

Aku menolak untuk putus darinya, bertanya alasannya dengan mata memerah.

Dia bilang bahwa dia sudah tidak menyukaiku lagi, sesederhana itu.

Aku tidak bisa menerima alasan yang begitu sederhana ini, jadi aku mulai mengejarnya lagi.

Aku memetik bunga mawar liar dengan tangan sendiri. Meski jariku terluka hingga berdarah, aku tetap melakukannya tanpa berhenti.

Aku mengantri berjam-jam di bawah terik matahari demi membeli minuman dari toko terkenal. Aku menikmatinya meski merasa lelah.

Akhirnya, semua orang tahu bahwa di Universitas Harmoni ada Vina yang tidak tahu malu.

Mereka semua bertaruh kapan kami akan kembali bersama.

Namun ....

Ketika Alvin tahu bahwa calon ibu tirinya adalah ibuku ....

Aku tahu dengan sangat baik.

Kami tak akan pernah bisa bersama lagi.

Tidurku sebenarnya sangat nyenyak, kalau saja aku tidak terbangun karena rasa sakit.

Aku memegang perut kananku yang terasa tidak nyaman dengan sangat erat, begitu kuat hingga hampir membuat kulitku tergores.

Biasanya, cara ini bisa sedikit meredakan rasa sakitnya, tapi kali ini tidak memberikan pengaruh apa pun.

Dengan wajah pucat, aku sangat ingin meminum segelas air hangat.

Namun, aku tidak menyangka bahwa Alvin yang seharusnya sudah lama meninggalkan rumah, sedang duduk di sofa.

Lampu di ruang tamu tidak menyala, hanya ada cahaya lampu jalan dari luar yang membuatku bisa melihatnya dengan samar.

Saat itu, Alvin sedang duduk bersandar di sofa dengan tenang. Jarinya yang panjang memegang sebatang rokok yang masih menyala dengan cahaya merah.

Sepertinya dia mendengar suara langkahku, karena dia langsung melirikku dengan tatapan tidak sabaran.

"Vina, apa kamu ingin berpura-pura jadi hantu malam-malam begini untuk menakutiku sampai mati?"

"Maaf, aku hanya ingin minum air."

Aku mengerucutkan bibirku, lalu memalingkan wajah, tidak ingin pria itu melihat betapa menyedihkannya diriku.

Namun, sepertinya dia memang ingin mempersulitku.

Alvin berdiri, berjalan ke arahku, lalu berkata, "Keluarga Setio bukanlah keluarga yang pelit. Kalau kamu mau berpura-pura menyedihkan untuk mencari simpati, hanya ayahku yang akan tertipu."

Alvin mengerutkan kening, memandang tubuhku yang kurus kering dengan tatapan merendahkan, lalu berujar, "Kalau berat badanmu terus turun begini, nanti kamu dan peti matinya mungkin hanya seberat lima kilogram."

Aku terdiam sejenak, lalu menunjukkan senyum simpul.

Kata-katanya itu benar-benar akan menjadi kenyataan.

Aku memang hampir mati.

"Ya, aku nggak akan diet lagi," ujarku.

Aku terdiam lama, akhirnya memilih untuk tidak memberitahunya tentang penyakitku.

Related chapters

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 3

    Bagaimanapun juga, dia sangat berharap aku mati.Jadi aku akan memberinya kejutan terakhir."Siapa yang peduli kamu mau diet atau nggak? Aku malah berharap kamu mati kelaparan!" kata Alvin.Alvin mendengus pelan, melangkah melewatiku untuk menuangkan segelas air hangat, lalu meletakkannya di atas meja."Melihatmu benar-benar merusak suasana. Andai aku tahu, aku nggak akan pulang!"Dia terlihat sangat muak berada di ruangan yang sama denganku. Bahkan air yang baru saja dia tuang pun tak diminumnya.Aku memandangnya saat dia mengambil jasnya, berjalan cepat keluar dari vila.Dia membenciku seperti seorang musuh bebuyutan, menghindariku seperti menghadapi harimau buas.Sudah enam tahun aku menjalani kehidupan seperti ini.Apa yang aku andalkan untuk bisa melewati semua ini?Melihat riak di gelas kaca, aku tak bisa menahan diri untuk menyesapnya sedikit.Rasanya masih hangat seperti biasa.Pada saat itu, penglihatanku menjadi buram.Sebenarnya aku sendiri pun tidak tahu.Aku tidak bisa mem

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 4

    Angel tersenyum di tengah tangisnya, lalu menjawab, "Ya, tentu saja."Maaf, aku telah berbohong padamu.Dalam hati aku menyesali kata-kata bohongku.Aku berbohong pada satu-satunya teman yang tahu bahwa waktuku tidak akan lama lagi.Aku hanya punya waktu sebulan lagi paling lama.Saat aku kembali ke kamarku dengan tubuh yang lelah, aku menemukan seseorang yang seharusnya tidak ada di sana.Ruangan itu dipenuhi bau asap rokok yang menyengat.Setelah hampir seharian tidak makan, aku langsung berlari ke kamar mandi, lalu muntah hebat.Aku bahkan tidak mendengar langkah kaki Alvin.Sambil setengah berlutut di lantai, aku menekan tombol penyiraman toilet. Namun, aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang hangat."Apa kamu hamil? Kapan kamu diam-diam berkeliaran di belakangku? Apa kamu ingin membawa anak haram untuk mengambil warisan?"Dia membalikkan tanganku, menekannya ke dinding, lalu membungkuk untuk menatap perutku dengan mata merah."Vina, kalau kamu masih ingin tinggal di rumah ini, minggu

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 5

    Ini adalah satu-satunya foto kami.Aku akan membakarnya untuk diriku sendiri setelah mati.Bagaimanapun juga, jika bayi kami yang ada di jalan menuju akhirat ingin melihat seperti apa ayahnya, aku bisa menunjukkan foto ini.Aku akan memberitahunya bahwa dia punya sepasang orang tua yang sangat mencintainya, serta membesarkannya dalam cinta.Ketika aku melihat Alvin lagi, dia sudah kembali ke sosoknya yang anggun dan sopan.Dia dengan cekatan berbicara dengan para tamu, sesekali memberikan camilan untuk Ajeng dengan penuh perhatian.Wanita itu terlihat tidak suka dengan suasana seperti itu. Raut wajahnya tampak tidak sabaran.Alvin membungkuk untuk berbisik di telinganya. Setelah itu, wajah wanita itu yang tadinya penuh kekesalan langsung berubah ceria.Aku pikir Ajeng akan kembali untuk beristirahat, tetapi ternyata dia langsung berjalan ke arahku."Kamu pasti Vina, 'kan? Alvin khawatir aku merasa bosan, jadi dia memintaku untuk menemanimu."Ajeng tersenyum cerah seperti mawar yang tum

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 6

    Aku?Aku mengangkat tangan untuk menyentuh hidungku, lalu dengan terampil mengeluarkan tisu dari saku untuk menyeka darah.Namun, kali ini tampaknya lebih parah daripada sebelumnya. Aku tak bisa menghentikan darahnya."Apa kamu sedang panas dalam? Kamu sudah sebesar ini, apa nggak bisa belajar menjaga diri sendiri?"Alvin mengambil tisu dari tanganku dengan raut wajah tak suka, tapi dia tetap dengan sabar menyeka darah dari wajahku.Ketika melihatnya bersikap begitu sabar kepadaku, aku tiba-tiba merasa bingung.Penampilanku sekarang pasti sangat buruk.Mataku yang cekung, wajahku yang pucat, jaket tebal yang menggembung, serta wajah penuh bercak darah.Namun, justru dalam keadaan seperti ini aku merasakan kelembutan yang sudah lama tidak aku terima dari Alvin.Dia selalu bersikap seperti ini, kadang dingin, kadang hangat. Saat aku bersiap untuk melupakannya, dia memberiku sedikit kebaikan, membuatku kembali berharap."Sudahlah, lain kali jangan mempermalukanku lagi!" ujar pria itu.Dia

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 7

    Mata Angel memerah saat mendengarkan kata-kata terakhirku. Air matanya terus mengalir deras.Saat aku berbicara, wajahnya tampak sangat marah.Dia seperti seekor singa betina yang melindungi anaknya."Semua orang sudah kamu pikirkan, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kamu pernah memikirkan dirimu sendiri?"Dia menangis terisak, jauh dari sosoknya yang dulu selalu terlihat rapi dan cantik.Aku ingin sekali menghapus air matanya, memberitahunya untuk tidak menangis lagi.Aku hanya mengantuk.Hanya pergi ke dunia lain.Namun, Angel tetap menangis.Dia menangis untukku, juga membawa kesedihanku bersamanya.Hanya saja, aku tidak bisa menghiburnya.Karena aku lelah.Aku menutup mataku.Awalnya, aku berpikir bahwa saat membukanya lagi, aku akan berada di jalanan menuju akhirat.Namun, aku masih terus berkeliaran di dunia ini dalam bentuk roh setelah kematianku.Aku melihat Angel menangis tersedu-sedu di atas tubuhku sambil terus berteriak marah."Vina, dasar kamu perempuan nggak berpe

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 8

    "Aku rela melayaninya. Nggak seperti beberapa orang yang terus saja menggenggam masa lalu, nggak mau melepaskannya."Saat mengatakan ini, mata Angel langsung memerah, bahkan semangat bicaranya pun melemah.Alvin mengatupkan bibirnya. Pandangannya jatuh pada barang-barang yang sedang dipeluk oleh Angel.Ketika melihat foto yang ada di paling atas, dia tercengang. Alvin bertanya, "Bukankah Vina sudah membuang foto ini sejak lama?""Apa yang kamu bicarakan? Aku mau pergi!"Angel tidak tahu bahwa aku pernah membuang foto itu di hadapan Alvin.Angel hanya ingin menyelesaikan setiap janji yang pernah dia buat padaku.Alvin dengan cepat menarik foto itu dari tangannya."Benda ini sudah seharusnya dibuang sejak lama. Atas dasar apa kamu membawanya?""Kamu! Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih! Apa kamu nggak tahu ini adalah milik Vina ...."Angel menelan kembali kata-katanya."Miliknya apa?"Alvin mengejarnya dengan pertanyaan."Nggak apa-apa. Kalau kamu mau, ambil saja! Lagi pula dia suda

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 9

    "Di mana Vina? Kakaknya mau menikah, tapi dia nggak pulang?"Alvin selalu tahu bagaimana cara menyembunyikan ketidaksukaannya.Di depan ayahnya, Alvin selalu menjadi kakak tiri yang ramah serta penyayang bagiku. Dia juga bisa menjadi anak tiri yang lembut dan sopan pada ibuku."Vina? Dia nggak membalas pesanku. Anak itu memang nakal. Dia pergi keluar negeri tanpa bilang apa-apa, bahkan nggak menelepon sekali pun," jawab ibuku.Wajah ibuku jelas menunjukkan kekhawatiran, tapi kemudian dia tersadar bahwa ini adalah pernikahan Alvin. Dia buru-buru menjelaskan pada Alvin."Tapi Angel bilang kalau sekarang Vina sedang sangat sibuk. Bahkan profesornya memilihnya untuk menangani proyek baru!"Aku tersenyum simpul saat melihat wajah ibuku yang tampak bahagia.Aku tidak tahu berapa lama kebohongan ini akan bertahan, tapi selama bisa ditunda sedikit lagi, itu sudah cukup bagiku."Begitu ya? Aku tadinya berencana menjadikan Vina sebagai pengiring pengantin, tapi dia bahkan nggak membalas pesanku,

    Last Updated : 2024-10-22
  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 10

    "Jadi, kamu masih nggak percaya?"Angel memiringkan kepalanya, tersenyum getir, lalu berkata, "Kalau kamu benar-benar nggak percaya, anggap saja dia pergi ke luar negeri."Manusia memang penuh kontradiksi.Angel sudah mati-matian berusaha membuat Alvin percaya bahwa aku sudah tiada. Sementara Alvin dengan keras kepala mengira ini hanya sandiwara yang aku rancang bersama Angel.Namun, saat Angel berhenti mencoba membuktikannya, justru pada saat itulah mata Alvin mulai memerah."Angel, kamu sedang berbohong, 'kan?""Ya, anggap saja aku sedang menipumu. Bagaimanapun juga, kamu nggak percaya."Angel tidak ingin menjelaskan lebih jauh lagi. Dia sudah lelah.Dalam beberapa waktu terakhir ini, karena sibuk mengurus segala hal tentang kematianku, wajah Angel yang semula bulat kini tirus kembali.Dia berbalik hendak pergi, tapi Alvin dengan kuat menarik pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" teriak Angel."Nggak! Sampai kamu menjelaskan semuanya tentang Vina, jangan harap kamu bisa pergi!"Keti

    Last Updated : 2024-10-22

Latest chapter

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 14

    Ketika aku menyadari hal ini, aku baru mengerti.Selama ini, yang aku benci bukanlah Vina, juga bukan ibunya.Aku membenci ayahku yang telah berpaling.Namun, di bawah tekanan yang begitu besar, aku tidak pernah berani mengakui bahwa semua ini adalah kesalahan ayahku yang tidak setia.Aku ingin menebus kesalahan itu.Namun, ketika melihat mata Vina yang kosong dan penuh duka, aku tidak tahu harus berkata apa.Aku mulai bekerja keras mempelajari cara mengelola perusahaan, berniat mengambil alih Grup Bintang dari tangan ayahku.Namun, ayahku berkata bahwa aku baru bisa benar-benar membangun karier setelah aku berumah tangga.Untungnya, aku menemukan calon yang tepat.Seorang wanita dari keluarga kaya yang sudah mencintai orang lain, tapi ingin mencari seseorang untuk dijadikan kambing hitam.Namun, Vina tidak hadir di hari pernikahanku.Ketika Angel berkata bahwa Vina sudah meninggal, aku hanya menganggapnya lelucon belaka.Bagaimana mungkin Vina bisa mati?Namun, sebulan berlalu.Dua bu

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 13

    Aku sudah lama mati.Jika sebelum aku mati dia memberitahuku, mungkin aku masih bisa berpura-pura bermain peran dalam cerita cinta yang berakhir indah, seolah hidupku tak memiliki penyesalan.Namun, aku sudah mati.Aku tidak membutuhkan lagi sikap penuh kasih seperti yang ditunjukkan Alvin.Aku tidak bisa menghitung berapa lama Alvin berdiri di depan makamku, terus mengoceh tanpa henti.Yang aku ingat hanyalah langit makin gelap, tapi dia masih enggan pergi.Namun, sepertinya aku akan segera menghilang.Aku menyadari tubuhku yang perlahan menjadi transparan, melihat jalan menuju alam baka yang dipenuhi dengan bunga merah yang mekar dengan indahnya.Di ujung jalan itu, ada seorang anak kecil dengan rambut dikuncir dua.Dia sepertinya memanggilku Ibu.Tubuhku mulai melayang tak terkendali menuju tempat yang terang itu, sementara di belakangku samar-samar terdengar teriakan histeris dari Alvin.Aku tidak berniat untuk menoleh.Aku tidak pernah berutang apa pun pada Alvin.Namun, cinta ser

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 12

    Setelah berkata demikian, Angel tidak lagi peduli pada Alvin yang tampak kehilangan arah. Dia segera berlari ke kamar untuk menenangkan bayinya yang terbangun karena kaget.Namun, yang tidak aku dan Angel sangka adalah Alvin ternyata mengikutinya masuk ke dalam.Dia melihat anak di pelukan Angel, lalu berusaha tersenyum."Anak ini tampan sekali. Apa dia sudah diberi nama?""Kamu jangan bicara omong kosong di sini! Aku nggak akan memberitahumu apa pun tentang Vina!"Angel memperhatikannya dengan tatapan waspada."Selama beberapa bulan ini, kamu nggak pernah mengunjungi Vina. Apa kamu nggak takut dia membencimu?"Suara Alvin yang serak seakan mengandung kegilaan yang tidak wajar. Dia melanjutkan, "Katakan padaku, di mana kamu menguburkan Vina?"Sikap penuh ketenangan yang biasa terpancar darinya, kini sudah berubah menjadi kegelapan yang menakutkan.Anak di pelukan Angel sepertinya bisa merasakan sesuatu. Dia mulai menangis kencang.Suara tangisan bayi yang nyaring dan tajam itu seakan m

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 11

    Alvin merasa terkejut. Selama bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya ayahnya secara langsung membicarakan tentang masalah dia yang menikah lagi.Ayahnya memberi tahu Alvin bahwa pernikahannya dengan Ibu Alvin hanyalah pernikahan bisnis, tanpa adanya rasa cinta.Saat ibunya bepergian ke luar negeri, dia menemukan cinta sejatinya. Oleh karena itu, ibunya mengajukan perceraian, yang disetujui oleh ayahnya.Namun, demi Alvin yang saat itu masih berusia sepuluh tahun, mereka berpura-pura tetap bersama.Kemudian, ayahnya bertemu dengan ibuku.Pernikahan yang hanya sebatas nama itu pun berakhir.Setelah mendengar penjelasan ayahnya, mata Alvin memerah. Dia menggertakkan giginya, berusaha mencari tanda kebohongan di wajah ayahnya.Sayangnya, dia tidak menemukannya.Untuk pertama kalinya, percakapan mendalam dengan ayah kandungnya justru memberikan pukulan keras padanya."Jadi, ketika Bibi Dita bertemu denganmu, kamu dan ibuku sudah bercerai?"Ayah Alvin mengangguk dengan canggung, lalu men

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 10

    "Jadi, kamu masih nggak percaya?"Angel memiringkan kepalanya, tersenyum getir, lalu berkata, "Kalau kamu benar-benar nggak percaya, anggap saja dia pergi ke luar negeri."Manusia memang penuh kontradiksi.Angel sudah mati-matian berusaha membuat Alvin percaya bahwa aku sudah tiada. Sementara Alvin dengan keras kepala mengira ini hanya sandiwara yang aku rancang bersama Angel.Namun, saat Angel berhenti mencoba membuktikannya, justru pada saat itulah mata Alvin mulai memerah."Angel, kamu sedang berbohong, 'kan?""Ya, anggap saja aku sedang menipumu. Bagaimanapun juga, kamu nggak percaya."Angel tidak ingin menjelaskan lebih jauh lagi. Dia sudah lelah.Dalam beberapa waktu terakhir ini, karena sibuk mengurus segala hal tentang kematianku, wajah Angel yang semula bulat kini tirus kembali.Dia berbalik hendak pergi, tapi Alvin dengan kuat menarik pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" teriak Angel."Nggak! Sampai kamu menjelaskan semuanya tentang Vina, jangan harap kamu bisa pergi!"Keti

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 9

    "Di mana Vina? Kakaknya mau menikah, tapi dia nggak pulang?"Alvin selalu tahu bagaimana cara menyembunyikan ketidaksukaannya.Di depan ayahnya, Alvin selalu menjadi kakak tiri yang ramah serta penyayang bagiku. Dia juga bisa menjadi anak tiri yang lembut dan sopan pada ibuku."Vina? Dia nggak membalas pesanku. Anak itu memang nakal. Dia pergi keluar negeri tanpa bilang apa-apa, bahkan nggak menelepon sekali pun," jawab ibuku.Wajah ibuku jelas menunjukkan kekhawatiran, tapi kemudian dia tersadar bahwa ini adalah pernikahan Alvin. Dia buru-buru menjelaskan pada Alvin."Tapi Angel bilang kalau sekarang Vina sedang sangat sibuk. Bahkan profesornya memilihnya untuk menangani proyek baru!"Aku tersenyum simpul saat melihat wajah ibuku yang tampak bahagia.Aku tidak tahu berapa lama kebohongan ini akan bertahan, tapi selama bisa ditunda sedikit lagi, itu sudah cukup bagiku."Begitu ya? Aku tadinya berencana menjadikan Vina sebagai pengiring pengantin, tapi dia bahkan nggak membalas pesanku,

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 8

    "Aku rela melayaninya. Nggak seperti beberapa orang yang terus saja menggenggam masa lalu, nggak mau melepaskannya."Saat mengatakan ini, mata Angel langsung memerah, bahkan semangat bicaranya pun melemah.Alvin mengatupkan bibirnya. Pandangannya jatuh pada barang-barang yang sedang dipeluk oleh Angel.Ketika melihat foto yang ada di paling atas, dia tercengang. Alvin bertanya, "Bukankah Vina sudah membuang foto ini sejak lama?""Apa yang kamu bicarakan? Aku mau pergi!"Angel tidak tahu bahwa aku pernah membuang foto itu di hadapan Alvin.Angel hanya ingin menyelesaikan setiap janji yang pernah dia buat padaku.Alvin dengan cepat menarik foto itu dari tangannya."Benda ini sudah seharusnya dibuang sejak lama. Atas dasar apa kamu membawanya?""Kamu! Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih! Apa kamu nggak tahu ini adalah milik Vina ...."Angel menelan kembali kata-katanya."Miliknya apa?"Alvin mengejarnya dengan pertanyaan."Nggak apa-apa. Kalau kamu mau, ambil saja! Lagi pula dia suda

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 7

    Mata Angel memerah saat mendengarkan kata-kata terakhirku. Air matanya terus mengalir deras.Saat aku berbicara, wajahnya tampak sangat marah.Dia seperti seekor singa betina yang melindungi anaknya."Semua orang sudah kamu pikirkan, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kamu pernah memikirkan dirimu sendiri?"Dia menangis terisak, jauh dari sosoknya yang dulu selalu terlihat rapi dan cantik.Aku ingin sekali menghapus air matanya, memberitahunya untuk tidak menangis lagi.Aku hanya mengantuk.Hanya pergi ke dunia lain.Namun, Angel tetap menangis.Dia menangis untukku, juga membawa kesedihanku bersamanya.Hanya saja, aku tidak bisa menghiburnya.Karena aku lelah.Aku menutup mataku.Awalnya, aku berpikir bahwa saat membukanya lagi, aku akan berada di jalanan menuju akhirat.Namun, aku masih terus berkeliaran di dunia ini dalam bentuk roh setelah kematianku.Aku melihat Angel menangis tersedu-sedu di atas tubuhku sambil terus berteriak marah."Vina, dasar kamu perempuan nggak berpe

  • Takdir yang Sulit Ditempuh   Bab 6

    Aku?Aku mengangkat tangan untuk menyentuh hidungku, lalu dengan terampil mengeluarkan tisu dari saku untuk menyeka darah.Namun, kali ini tampaknya lebih parah daripada sebelumnya. Aku tak bisa menghentikan darahnya."Apa kamu sedang panas dalam? Kamu sudah sebesar ini, apa nggak bisa belajar menjaga diri sendiri?"Alvin mengambil tisu dari tanganku dengan raut wajah tak suka, tapi dia tetap dengan sabar menyeka darah dari wajahku.Ketika melihatnya bersikap begitu sabar kepadaku, aku tiba-tiba merasa bingung.Penampilanku sekarang pasti sangat buruk.Mataku yang cekung, wajahku yang pucat, jaket tebal yang menggembung, serta wajah penuh bercak darah.Namun, justru dalam keadaan seperti ini aku merasakan kelembutan yang sudah lama tidak aku terima dari Alvin.Dia selalu bersikap seperti ini, kadang dingin, kadang hangat. Saat aku bersiap untuk melupakannya, dia memberiku sedikit kebaikan, membuatku kembali berharap."Sudahlah, lain kali jangan mempermalukanku lagi!" ujar pria itu.Dia

DMCA.com Protection Status