TERGODA IPAR

TERGODA IPAR

last updateLast Updated : 2024-05-30
By:  RafasyaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.9
25 ratings. 25 reviews
74Chapters
44.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Akibat tinggal bersama, Winda merasakan hal aneh terhadap adik iparnya. apalagi sebuah tragedi yang membuat Winda semakin canggung saat bertemu. lambat laun debar-debar tak Biasa dirasakan oleh Winda pada Firman-adik suami nya. akankah Winda tergoda pada pesona sang adik ipar, atau tetap mempertahankan pernikahannya dan menghempaskan rasa yang semakin hari semakin mendalam? ikuti kisah selengkapnya. Tergoda ipar!

View More

Chapter 1

Tragedi

BRAK!

"Ah ma—maaf mbak, aku tidak sengaja. Aku pikir tidak ada orang di dalam."

Firman pria berusia 27 tahun itu segera menutup pintunya kembali.

Aku terpaku di tempat, saat adik iparku masuk ke dalam kamar mandi, dimana aku sedang tel*njang bul4t di dalamnya.

Firman adiknya Mas Hendra suamiku. Usianya memang lebih tua di atasku. Sebab aku menikah dengan pria dewasa yang 7 tahun lebih tua dariku. Firman dan Mas Hendra hanya berjarak satu tahun saja. Namun Firman dengan sopan memanggilku dengan sebutan Mbak Winda. Winda—namaku.

Aku menggigit bibir merasa malu, mengapa aku sebodoh ini, seingatku pintunya ku kunci. Ah Firman telah melihat seluruh tubuhku. Apalagi tadi matanya membulat seolah mengagumi tubuhku yang seksi tanpa busana.

Aku bergegas menyelesaikan mandiku, kemudian segera keluar. Berjalan mengendap-endap menuju kamarku.

Ini salahku, aku yang ceroboh sampai lupa mengunci pintu. Semoga saja Firman tidak berpikir aku sengaja ingin menggodanya.

Sudah sebulan Firman tinggal di rumah kami, rumah kecil yang hanya memiliki satu kamar mandi letaknya berada di dekat dapur. Semenjak Firman di mutasi dari pekerjaan lamanya dan pindah di dekat rumahku. Mas Hendra menyarankan adiknya itu untuk tinggal bersama kami.

Awalnya aku menolak, apalagi Mas Hendra sering pulang larut malam. Itu artinya aku akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua bersama adiknya itu di rumah. Aku sedikit merasa risih meskipun Firman tidak pernah macam-macam.

Dan akhirnya semua ini terjadi. Aku merasa canggung dan tak ingin keluar kamar. Namun perutku ini tak bisa di ajak kompromi. Dia terus berbunyi.

Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya aku sudah dua jam berada di dalam kamar.

Krukuk krukuk.

"Ahh... Perutku terasa perih." gumamku sambil menekan perut.

BRUM BRUM! senyum terbit di wajahku saat ku dengar suara mobil mendekat di halaman rumah. Itu adalah suamiku yang pulang dari kantor.

Syukurlah Mas Hendra sudah pulang, itu artinya aku tidak sendiri. Ah maksudku aku tidak harus berduaan dengan adiknya.

Aku bergegas merapihkan pakaianku lalu menyambut kedatangannya.

Mas Hendra tersenyum melihatku, kemudian mengecup sekilas keningku. Ah rasanya sungguh menenangkan. Kami menikah selama 4 tahun dan belum juga di karuniai anak. Kami sudah melakukan berbagai cara, namun tak kunjung membuahkan hasil.

Namun kami tetap bersabar dan berusaha.

"Kamu masak apa Win?" Mas Hendra menatapku saat tiba di kamar. Dia langsung melepaskan kemeja kerjanya.

"Aku masak kesukaanmu, Mas."

"Hem baiklah, tolong hangatkan kembali, aku mau mandi sebentar."

Aku mengangguk.

"Oh iya dimana Firman? Apa dia sudah pulang?" tanya Mas Hendra.

"Fi—firman sudah pulang sejak sore tadi. Dan mu—mungkin saat ini dia sedang berada di kamarnya."

"Apa dia sudah makan?"

"Aku tidak tau, aku belum menawarinya."

"Baiklah, kau siapkan saja semuanya. Lalu panggil dia dan suruh kita makan bersama. Aku akan menyusul setelah mandi." sahut Mas Hendra.

Aku berlalu dari sana, menyiapkan makan malam, setelah itu hendak menemui Firman di kamarnya. Yang bersebelahan dengan kamarku.

Aku berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup, aku sedikit merasa canggung untuk menemuinya. Tapi jika tidak kulakukan Mas Hendra akan marah, dia pasti akan mengira aku tidak perduli dengan adiknya yang menumpang di rumah kami.

Aku masih berdiam di tempat, tanganku mengatung di udara, antara mengetuk atau tidak.

Namun saat sedang dalam kebimbangan. Derit pintu malah terbuka menampakkan Firman yang hendak keluar dari sana. Aku menarik kembali tanganku.

"A—a—aku..... Ak-ku...." Aku merasa gugup luar biasa. Apalagi Firman seperti kebingungan melihatku berdiri di luar kamarnya.

"Ada apa Mbak?"

"M-mas Hendra menyuruhku untuk memanggilmu, untuk makan malam bersama."

"Hem, baiklah." Firman tersenyum. Aku bergegas berbalik lalu berjalan dengan cepat meninggalkannya.

Kami bertiga makan malam bersama di meja makan, aku hanya diam sambil menunduk. enggan bersitatap dengan Firman. Sejak tadi aku hanya mengaduk-aduk makananku saja. Padahal sebelumnya sangat lapar.

Firman bersikap biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal aku sangat takut dia menjadi salah paham dan mengatakan yang tidak-tidak pada Mas Hendra.

Firman dan Mas Hendra makan dengan tenang sambil sesekali membahas soal pekerjaan mereka. Yang tidak aku mengerti.

Sejenak hening. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Sampai akhirnya....

"Aku sudah kenyang." Mas Hendra melap mulutnya dengan tisu. Kemudian bangkit dari duduk nya meninggalkan aku dan Firman di meja makan.

Aku bergegas berdiri, kemudian merapihkan piring. Dengan gerakan yang terburu-buru.

SET!

Aku tersentak saat Firman menghentikanku dengan memegang tanganku.

"Mbak, aku belum selesai."

"Oh, kau be—belum selesai?"

Firman mengangguk. Kemudian menatapku.

"Mbak, aku minta maaf soal tadi sore. Aku tidak bermaksud untuk mengintipmu mandi. Aku benar-benar tidak tau jika kau ada di dalamnya."

"Lupakan saja, dan jangan pernah membahas itu di depan siapapun, apalagi di depan Mas Hendra!" sarkasku menatap Firman dengan lekat. Dan Firman malah tersenyum. Membuatku langsung mengalihkan pandangan.

Melihat Firman menyelesaikan makan malamnya, aku segera merapihkan piring dan membawanya ke dapur.

Aku masuk ke dalam kamar, kulihat Mas Hendra masih berkutat dengan laptopnya. Dia terlihat sangat serius, jika Mas Hendra di rumah dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama laptop dan pekerjaannya. Padahal sebagai seorang istri aku juga ingin di manja dan di perhatikan.

Aku berjalan mendekat ke arah sisi ranjang, di mana Mas Hendra tengah sibuk mengetik sesuatu. Aku naik dan merebahkan diri. Mas Hendra tak menyapaku sama sekali, dia masih saja sibuk.

Aku memiringkan badan kemudian memejamkan mata. Setengah jam kemudian, aku merasakan sebuah tangan kekar melingkar pada pinggang rampingku.

Mas Hendra mencium tengkukku, bisa ku rasakan napasnya memburu. Aku tau, pasti dia meminta haknya sebagai suami.

Aku berbalik badan menghadapnya. Mas Hendra dengan rakus menciumi wajahku. Melumat bibir merah mudaku, aku membalas ciumannya. Sapuan lidah Mas Hendra turun pada leherku.

"Sshhh...." Aku mendesis merasa panas pada seluruh tubuh.

Aku mulai terhanyut dalam bu4snya ciu-man suamiku. Mas Hendra mulai menanggalkan pakaianku dan pakaian yang dia kenakan.

Mas Hendra menciumku kembali, me lu mat bibirku dengan ganas, meremas dan memilin put*ng sus*ku. Aku blingsatan merasakan kenikmat4n yang suamiku berikan. Erangan dan desahanku lolos dari bibirku. Aku tak bisa menahannya. Padahal ada Firman yang mungkin bisa mendengar.

Pertempuran itu pun terjadi, aku di buat men de sah tak karuan saat Mas Hendra memacu bir4hi di atasku. Sesuatu di dalam diriku seperti hendak meledak. Namun....

"Ahhhhhhh!" Lenguhan panjang terdengar dari mulut Mas Hendra, lagi-lagi dia mencapai pelepasan sebelum aku.

Aku sedikit kecewa, padahal aku juga menginginkannya. Mas Hendra egois, hanya memikirkan dirinya saja. Setelah melepaskan nafsunya. Mas Hendra berbaring di sampingku, kemudian memejamkan mata tanpa memperdulikan perasaanku.

"Mas... Aku belum puas." Bisikku.

"Ah sudahlah! Besok malam saja." Lagi, kata itu lagi yang dia ucapkan jika aku bilang tentang yang aku rasakan.

Aku merasa kesal, kemudian turun dari ranjang memunguti pakaianku satu persatu, kemudian memakainya.

Ah... Sebaiknya aku mandi, untuk mengurangi rasa panas dalam diriku karena nafsu yang tak tersalurkan.

Aku masuk ke kamar mandi, ku pastikan berkali-kali jika aku menguncinya. Jangan sampai kejadian tadi sore terulang kembali.

Aku mengguyur tubuh dengan air dingin untuk menenangkan diriku, tak lupa juga menggunakan shampo beraroma strawberry milikku.

Setelah selesai mandi ku lilitkan handuk di kepala, dan juga t u b u h ku. Aku keluar perlahan. Aku terkejut saat berpapasan dengan Firman. Aku menggigit bibir, kemudian menutup dadaku yang terdapat tanda merah.

Ah... Semakin malu saja.

"Fi—Firman, kamu belum tidur?"

Firman tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.

"Hehe, Aku tidak bisa tidur Mbak, apa Mbak Winda punya mie instan? Aku lapar."

"Ada, sebentar ya mbak ambilkan."Aku sangat gugup, kemudian berbalik berjalan ke arah dapur.

Aku yang masih mengenakan handuk sedikit kesulitan menggapai tempatku menyimpan mie instan.

"Kenapa, Mbak? Susah?"

Aku tersentak, ku pikir Firman kembali ke kamarnya, ternyata dia mengikutiku dan kini berdiri di belakangku.

"I—iya, aku tidak sampai." lirihku.

Firman mendekat ke arahku berdiri sangat dekat di belakangku, tu bu h nya menempel padaku, posisi kami begitu intim. handuk di kepalaku terjatuh membuat rambutku yang basah tergerai. Firman berusaha mengambilnya sesuai instruksiku, Aroma maskulin dari tubuh Firman tercium olehku, membuat darahku berdesir. Sesuatu yang sudah mengeras dapat aku rasakan. Benda keras itu menyentuh pahaku. Mungkinkah Firman?

Setelah mendapatkannya Firman semakin mendekat, membuatku berpegangan pada sisi Rak. Firman mencondongkan wajahnya.

"Terimakasih Mbak Winda. Aroma shampo yang mbak pakai sangat harum. Aku suka." bisiknya.

Glek!

Aku kesulitan menelan ludah. Firman mundur menjauh, aku segera berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kamar.

Setelah selesai berpakaian aku segera berbaring di sebelah Mas Hendra yang sudah terlelap. Aku berguling kesana kemari namun tak kunjung tertidur.

Mas Hendra yang telah lama tertidur menggeliat, kemudian menepuk lenganku.

"Win, aku haus. Tolong ambilkan minum."

Aku menghembuskan napas perlahan. Kemudian turun dari ranjang menuju dapur. Menuangkan air ke dalam gelas dan membawanya ke kamar. Namun saat melewati kamar Firman. Aku menautkan alis mendengar suara seseorang yang sedang men de sah. Aku penasaran, ku dekatkan telingaku pada daun pintu kamar Firman, dan benar saja suara aneh itu berasal dari kamarnya.

Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan...

KREK!

Pintu terbuka, aku terkejut bukan main.

"M—mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
96%(24)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
4%(1)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
25 ratings · 25 reviews
Write a review
user avatar
Furbianto
ok... terstruktur ...
2024-11-23 18:10:13
1
default avatar
Made Muliasa
ceritanya bagus
2024-11-19 22:00:49
1
user avatar
Tary Minsuga
aku sangat menyukai cerita ini...
2024-11-18 19:47:13
1
user avatar
Arhani Hani
cerita nya ok. saya suka
2024-11-15 19:22:15
2
user avatar
Firman Syah
ggggggggggggggggggggg
2024-11-13 13:35:57
1
default avatar
Vie
bagus ceritanya
2024-11-11 00:48:07
1
user avatar
Viera Nuzula
cerita nya bagus
2024-11-06 23:37:22
1
user avatar
Floss Tree Angel
bagusss cerita nyaa
2024-11-06 06:51:44
1
user avatar
Enjel Dania
bagus ceritanya
2024-11-03 14:22:11
1
user avatar
Ana OryZa SatiVa
bagus ceritanya
2024-11-02 13:11:37
1
default avatar
Ana OryZa SatiVa
bagus sekali alurnya
2024-11-02 12:45:44
2
user avatar
sofia Jannah
jatuhhh cinta sama firma boleh gak sih??
2024-11-02 09:15:29
1
user avatar
Athaya Keenan
ceritanya menarik
2024-10-31 19:58:24
0
user avatar
Ratna Yulianti
suka sekali, ada sensasi jedag jedug nya
2024-09-26 08:53:47
0
user avatar
Ratna Yulianti
akhirnya ketemu firman yg aku cari...
2024-09-26 08:49:08
0
  • 1
  • 2
74 Chapters
Tragedi
BRAK!"Ah ma—maaf mbak, aku tidak sengaja. Aku pikir tidak ada orang di dalam."Firman pria berusia 27 tahun itu segera menutup pintunya kembali.Aku terpaku di tempat, saat adik iparku masuk ke dalam kamar mandi, dimana aku sedang tel*njang bul4t di dalamnya.Firman adiknya Mas Hendra suamiku. Usianya memang lebih tua di atasku. Sebab aku menikah dengan pria dewasa yang 7 tahun lebih tua dariku. Firman dan Mas Hendra hanya berjarak satu tahun saja. Namun Firman dengan sopan memanggilku dengan sebutan Mbak Winda. Winda—namaku.Aku menggigit bibir merasa malu, mengapa aku sebodoh ini, seingatku pintunya ku kunci. Ah Firman telah melihat seluruh tubuhku. Apalagi tadi matanya membulat seolah mengagumi tubuhku yang seksi tanpa busana.Aku bergegas menyelesaikan mandiku, kemudian segera keluar. Berjalan mengendap-endap menuju kamarku.Ini salahku, aku yang ceroboh sampai lupa mengunci pintu. Semoga saja Firman tidak berpikir aku sengaja ingin menggodanya.Sudah sebulan Firman tinggal di ru
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more
Hasil diagnosa
Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan ... KREK! Pintu terbuka, aku terkejut bukan main. "M--Mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik. "Em, a--aku ... aku ...." Aku tak kalah panik dari Firman. "Mbak ngapain? Ko gugup gitu, jangan bilang mbak mau ngintip aku?" tanyanya sambil menaik-turunkan alis seakan menyudutkanku. Aneh, harusnya dia malu karena terpergok olehku. "Tidak, tadi ... aku hanya mengambil air minum untuk Mas Hendra, dan tak sengaja malah mendengar... mendengar—" "Oh itu ... Mbak jangan salah paham. Tadi temanku iseng mengirimkan sepenggal video film blue, aku juga kaget, makanya langsung aku matikan dan tak sengaja malah bertemu Mbak Winda," "Oh begitu." wajahku berubah sendu, ternyata pikiranku salah. "Kenapa? Kok, wajah Mbak Winda murung begitu, kecewa ya, karena ternyata bukan aku? Apa Mbak Winda ingin aku melakukannya
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more
Masakan asin
Aku menutup kamarku, kemudian berjalan ke arah ranjang, aku duduk dan segera mengambil surat dari rumah sakit dalam tasku. Kemudian mulai membukanya perlahan. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Perlahan aku membaca dengan seksama setiap kata. Dan... Hasilnya sangat mengejutkanku. Aku membekap mulut tak percaya. Di keterangan tertulis bahwa Mas Hendra tidak bisa mempunyai keturunan, itu artinya dia.... Mandul.Aku menggeleng kuat. "Tidak, tidak. Mas Hendra tidak boleh tahu tentang ini. Jika dia tahu, dia pasti akan sedih."Aku segera menyembunyikan kertas itu di dalam lemari, menyimpannya rapat-rapat.Banyak orang-orang diluar sana yang diagnosa mandul, tapi tetap bisa punya anak.Aku segera pergi ke dapur, memasak untuk makan malam Mas Hendra dan juga Firman.Saat sedang masak pikiranku melambung pada kertas diagnosa Mas Hendra yang tidak bisa memiliki keturunan. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikannya. Yang jelas aku tidak ingin Mas Hendra merasa sedih.Sebenarnya aku juga
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more
Bertemu kakak ipar
Aku mengangguk kembali. Kemudian mulai mengelus perut bagian bawahnya."Kebawahan lagi Mbak.""Minyaknya tambahin dikit lagi."Lagi-lagi aku menurut, mengikuti setiap yang di katakan Firman. Namun tak lama kemudian gerakan tanganku terhenti, saat tak sengaja menyentuh benda kenyal.Aku melirik ke arah Firman yang ternyata sedang menatapku dengan tatapan sayu."Fi—Firman, K-kau?" Aku menjadi gugup."Maaf, Mbak. Aku tidak bisa menahannya." lirihnya.Aku langsung menarik tanganku dari sana.BRAK!Pintu rumah terbuka menampakkan Mas Hendra di sana. Firman segera terduduk. Dan aku juga segera berdiri. Aku sangat gugup, takut Mas Hendra salah paham."Kalian sedang apa?" tanyanya menatapku dan Firman bergantian."Perut ku sangat sakit Kak, sepertinya aku diare. Jadi aku minta minyak angin dan obat pada Mbak Winda."Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin di depan Mas Hendra."Oh, kalau begitu minum obatmu."Mas Hendra masuk ke dalam, kemudian menarik tanganku agar mengikutinya masuk kedalam ka
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more
Satu sama
"Mbak, Mbak Winda!" Firman menjentikkan jari di depan mataku. Aku langsung tersentak, tersadar dari lamunan."Em, a—apa?" ucapku gugup."Aku tanya, Kak Hendra sering berbuat kasar seperti ini? Eh mbak malah melamun." tanya nya. Menatap wajahku.Jadi yang barusan kami lakukan itu hanya hayalanku? Ah, aku langsung menyentuh bibirku. Benar, kering."Mbak kenapa? Bi bir nya masih sakit?""Bukankah kita tadi—" ucapannku terjeda, aku tak jadi melanjutkannya."Tadi apa Mbak, wah jangan-jangan Mbak mikir yang enggak-enggak ya." Firman mengejekku.Aku langsung menggeleng. "Tidak, Mbak gak mikir yang aneh-aneh kok.""Terus itu kenapa, kok megangin bibir aja, apa Mbak Winda mau Firman ci um, biar cepat sembuh?!" Seketika mataku langsung membulat mendengar penawarannya. Aku langsung mencubit pinggang Firman. "Kamu ya!""Aw, sakit Mbak. Ampun Mbak!" Firman mengg3linjang sambil terkekeh. Aku ikut tertawa bersamanya.Kemudian napas kami terengah, tawa kami pun terhenti."Nah, kalo ketawa gini kan M
last updateLast Updated : 2023-12-25
Read more
Dedemit
Aku masih diam mematung di kamar mandi, menatap punggung polos Firman yang berjalan menjauh.Aku meringis saat kembali merasakan ingin buang air kecil. Aku segera menutup pintu kemudian buang air kecil dengan lega.Setelah selesai buang air kecil aku kembali ke kamar, aku terkejut saat melihat Mas Hendra terbangun. "Mas, kenapa kau bangun?" sapaku.Mas Hendra tersenyum, "Aku ketiduran, melihatmu yang tidur nyenyak membuatku ikut mengantuk."Aku berjalan mendekat ke arahnya. "Apa kau butuh sesuatu? Biar aku ambilkan.""Emm ya, aku baru ingat. Aku masih punya pekerjaan yang belum ku selesaikan." ujar Mas Hendra."Bisa kah kau pinjam laptop Firman di kamarnya. Laptopku tidak ada signal." sambungnya.Aku terdiam. Apa? Kamar Firman? Jadi aku harus kembali ke sana. Ah menyebalkan. Belum rasa malu karena kejadian tadi menghilang. Dan sekarang aku harus ke kamar Firman."Win, kok melamun? Kau mau meminjamkan tidak. Kalo tidak ya tidak apa-apa. Biar Mas saja yang kesana." ujar Mas Hendra."Jan
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more
Tukang servis
Aku masuk kembali ke dalam rumah melanjutkan aktifitas memasakku. Aku harap tidak ada gangguan lagi seperti tadi.Setelah selesai memasak menu kesukaan Mas Hendra dan juga Firman, aku langsung mengambil sendok kemudian mencicipinya. "Mmh, rasanya sangat pas." Aku sangat tidak sabar menyajikannya pada suami dan adik iparku.Sore hari,Terdengar suara gemericik air, yang artinya di luar sedang hujan deras. Aku menonton televisi dengan serius, melihat berita maling masuk saat penghuni rumah sedang tertidur. Mendadak aku takut. Karena di rumah hanya sendiri, Mas Hendra biasa pulang malam. aku yang fokus menonton televisi terkejut saat mendengar langkah kaki mendekat. Segala pikiran buruk memenuhi isi kepalaku. Aku langsung mengambil sapu, kemudian menjadi waspada, takut jika itu adalah maling atau penjahat yang ini mencuri di rumahku.Aku bangkit dari sofa, berjalan menuju ruang tengah di sana ada seorang pria yang sedang membelakangiku. Dia menggunakan Hoodie berwarna hitam. Aku merasa a
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more
Ungkapan perasaan
TUT! panggilan itu di tutup sepihak, tanpa ku tahu siapa yang menelpon suamiku barusan dengan nama kontak 'tukang servis'.Aku segera mengotak-atik ponsel milik Mas Hendra untuk mencari informasi, kemudian membuka aplikasi chat. Berharap ada petunjuk di sana. Namun sayang, aku tidak beruntung. Aplikasi chat itu menggunakan sandi yang tidak aku ketahui.Siapa suara perempuan dengan nama kontak tukang servis tadi? Servis apa? Selama ini tidak ada hal yang aneh-aneh yang menunjukkan Mas Hendra selingkuh.Mas Hendra masuk ke dalam kamar dia melihatku cemas sambil tangan masih mengotak-atik ponselnya."Win. Kau sudah menghangatkan makan malam?" ujarnya. Aku tersentak kaget, sebab sejak tadi terlalu fokus pada ponselnya."Em, be-belum. Oh iya Mas. Tadi—ada yang menelpon dan suaranya perempuan. Dengan nama kontak 'tukang servis' siapa itu Mas?" tanyaku hati-hati.Mas Hendra terlihat kaget, kemudian langsung menghampiriku. Dia merebut ponsel itu dari tanganku.Aku terkejut, gerakan yang sarka
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
Meminta maaf
Aku terbangun di pagi hari. Mataku mengerjap melihat sekitar. Aneh, bukankah semalam aku tidur di sofa ruang televisi. Lalu kenapa aku bisa berada di kamar.Dan, dimana selimut Firman? Bukankah semalam Firman menyelimutiku dengan selimutnya.Aku melihat ke arah suamiku yang sudah berpakaian rapih."Mas, kenapa aku bisa disini? Bukankah—" belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Mas Hendra sudah menjawabnya. "Aku yang memindahkanmu.""Kau?" tanyaku."Iya, tumben sekali kau menonton televisi sampai ketiduran. Tidak seperti biasanya." ucap Mas Hendra sambil memakai dasi di lehernya. Dia menatap wajahku dari pantulan cermin."Aku—aku semalam tidak bisa tidur, jadi mencoba untuk menonton televisi dan malah ketiduran." sahutku. Ku paksakan untuk tersenyum. Agar Mas Hendra tidak curiga bahwa aku tidak bisa tidur karena memikirkan Firman.Aku bergeming, benarkah semalam hanya mimpi? Tapi kecupan itu terasa nyata.Aku mendadak kecewa, jika itu semua benar hanya mimpi. Itu artinya Firman masih ma
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more
Senjata makan tuan
"Apa Mbak Winda memiliki perasaan yang sama? Di.... Sini." terangnya menunjuk ke arah dadaku.Deg deg deg!Degup jantungku berdetak kencang."Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja aku... Aku—" belum sempat aku menjawab pertanyaannya. Firman telah membungkamku dengan b1birnya.Drrttt Drrttt Drrtt.Dering ponsel Firman berbunyi, dia segera berhenti. Kemudian mengambil ponselnya yang berada di saku celana."Halo?""Baiklah. Ya, aku sudah menemukannya. Aku akan segera kesana. Hem."Napasku masih terengah-engah. Aku merapihkan bajuku yang sedikit berantakan lalu menyaka sudut bib1rku yang terdapat air l1ur kami.Firman melirik ke arahku. Kulihat dad4nya juga masih naik turun. "Mbak, maaf aku harus segera pergi. Em—terimakasih untuk vitaminnya."Hah! Vitamin? Vitamin apa? Mataku langsung mengerjap. Belum sempat bertanya Firman sudah pergi keluar.***Setelah Firman pergi aku segera pergi ke dapur. Belum sempat mengolah bahan apa saja yang ku beli di Bang Jamal. Pintu rumahku ada yang mengetu
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status