Share

TERGODA IPAR
TERGODA IPAR
Author: Rafasya

Tragedi

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2023-12-22 22:04:37

BRAK!

"Ah ma—maaf mbak, aku tidak sengaja. Aku pikir tidak ada orang di dalam."

Firman pria berusia 27 tahun itu segera menutup pintunya kembali.

Aku terpaku di tempat, saat adik iparku masuk ke dalam kamar mandi, dimana aku sedang tel*njang bul4t di dalamnya.

Firman adiknya Mas Hendra suamiku. Usianya memang lebih tua di atasku. Sebab aku menikah dengan pria dewasa yang 7 tahun lebih tua dariku. Firman dan Mas Hendra hanya berjarak satu tahun saja. Namun Firman dengan sopan memanggilku dengan sebutan Mbak Winda. Winda—namaku.

Aku menggigit bibir merasa malu, mengapa aku sebodoh ini, seingatku pintunya ku kunci. Ah Firman telah melihat seluruh tubuhku. Apalagi tadi matanya membulat seolah mengagumi tubuhku yang seksi tanpa busana.

Aku bergegas menyelesaikan mandiku, kemudian segera keluar. Berjalan mengendap-endap menuju kamarku.

Ini salahku, aku yang ceroboh sampai lupa mengunci pintu. Semoga saja Firman tidak berpikir aku sengaja ingin menggodanya.

Sudah sebulan Firman tinggal di rumah kami, rumah kecil yang hanya memiliki satu kamar mandi letaknya berada di dekat dapur. Semenjak Firman di mutasi dari pekerjaan lamanya dan pindah di dekat rumahku. Mas Hendra menyarankan adiknya itu untuk tinggal bersama kami.

Awalnya aku menolak, apalagi Mas Hendra sering pulang larut malam. Itu artinya aku akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua bersama adiknya itu di rumah. Aku sedikit merasa risih meskipun Firman tidak pernah macam-macam.

Dan akhirnya semua ini terjadi. Aku merasa canggung dan tak ingin keluar kamar. Namun perutku ini tak bisa di ajak kompromi. Dia terus berbunyi.

Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya aku sudah dua jam berada di dalam kamar.

Krukuk krukuk.

"Ahh... Perutku terasa perih." gumamku sambil menekan perut.

BRUM BRUM! senyum terbit di wajahku saat ku dengar suara mobil mendekat di halaman rumah. Itu adalah suamiku yang pulang dari kantor.

Syukurlah Mas Hendra sudah pulang, itu artinya aku tidak sendiri. Ah maksudku aku tidak harus berduaan dengan adiknya.

Aku bergegas merapihkan pakaianku lalu menyambut kedatangannya.

Mas Hendra tersenyum melihatku, kemudian mengecup sekilas keningku. Ah rasanya sungguh menenangkan. Kami menikah selama 4 tahun dan belum juga di karuniai anak. Kami sudah melakukan berbagai cara, namun tak kunjung membuahkan hasil.

Namun kami tetap bersabar dan berusaha.

"Kamu masak apa Win?" Mas Hendra menatapku saat tiba di kamar. Dia langsung melepaskan kemeja kerjanya.

"Aku masak kesukaanmu, Mas."

"Hem baiklah, tolong hangatkan kembali, aku mau mandi sebentar."

Aku mengangguk.

"Oh iya dimana Firman? Apa dia sudah pulang?" tanya Mas Hendra.

"Fi—firman sudah pulang sejak sore tadi. Dan mu—mungkin saat ini dia sedang berada di kamarnya."

"Apa dia sudah makan?"

"Aku tidak tau, aku belum menawarinya."

"Baiklah, kau siapkan saja semuanya. Lalu panggil dia dan suruh kita makan bersama. Aku akan menyusul setelah mandi." sahut Mas Hendra.

Aku berlalu dari sana, menyiapkan makan malam, setelah itu hendak menemui Firman di kamarnya. Yang bersebelahan dengan kamarku.

Aku berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup, aku sedikit merasa canggung untuk menemuinya. Tapi jika tidak kulakukan Mas Hendra akan marah, dia pasti akan mengira aku tidak perduli dengan adiknya yang menumpang di rumah kami.

Aku masih berdiam di tempat, tanganku mengatung di udara, antara mengetuk atau tidak.

Namun saat sedang dalam kebimbangan. Derit pintu malah terbuka menampakkan Firman yang hendak keluar dari sana. Aku menarik kembali tanganku.

"A—a—aku..... Ak-ku...." Aku merasa gugup luar biasa. Apalagi Firman seperti kebingungan melihatku berdiri di luar kamarnya.

"Ada apa Mbak?"

"M-mas Hendra menyuruhku untuk memanggilmu, untuk makan malam bersama."

"Hem, baiklah." Firman tersenyum. Aku bergegas berbalik lalu berjalan dengan cepat meninggalkannya.

Kami bertiga makan malam bersama di meja makan, aku hanya diam sambil menunduk. enggan bersitatap dengan Firman. Sejak tadi aku hanya mengaduk-aduk makananku saja. Padahal sebelumnya sangat lapar.

Firman bersikap biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal aku sangat takut dia menjadi salah paham dan mengatakan yang tidak-tidak pada Mas Hendra.

Firman dan Mas Hendra makan dengan tenang sambil sesekali membahas soal pekerjaan mereka. Yang tidak aku mengerti.

Sejenak hening. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Sampai akhirnya....

"Aku sudah kenyang." Mas Hendra melap mulutnya dengan tisu. Kemudian bangkit dari duduk nya meninggalkan aku dan Firman di meja makan.

Aku bergegas berdiri, kemudian merapihkan piring. Dengan gerakan yang terburu-buru.

SET!

Aku tersentak saat Firman menghentikanku dengan memegang tanganku.

"Mbak, aku belum selesai."

"Oh, kau be—belum selesai?"

Firman mengangguk. Kemudian menatapku.

"Mbak, aku minta maaf soal tadi sore. Aku tidak bermaksud untuk mengintipmu mandi. Aku benar-benar tidak tau jika kau ada di dalamnya."

"Lupakan saja, dan jangan pernah membahas itu di depan siapapun, apalagi di depan Mas Hendra!" sarkasku menatap Firman dengan lekat. Dan Firman malah tersenyum. Membuatku langsung mengalihkan pandangan.

Melihat Firman menyelesaikan makan malamnya, aku segera merapihkan piring dan membawanya ke dapur.

Aku masuk ke dalam kamar, kulihat Mas Hendra masih berkutat dengan laptopnya. Dia terlihat sangat serius, jika Mas Hendra di rumah dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama laptop dan pekerjaannya. Padahal sebagai seorang istri aku juga ingin di manja dan di perhatikan.

Aku berjalan mendekat ke arah sisi ranjang, di mana Mas Hendra tengah sibuk mengetik sesuatu. Aku naik dan merebahkan diri. Mas Hendra tak menyapaku sama sekali, dia masih saja sibuk.

Aku memiringkan badan kemudian memejamkan mata. Setengah jam kemudian, aku merasakan sebuah tangan kekar melingkar pada pinggang rampingku.

Mas Hendra mencium tengkukku, bisa ku rasakan napasnya memburu. Aku tau, pasti dia meminta haknya sebagai suami.

Aku berbalik badan menghadapnya. Mas Hendra dengan rakus menciumi wajahku. Melumat bibir merah mudaku, aku membalas ciumannya. Sapuan lidah Mas Hendra turun pada leherku.

"Sshhh...." Aku mendesis merasa panas pada seluruh tubuh.

Aku mulai terhanyut dalam bu4snya ciu-man suamiku. Mas Hendra mulai menanggalkan pakaianku dan pakaian yang dia kenakan.

Mas Hendra menciumku kembali, me lu mat bibirku dengan ganas, meremas dan memilin put*ng sus*ku. Aku blingsatan merasakan kenikmat4n yang suamiku berikan. Erangan dan desahanku lolos dari bibirku. Aku tak bisa menahannya. Padahal ada Firman yang mungkin bisa mendengar.

Pertempuran itu pun terjadi, aku di buat men de sah tak karuan saat Mas Hendra memacu bir4hi di atasku. Sesuatu di dalam diriku seperti hendak meledak. Namun....

"Ahhhhhhh!" Lenguhan panjang terdengar dari mulut Mas Hendra, lagi-lagi dia mencapai pelepasan sebelum aku.

Aku sedikit kecewa, padahal aku juga menginginkannya. Mas Hendra egois, hanya memikirkan dirinya saja. Setelah melepaskan nafsunya. Mas Hendra berbaring di sampingku, kemudian memejamkan mata tanpa memperdulikan perasaanku.

"Mas... Aku belum puas." Bisikku.

"Ah sudahlah! Besok malam saja." Lagi, kata itu lagi yang dia ucapkan jika aku bilang tentang yang aku rasakan.

Aku merasa kesal, kemudian turun dari ranjang memunguti pakaianku satu persatu, kemudian memakainya.

Ah... Sebaiknya aku mandi, untuk mengurangi rasa panas dalam diriku karena nafsu yang tak tersalurkan.

Aku masuk ke kamar mandi, ku pastikan berkali-kali jika aku menguncinya. Jangan sampai kejadian tadi sore terulang kembali.

Aku mengguyur tubuh dengan air dingin untuk menenangkan diriku, tak lupa juga menggunakan shampo beraroma strawberry milikku.

Setelah selesai mandi ku lilitkan handuk di kepala, dan juga t u b u h ku. Aku keluar perlahan. Aku terkejut saat berpapasan dengan Firman. Aku menggigit bibir, kemudian menutup dadaku yang terdapat tanda merah.

Ah... Semakin malu saja.

"Fi—Firman, kamu belum tidur?"

Firman tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.

"Hehe, Aku tidak bisa tidur Mbak, apa Mbak Winda punya mie instan? Aku lapar."

"Ada, sebentar ya mbak ambilkan."Aku sangat gugup, kemudian berbalik berjalan ke arah dapur.

Aku yang masih mengenakan handuk sedikit kesulitan menggapai tempatku menyimpan mie instan.

"Kenapa, Mbak? Susah?"

Aku tersentak, ku pikir Firman kembali ke kamarnya, ternyata dia mengikutiku dan kini berdiri di belakangku.

"I—iya, aku tidak sampai." lirihku.

Firman mendekat ke arahku berdiri sangat dekat di belakangku, tu bu h nya menempel padaku, posisi kami begitu intim. handuk di kepalaku terjatuh membuat rambutku yang basah tergerai. Firman berusaha mengambilnya sesuai instruksiku, Aroma maskulin dari tubuh Firman tercium olehku, membuat darahku berdesir. Sesuatu yang sudah mengeras dapat aku rasakan. Benda keras itu menyentuh pahaku. Mungkinkah Firman?

Setelah mendapatkannya Firman semakin mendekat, membuatku berpegangan pada sisi Rak. Firman mencondongkan wajahnya.

"Terimakasih Mbak Winda. Aroma shampo yang mbak pakai sangat harum. Aku suka." bisiknya.

Glek!

Aku kesulitan menelan ludah. Firman mundur menjauh, aku segera berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kamar.

Setelah selesai berpakaian aku segera berbaring di sebelah Mas Hendra yang sudah terlelap. Aku berguling kesana kemari namun tak kunjung tertidur.

Mas Hendra yang telah lama tertidur menggeliat, kemudian menepuk lenganku.

"Win, aku haus. Tolong ambilkan minum."

Aku menghembuskan napas perlahan. Kemudian turun dari ranjang menuju dapur. Menuangkan air ke dalam gelas dan membawanya ke kamar. Namun saat melewati kamar Firman. Aku menautkan alis mendengar suara seseorang yang sedang men de sah. Aku penasaran, ku dekatkan telingaku pada daun pintu kamar Firman, dan benar saja suara aneh itu berasal dari kamarnya.

Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan...

KREK!

Pintu terbuka, aku terkejut bukan main.

"M—mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rkborneo Nafarin
menarik untuk dibaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TERGODA IPAR   Hasil diagnosa

    Aku menelan ludah, kemudian mengatur napasku. Aku menautkan alis saat suara itu tidak terdengar lagi. Ku dekatkan telingaku kembali menempel pada pintu. Dan ... KREK! Pintu terbuka, aku terkejut bukan main. "M--Mbak Winda, ngapain disini?" ujar Firman dengan wajah yang panik. "Em, a--aku ... aku ...." Aku tak kalah panik dari Firman. "Mbak ngapain? Ko gugup gitu, jangan bilang mbak mau ngintip aku?" tanyanya sambil menaik-turunkan alis seakan menyudutkanku. Aneh, harusnya dia malu karena terpergok olehku. "Tidak, tadi ... aku hanya mengambil air minum untuk Mas Hendra, dan tak sengaja malah mendengar... mendengar—" "Oh itu ... Mbak jangan salah paham. Tadi temanku iseng mengirimkan sepenggal video film blue, aku juga kaget, makanya langsung aku matikan dan tak sengaja malah bertemu Mbak Winda," "Oh begitu." wajahku berubah sendu, ternyata pikiranku salah. "Kenapa? Kok, wajah Mbak Winda murung begitu, kecewa ya, karena ternyata bukan aku? Apa Mbak Winda ingin aku melakukannya

    Last Updated : 2023-12-23
  • TERGODA IPAR   Masakan asin

    Aku menutup kamarku, kemudian berjalan ke arah ranjang, aku duduk dan segera mengambil surat dari rumah sakit dalam tasku. Kemudian mulai membukanya perlahan. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Perlahan aku membaca dengan seksama setiap kata. Dan... Hasilnya sangat mengejutkanku. Aku membekap mulut tak percaya. Di keterangan tertulis bahwa Mas Hendra tidak bisa mempunyai keturunan, itu artinya dia.... Mandul.Aku menggeleng kuat. "Tidak, tidak. Mas Hendra tidak boleh tahu tentang ini. Jika dia tahu, dia pasti akan sedih."Aku segera menyembunyikan kertas itu di dalam lemari, menyimpannya rapat-rapat.Banyak orang-orang diluar sana yang diagnosa mandul, tapi tetap bisa punya anak.Aku segera pergi ke dapur, memasak untuk makan malam Mas Hendra dan juga Firman.Saat sedang masak pikiranku melambung pada kertas diagnosa Mas Hendra yang tidak bisa memiliki keturunan. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikannya. Yang jelas aku tidak ingin Mas Hendra merasa sedih.Sebenarnya aku juga

    Last Updated : 2023-12-23
  • TERGODA IPAR   Bertemu kakak ipar

    Aku mengangguk kembali. Kemudian mulai mengelus perut bagian bawahnya."Kebawahan lagi Mbak.""Minyaknya tambahin dikit lagi."Lagi-lagi aku menurut, mengikuti setiap yang di katakan Firman. Namun tak lama kemudian gerakan tanganku terhenti, saat tak sengaja menyentuh benda kenyal.Aku melirik ke arah Firman yang ternyata sedang menatapku dengan tatapan sayu."Fi—Firman, K-kau?" Aku menjadi gugup."Maaf, Mbak. Aku tidak bisa menahannya." lirihnya.Aku langsung menarik tanganku dari sana.BRAK!Pintu rumah terbuka menampakkan Mas Hendra di sana. Firman segera terduduk. Dan aku juga segera berdiri. Aku sangat gugup, takut Mas Hendra salah paham."Kalian sedang apa?" tanyanya menatapku dan Firman bergantian."Perut ku sangat sakit Kak, sepertinya aku diare. Jadi aku minta minyak angin dan obat pada Mbak Winda."Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin di depan Mas Hendra."Oh, kalau begitu minum obatmu."Mas Hendra masuk ke dalam, kemudian menarik tanganku agar mengikutinya masuk kedalam ka

    Last Updated : 2023-12-23
  • TERGODA IPAR   Satu sama

    "Mbak, Mbak Winda!" Firman menjentikkan jari di depan mataku. Aku langsung tersentak, tersadar dari lamunan."Em, a—apa?" ucapku gugup."Aku tanya, Kak Hendra sering berbuat kasar seperti ini? Eh mbak malah melamun." tanya nya. Menatap wajahku.Jadi yang barusan kami lakukan itu hanya hayalanku? Ah, aku langsung menyentuh bibirku. Benar, kering."Mbak kenapa? Bi bir nya masih sakit?""Bukankah kita tadi—" ucapannku terjeda, aku tak jadi melanjutkannya."Tadi apa Mbak, wah jangan-jangan Mbak mikir yang enggak-enggak ya." Firman mengejekku.Aku langsung menggeleng. "Tidak, Mbak gak mikir yang aneh-aneh kok.""Terus itu kenapa, kok megangin bibir aja, apa Mbak Winda mau Firman ci um, biar cepat sembuh?!" Seketika mataku langsung membulat mendengar penawarannya. Aku langsung mencubit pinggang Firman. "Kamu ya!""Aw, sakit Mbak. Ampun Mbak!" Firman mengg3linjang sambil terkekeh. Aku ikut tertawa bersamanya.Kemudian napas kami terengah, tawa kami pun terhenti."Nah, kalo ketawa gini kan M

    Last Updated : 2023-12-25
  • TERGODA IPAR   Dedemit

    Aku masih diam mematung di kamar mandi, menatap punggung polos Firman yang berjalan menjauh.Aku meringis saat kembali merasakan ingin buang air kecil. Aku segera menutup pintu kemudian buang air kecil dengan lega.Setelah selesai buang air kecil aku kembali ke kamar, aku terkejut saat melihat Mas Hendra terbangun. "Mas, kenapa kau bangun?" sapaku.Mas Hendra tersenyum, "Aku ketiduran, melihatmu yang tidur nyenyak membuatku ikut mengantuk."Aku berjalan mendekat ke arahnya. "Apa kau butuh sesuatu? Biar aku ambilkan.""Emm ya, aku baru ingat. Aku masih punya pekerjaan yang belum ku selesaikan." ujar Mas Hendra."Bisa kah kau pinjam laptop Firman di kamarnya. Laptopku tidak ada signal." sambungnya.Aku terdiam. Apa? Kamar Firman? Jadi aku harus kembali ke sana. Ah menyebalkan. Belum rasa malu karena kejadian tadi menghilang. Dan sekarang aku harus ke kamar Firman."Win, kok melamun? Kau mau meminjamkan tidak. Kalo tidak ya tidak apa-apa. Biar Mas saja yang kesana." ujar Mas Hendra."Jan

    Last Updated : 2024-03-12
  • TERGODA IPAR   Tukang servis

    Aku masuk kembali ke dalam rumah melanjutkan aktifitas memasakku. Aku harap tidak ada gangguan lagi seperti tadi.Setelah selesai memasak menu kesukaan Mas Hendra dan juga Firman, aku langsung mengambil sendok kemudian mencicipinya. "Mmh, rasanya sangat pas." Aku sangat tidak sabar menyajikannya pada suami dan adik iparku.Sore hari,Terdengar suara gemericik air, yang artinya di luar sedang hujan deras. Aku menonton televisi dengan serius, melihat berita maling masuk saat penghuni rumah sedang tertidur. Mendadak aku takut. Karena di rumah hanya sendiri, Mas Hendra biasa pulang malam. aku yang fokus menonton televisi terkejut saat mendengar langkah kaki mendekat. Segala pikiran buruk memenuhi isi kepalaku. Aku langsung mengambil sapu, kemudian menjadi waspada, takut jika itu adalah maling atau penjahat yang ini mencuri di rumahku.Aku bangkit dari sofa, berjalan menuju ruang tengah di sana ada seorang pria yang sedang membelakangiku. Dia menggunakan Hoodie berwarna hitam. Aku merasa a

    Last Updated : 2024-03-13
  • TERGODA IPAR   Ungkapan perasaan

    TUT! panggilan itu di tutup sepihak, tanpa ku tahu siapa yang menelpon suamiku barusan dengan nama kontak 'tukang servis'.Aku segera mengotak-atik ponsel milik Mas Hendra untuk mencari informasi, kemudian membuka aplikasi chat. Berharap ada petunjuk di sana. Namun sayang, aku tidak beruntung. Aplikasi chat itu menggunakan sandi yang tidak aku ketahui.Siapa suara perempuan dengan nama kontak tukang servis tadi? Servis apa? Selama ini tidak ada hal yang aneh-aneh yang menunjukkan Mas Hendra selingkuh.Mas Hendra masuk ke dalam kamar dia melihatku cemas sambil tangan masih mengotak-atik ponselnya."Win. Kau sudah menghangatkan makan malam?" ujarnya. Aku tersentak kaget, sebab sejak tadi terlalu fokus pada ponselnya."Em, be-belum. Oh iya Mas. Tadi—ada yang menelpon dan suaranya perempuan. Dengan nama kontak 'tukang servis' siapa itu Mas?" tanyaku hati-hati.Mas Hendra terlihat kaget, kemudian langsung menghampiriku. Dia merebut ponsel itu dari tanganku.Aku terkejut, gerakan yang sarka

    Last Updated : 2024-03-14
  • TERGODA IPAR   Meminta maaf

    Aku terbangun di pagi hari. Mataku mengerjap melihat sekitar. Aneh, bukankah semalam aku tidur di sofa ruang televisi. Lalu kenapa aku bisa berada di kamar.Dan, dimana selimut Firman? Bukankah semalam Firman menyelimutiku dengan selimutnya.Aku melihat ke arah suamiku yang sudah berpakaian rapih."Mas, kenapa aku bisa disini? Bukankah—" belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Mas Hendra sudah menjawabnya. "Aku yang memindahkanmu.""Kau?" tanyaku."Iya, tumben sekali kau menonton televisi sampai ketiduran. Tidak seperti biasanya." ucap Mas Hendra sambil memakai dasi di lehernya. Dia menatap wajahku dari pantulan cermin."Aku—aku semalam tidak bisa tidur, jadi mencoba untuk menonton televisi dan malah ketiduran." sahutku. Ku paksakan untuk tersenyum. Agar Mas Hendra tidak curiga bahwa aku tidak bisa tidur karena memikirkan Firman.Aku bergeming, benarkah semalam hanya mimpi? Tapi kecupan itu terasa nyata.Aku mendadak kecewa, jika itu semua benar hanya mimpi. Itu artinya Firman masih ma

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • TERGODA IPAR   —SELESAI—

    Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu ... Aku dan anak-anak terus mencoba untuk menghibur Winda. Jangan sampai dia sedih dan terus memikirkan Farah. Ternyata, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Winda yang tadinya menangisi Farah setiap malam. Kini sedikit berkurang. Hari ini adalah hari jadi pernikahan kami yg ke 6 tahun, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku berencana mengajaknya liburan di bali sekaligus merayakan anniversary kami. Anak-anak sengaja kutitipkan pada Kak Santi selama aku liburan di bali.Kami sampai di resort Bali setelah sebelumnya naik pesawat selama 2 jam. Winda langsung merebahkan diri di kamar hotel. Aku tau dia pasti kelelahan.Setelah memasukan isi koper ke dalam lemari, aku langsung membuka tirai jendela. Terlihat deburan ombak yang sangat kencang di sertai dengan pemandangan yang sangat cantik. Aku sengaja memilih resort yang menghadap langsung dengan laut. Jadi, saat berdiri di jendela seperti yang kulakukan i

  • TERGODA IPAR   Mencoba Ikhlas

    “Bagaimana? Apa ada perkembangan?” itu suara Kak Santi. Aku segera menoleh ke arah nya. Kemudian menggeleng, “Belum, Winda masih belum sadar.” jawabku. Aku menatap ke arah ranjang di mana ada Winda yang tengah berbaring dengan luka perban di kepalanya. Kejadian dua hari yang lalu membuatnya tak berdaya di rumah sakit ini. “Anak-anak bagaimana, mereka sama siapa?” Aku menghela napas sejenak, “Bersama asisten rumah tangga kami.” “Kakak ke rumahmu ya, kasian keponakanku. Dua kali ibu mereka masuk rumah sakit.” Aku mengangguk,“Terima kasih, Kak.” “Ya sudah. Kakak pamit ingin menemui mereka. kamu jangan terus bersedih, doakan saja istrimu cepat pulih.“ “Oh iya, bagaimana dengan pelaku yang menyebabkan Winda begini?” “Aku sudah melaporkannya kepada pihak berwajib, biarkan mereka yang mengurusnya.” Kak Santi tersenyum, “Aku tau, adikku tau apa yang harus di lakukan.”

  • TERGODA IPAR   Tolong, panggilkan ambulans!

    POV Firman Aku baru saja sampai di kantor. Berbarengan dengan aku masuk ke dalam loby, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Aku segera mengangkatnya karena itu berasa dari rumah. Aku sangat takut terjadi sesuatu di rumah. Apalagi itu menyangkut Winda. Kondisi nya masih belum stabil. “Halo, Bibik. Ada apa?” “Halo, Pak. Ibu ... Ibu ....” “Ada apa? Bicara yang jelas?! Winda kenapa?” bertubi-tubi pertanyaan kulontarkan, aku benar-benar merasa khawatir. “Ada apa dengan Winda?” “Tadi Ibu pamit keluar sebentar katanya, dia membawa tas.” Ah, aku meraup wajah kasar. “Sudah kuduga, dia pasti akan berpergian. Harusnya aku tetap di rumah.” Aku menyesal. Kupikir memang benar Winda hanya per

  • TERGODA IPAR   Tas biru

    Pagi hari .... Firman membuka matanya perlahan. Kepala yang semalam terasa berat, kini menghilang perlahan. Meskipun dia demam tinggi semalam, tapi dia ingat semalam Winda mengompres dirinya. Firman pikir Winda percaya pada ucapan seseorang yang mengatakan dirinya adalah penyebab kematian Hendra—kakaknya sendiri. Ternyata wanita itu masih perduli padanya. Firman mengulum senyum. Dia menoleh ke samping. Kosong! Winda tidak ada di sana. Entah semalam istrinya itu tidur di mana dia tidak tau. Sebab, setelah minum obat matanya terasa berat. Dia tertidur dan baru bangun sekarang. Firman menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia harus segera pergi ke kantor. Hari ini ada jadwal meeting pagi. Sebagai manager yang disiplin tentu saja Firman tidak ingin telat. Meskipun tubunya masih terasa tidak enak. Namun, semangatnya tidak berkurang sedikitpun. Ada wajah Fira dan Farhan, yang menjadi semangatnya ketika rasa malas itu datang. D

  • TERGODA IPAR   Merasa Khawatir

    Setelah itu Winda mendekat ke arah Firman duduk di sampingnya, dia menatap muka wajah yang tengah terlelap. Wajah yang sangat teduh, tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat menatapnya. Winda menyentuh dadanya sendiri. Deg Deg Deg!Benar, jantungnya berdebar-debar. Padahal Firman Tengah tertidur.“Perasaan apa ini? Apakah aku jatuh cinta pada Firman?”“Ah, sudahlah. Jika memang iya, bukankah tidak apa-apa. Toh, dia suamiku.” Winda mengulum senyum.Senyum di wajah Winda pudar saat melihat bibir Firman bergetar.“A—aku tidak melakukan apapun, Win. Tidak ...” gumam Firman dengan mata yang masih terpejam.Winda langsung menyentuh keningnya.“Sshh, panas!”“Ternyata Firman demam, pantas saja dia tidak turun untuk makan malam.”Winda segera bangun dari ranjang. Kemudian keluar dari kamar. Dia mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke dalam kamar. Sambil membawa bak berisi air hangat dan juga

  • TERGODA IPAR   Berdebat

    Firman pulang setengah jam kemudian. Setelah menyelesaikan permasalahannya di kantor. Dia segera memarkirkan mobilnya ke garasi. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan kabar dari asisten rumah tangganya bahwa Winda sudah pulang.Dengan tergesa dia segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Winda tengah duduk di sofa, dengan tangan bersedekap dada. Pandangannya tajam lurus ke depan.Firman tersenyum kemudian berjalan perlahan ke arah nya.“Sayang kamu dari mana saja,” ujarnya saat sudah dekat. Firman duduk di samping Winda. Jarak di antara mereka hanya satu jengkal saja.Winda melirik tajam ke arah Firman. Pria di sampingnya tanpa aba-aba langsung merangkul pundak nya.“Sejak tadi aku mencarimu. Kamu membuatku khawatir, tapi syukurlah kamu sudah pulang.”“Sayang ...”“Berhenti memanggilku dengan sebutan sayang, Firman!” Winda menepis kasar tangan Firman.“Ka—kamu kenapa?”“Aku sudah tau apa yang telah kamu lakukan

  • TERGODA IPAR   Winda menghilang

    Pintu ruangan terbuka membuat keduanya terkejut. Delia dan Firman menoleh ke arah sumber suara.Terlihat seorang Office boy datang membawa ember dan kain pel. Dia terkejut melihat Firman yang sedang berada di sana. Berdebat dengan seorang wanita. Wanita yang tentu saja bukan pegawai di sana.“Ma—maaf, Pak. Saya kira bapak tidak masuk hari ini. Sebelumnya saya di tugaskan untuk membersihkan ruangan bapak.” ujar sang office boy dengan wajah menunduk, takut. Dia takut di pecat karena kelancangannya ini.Namun, Firman malah bersyukur. Adanya dia di sana akan membebaskan dirinya dari Delia. Wanita tidak war4s yang ingin menjadi madunya.“Tidak apa-apa, masuk lah. Kau juga tidak lama kan?”“I—iya, Pak.”Delia menghela napas. Dia membuang pandangan ke arah lain. Kedatangan Office boy di sana mengganggu saja.Firman menatap ke arah Delia kembali. Terlihat wajah wanita itu seperti kesal.“Delia, pergilah. Aku harus bekerja.” pinta Firman. “Firman, ku mohon ... Jadikan aku istri keduamu.”“A

  • TERGODA IPAR   Ingin mengulanginya lagi

    “Ya, aku percaya, sangat percaya padamu sayang.” bisik Firman dengan lembut. Membuat darah Winda berdesir.Firman mendekat, menaruh dagunya di bahu Winda. Membuat wanita itu menjadi gugup. Firman menghirup aroma shampoo yang di pakai Winda. Selalu manis, sama seperti awal mereka dekat. Shampoo beraroma strawberry yang membuat Firman jadi bertekuk lutut padanya.“Fi—Firman ....” suara Winda terdengar lirih. Dia bertopang pada sisi lemari. Selimut yang melekat di tubuh Firman jatuh sehingga belalai itu langsung menyentuh paha Winda yang mu lus. Berdiri tegak begitu gagahnya. Napas Winda memburu saat Firman mencium tengkuknya.“Firman, a—aku ....” Winda tergagap.“Sudhalah, semalam kamu sangat menikmatinya.”Ya, memang Winda akui semalam dia sangat menikmati permainan Firman di atas r@njang. Tapi bukan itu yang ingin dia sampaikan tadi.Winda bergeming menatap ke arah lain. Firman memeluknya dengan erat. Setidaknya Winda hanya lupa, bukan menolaknya.“Ayolah sayang, kita ulangi permainan

  • TERGODA IPAR   Terbakar gairah

    Delia tertawa sambil memainkan laptop, “Lihat Firman. Aku kurang paham yang bagian ini. Apa kamu bisa mengajariku dan apa ada saran lain darimu?” Delia terus bicara. Sedangkan Firman hanya fokus pada bibirnya.Suasana semakin terasa panas, Firman mulai melepas jaz kerjanya. Lalu membuka dua kancing bagian depan untuk mengurangi rasa panas di tu buhnya.“Firman hei, kau kenapa?” Delia menyentuh pahanya. Membuat Firman terhenyak sesuatu di bawah sana semakin tak bisa di kendalikan. Sentuhan itu kini semakin terasa. Firman menghembuskan napas kasar, ia menginginkan hal lebih dari ini.Melihat Firman yang gelisah, dengan deru napas nya yang tidak beraturan, membuat Delia tersenyum. Rencananya telah berhasil.“Apa kamu merasa gerah, sama aku juga. Sepertinya akan datang hujan.” Delia melepas blazer yang ia kenakan sejak tadi memperlihatkan bahunya yang mulus.Firman yang terbakar gairah. Mulai tak tenang, ada sesuatu yang harus dia tuntaskan.Ia segera bangun dari sofa. Namun matanya masi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status