Home / Pernikahan / TERGODA IPAR / Tukang servis

Share

Tukang servis

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2024-03-13 08:58:20

Aku masuk kembali ke dalam rumah melanjutkan aktifitas memasakku. Aku harap tidak ada gangguan lagi seperti tadi.

Setelah selesai memasak menu kesukaan Mas Hendra dan juga Firman, aku langsung mengambil sendok kemudian mencicipinya. "Mmh, rasanya sangat pas." Aku sangat tidak sabar menyajikannya pada suami dan adik iparku.

Sore hari,

Terdengar suara gemericik air, yang artinya di luar sedang hujan deras. Aku menonton televisi dengan serius, melihat berita maling masuk saat penghuni rumah sedang tertidur. Mendadak aku takut. Karena di rumah hanya sendiri, Mas Hendra biasa pulang malam. aku yang fokus menonton televisi terkejut saat mendengar langkah kaki mendekat. Segala pikiran buruk memenuhi isi kepalaku. Aku langsung mengambil sapu, kemudian menjadi waspada, takut jika itu adalah maling atau penjahat yang ini mencuri di rumahku.

Aku bangkit dari sofa, berjalan menuju ruang tengah di sana ada seorang pria yang sedang membelakangiku. Dia menggunakan Hoodie berwarna hitam. Aku merasa asing dengan pakaian tersebut.

Aku segera mengambil ancang-ancang untuk memukulkan gagang sapu padanya.

Aku menghitung mundur dalam hati. "Tiga... Dua.... Satu!"

BUGH! BUGH! "Rasakan ini, kamu pasti mau maling kan hem." seruku gemas. Memukul pria itu bertubi-tubi.

"Aw ah... Sakit Mbak!"

"Mbak!" pekiku. Suara itu seperti aku kenal. Aku segera berhenti memukulnya. Pria itu berbalik, aku langsung terbelalak.

"Firman!" seruku.

"Sakit Mbak, kenapa Mbak memukuliku?"

Aku kebingungan, menjadi gelagapan sendiri. "Em maaf Firman, mbak kira kamu maling tadi, habis gak biasanya kamu pakai Hoodie begitu." Aku nyengir ke arahnya, menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Firman manggut-manggut, di wajahnya terlihat sedikit kesal. "Oalah,"

"Maaf ya?" lirihku.

"Iya Mbak, gakpapa aku paham. Di luar hujan Mbak, aku tidak bawa jas hujan. Jadi aku pinjam Hoodie teman agar tidak terlalu basah, tapi ternyata hujannya semakin deras."

Firman terlihat menggigil.

"Kamu kehujanan?"

"Iya Mbak. Dingin." jawabnya sambil memeluk lengannya sendiri.

"Yasudah, kamu masuk gih. Ganti bajumu, mbak siapkan air hangat untukmu mandi, biar gak masuk angin."

Firman menurut kemudian masuk ke dalam kamarnya. Aku segera pergi ke dapur menyiapkan air hangat untuk adik iparku itu.

***

Aku duduk di sofa menonton sinetron azab kesukaanku. Sambil memakan camilan. Aku ikut terbawa suasana dengan kisah yang berada di dalamnya.

Tiba-tiba saja Firman datang dan duduk di sebelahku, aku tersentak. Apalagi dia merebut camilan di tanganku tanpa aba-aba.

"Lagi nonton apaan sih Mbak, serius amat?" tanya Firman sambil memakan camilan milikku.

"Em itu.... Azab tukang pengutil semv@k." kataku. Aku sedikit gugup saat berdekatan seperti ini dengan Firman. Jarak kami hanya beberapa senti saja.

"Mbak suka nonton?"

Aku menggeleng. "Baru kali ini." kilahku.

"Mari kita nonton bersama, sepertinya seru."

Aku mengangguk, akhirnya kami menonton bersama. Aku sangat takut saat may4t itu berubah menjadi hantu. Aku mendekat ke arah Firman bersembunyi di balik lengannya.

"Mbak takut sama hantu?"

Aku yang merasa takut hanya mengangguk, dengan kepala yang masih bersembunyi di lengan Firman. Semakin erat memegangi lengannya. Aroma maskulin Firman membuat pikiranku melayang. Memikirkan hal-hal yang tidak-tidak.

"Baiklah, aku ganti saja."

"Sudah Mbak." sambungnya.

Aku mengintip dengan sebelah mata. Ternyata benar Firman telah mengganti Chanel tersebutlah. Syukurlah.

Aku kembali melihat ke arah layar. Merubah posisi seperti semula. Disana ada menayangkan film Asia—Romansa, aku dan firman menontonnya dengan seksama.

Diluar hujan semakin deras, membuat suasana sore menjadi dingin. Aku sedikit merapat ke arah Firman. Suasana menjadi hening, kami larut dalam layar televisi. Sial! Adegan di sana sedang berci*man, tokoh dalam cerita itu sedang bercumb* dengan panas. Aku langsung membuang pandangan ke arah lain. Aku sedikit melirik ke arah Firman yang masih menonton dengan serius.

"Lama sekali adegannya." Kataku mulai gelisah.

Terdengar Firman menghela napas. Tangannya bergerak menyentuh pundakku. Merapatkan duduknya padaku.

"Mbak!" panggilnya.

Aku menoleh, Firman juga menoleh ke arahku. Tatapan kami terpaku. Suasana yang dingin dan sepi membuat pikiranku tidak waras.

Dari dekat wajah Firman begitu tampan dan menggoda. Wangi parfum bercampur sabun membuat pikiranku kacau.

"Jangan Winda, dia adik iparmu." ucapku dalam hati. Aku mencoba mengingatkan diriku sendiri.

"Mbak... " panggilnya sekali lagi.

"Hem ya." jawabku. Jarak wajah kami begitu dekat. Firman mengangkat tangannya mengusap pipiku. "Mbak Winda cantik sekali."

"Kak Hendra sangat beruntung bisa memilikimu." sambungnya.

Mataku mengerjap, aku berusaha untuk tidak tersenyum akan pujiannya.

Suasana semakin dingin hingga menembus pori-pori kulit, hujan di luar semakin deras saja.

Dalam lampu yang sedikit temaram, Firman mencondongkan wajahnya mendekat ke arahku. Aku menatapnya dengan tatapan sayu. Entah siapa yang mulai lebih dulu akhirnya kami berciu—man.

Napasku terengah-engah, Firman menyeka air liur di sudut bibirnya. "Mbak, maafkan aku. Aku terbawa suasana lagi."

"Tidak apa-apa, M-mbak juga terbawa suasana." Aku merasa gugup sekaligus canggung.

"Kalau begitu Mbak permisi dulu mau ke dapur sebentar."

"Oh iya Mbak, aku juga mau masuk ke kamar, ada pekerjaan yang belum aku selesaikan."

Kami sama-sama canggung dan salah tingkah. "Maafkan soal tadi." ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

Aku mengangguk, kemudian langsung pergi ke dapur. Sesampai di sana aku berpegangan pada sisi meja dapur. Menetralkan perasaan dan juga pernapasanku.

Aku mengulum senyum. Debar-debar tak biasa itu semakin terasa.

***

Pukul 8 malam, deru mobil berhenti di halaman. Aku yang mendengarnya sumringah itu pasti suamiku yang datang. Aku segera keluar dari kamar lalu menghampirinya.

"Di luar masih hujan, Mas?" sapaku.

"Iya,"

"Yasudah, ayo masuk." Aku membawa tas kerja suamiku, lalu mengekorinya dari belakang.

Mas Hendra menaruh jam tangan dan juga Handphonenya di atas nakas, kemudian mencopot kemeja kerjanya. Aku membantu melepaskannya.

"Aku sudah memasak kesukaanmu Mas." ujarku.

"Baiklah, tolong hangatkan lagi. Aku mau mandi dulu sebentar."

"Apa perlu aku masakan air hangat?" tawarku.

"Tidak perlu." jawabnya.

Setelah Mas Hendra keluar kamar untuk mandi, tak lama kemudian. Dering ponselnya berbunyi, aku segera mengambil dan mengangkatnya, takut jika itu dari kantornya dan sangat penting.

Aku menekan tombol hijau kemudian mendekatkannya ke telinga.

"Halo sayang, aku kangen. Kapan kita bertemu?"

Sayang? Aku langsung segera mengecek nama yang tertera. Dan kembali mendekatkan ponsel itu ke telinga.

"Halo, ini siapa? Kenapa memanggil suamiku dengan sebutan sayang?" tanyaku menggebu dengan tangan bergetar.

TUT! panggilan itu di tutup sepihak, tanpa ku tahu siapa yang menelpon suamiku barusan dengan nama kontak 'tukang servis'.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ahmad Usamah
mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
El Er El Er
seru crita ny
goodnovel comment avatar
Shaiful Anwar
ok sangat seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TERGODA IPAR   Ungkapan perasaan

    TUT! panggilan itu di tutup sepihak, tanpa ku tahu siapa yang menelpon suamiku barusan dengan nama kontak 'tukang servis'.Aku segera mengotak-atik ponsel milik Mas Hendra untuk mencari informasi, kemudian membuka aplikasi chat. Berharap ada petunjuk di sana. Namun sayang, aku tidak beruntung. Aplikasi chat itu menggunakan sandi yang tidak aku ketahui.Siapa suara perempuan dengan nama kontak tukang servis tadi? Servis apa? Selama ini tidak ada hal yang aneh-aneh yang menunjukkan Mas Hendra selingkuh.Mas Hendra masuk ke dalam kamar dia melihatku cemas sambil tangan masih mengotak-atik ponselnya."Win. Kau sudah menghangatkan makan malam?" ujarnya. Aku tersentak kaget, sebab sejak tadi terlalu fokus pada ponselnya."Em, be-belum. Oh iya Mas. Tadi—ada yang menelpon dan suaranya perempuan. Dengan nama kontak 'tukang servis' siapa itu Mas?" tanyaku hati-hati.Mas Hendra terlihat kaget, kemudian langsung menghampiriku. Dia merebut ponsel itu dari tanganku.Aku terkejut, gerakan yang sarka

    Last Updated : 2024-03-14
  • TERGODA IPAR   Meminta maaf

    Aku terbangun di pagi hari. Mataku mengerjap melihat sekitar. Aneh, bukankah semalam aku tidur di sofa ruang televisi. Lalu kenapa aku bisa berada di kamar.Dan, dimana selimut Firman? Bukankah semalam Firman menyelimutiku dengan selimutnya.Aku melihat ke arah suamiku yang sudah berpakaian rapih."Mas, kenapa aku bisa disini? Bukankah—" belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Mas Hendra sudah menjawabnya. "Aku yang memindahkanmu.""Kau?" tanyaku."Iya, tumben sekali kau menonton televisi sampai ketiduran. Tidak seperti biasanya." ucap Mas Hendra sambil memakai dasi di lehernya. Dia menatap wajahku dari pantulan cermin."Aku—aku semalam tidak bisa tidur, jadi mencoba untuk menonton televisi dan malah ketiduran." sahutku. Ku paksakan untuk tersenyum. Agar Mas Hendra tidak curiga bahwa aku tidak bisa tidur karena memikirkan Firman.Aku bergeming, benarkah semalam hanya mimpi? Tapi kecupan itu terasa nyata.Aku mendadak kecewa, jika itu semua benar hanya mimpi. Itu artinya Firman masih ma

    Last Updated : 2024-03-15
  • TERGODA IPAR   Senjata makan tuan

    "Apa Mbak Winda memiliki perasaan yang sama? Di.... Sini." terangnya menunjuk ke arah dadaku.Deg deg deg!Degup jantungku berdetak kencang."Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja aku... Aku—" belum sempat aku menjawab pertanyaannya. Firman telah membungkamku dengan b1birnya.Drrttt Drrttt Drrtt.Dering ponsel Firman berbunyi, dia segera berhenti. Kemudian mengambil ponselnya yang berada di saku celana."Halo?""Baiklah. Ya, aku sudah menemukannya. Aku akan segera kesana. Hem."Napasku masih terengah-engah. Aku merapihkan bajuku yang sedikit berantakan lalu menyaka sudut bib1rku yang terdapat air l1ur kami.Firman melirik ke arahku. Kulihat dad4nya juga masih naik turun. "Mbak, maaf aku harus segera pergi. Em—terimakasih untuk vitaminnya."Hah! Vitamin? Vitamin apa? Mataku langsung mengerjap. Belum sempat bertanya Firman sudah pergi keluar.***Setelah Firman pergi aku segera pergi ke dapur. Belum sempat mengolah bahan apa saja yang ku beli di Bang Jamal. Pintu rumahku ada yang mengetu

    Last Updated : 2024-03-16
  • TERGODA IPAR   Melepaskan rasa yang tertahan

    "Firman!"Firman segera menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Kemudian menaruh jari telunjuknya di bibirku. Aku menatapnya kebingungan, mau apa dia."Jangan berisik, Mbak. Nanti Kak Hendra dengar." ucapnya kemudian melepaskan jarinya dari bibirku. Mataku mengerjap memandangnya. Firman juga menatapku dengan tatapan sayu."Jika kau ingin memakai kamar mandinya bilang, biar Mbak yang keluar." kataku, bersiap membuka pintu. Namun Firman malah membalik badanku agar menghadapnya. Aku sedikit tersentak, apalagi Firman mengunciku dengan kedua tangannya di letakan ke tembok."Aku tau Mbak tidak puas kan sama Kak Hendra?" tanyanya menelisik wajahku. Aku membuang pandangan ke samping. Firman mencondongkan wajahnya mendekat hampir menyentuh wajahku. Posisi ini membuat aku yang terbakar g4irah semakin memanas."Itu bukan urusanmu!" ucapku masih enggan menatapnya."Aku tau, aku sering mendengarnya." jawabnya. Aku langsung menatapnya. "Aku tau Mbak tidak puas dengan Kak Hendra, aku juga tau Kak He

    Last Updated : 2024-03-17
  • TERGODA IPAR   Membuat kue

    Kami tiba di tempat parkiran motor, semua mata memandang ke arahku dan juga Firman, hal itu membuatku sedikit merasa tidak nyaman.Setelah Firman memarkirkan motornya dia bergegas menghampiriku. "Ayo, Mbak. kita cari bahan yang Mbak inginkan?!" ajaknya, menggenggam tanganku. Aku segera menepis tangannya, tak enak dengan tatapan orang-orang yang berada disana. Sepertinya mereka mengenaliku. Aku biasa di antar oleh Mas Hendra, namun kali ini malah di antar oleh laki-laki berbeda. "Tidak perlu, sebaiknya kau di sini saja, Firman." tukasku."Loh, kok begitu, Mbak? aku kan mau nganter Mbak Winda ke pasar, tentu saja aku harus ikut. Masa di sini terus, emangnya aku tukang ojek." Firman membuang pandangan ke arah lain, sepertinya dia merajuk.Aku menghembuskan napas kasar "Dasar Firman. Udah jangan ngambek begitu. Tapi nanti kamu jangan rewel ya.""Siap Bos!" Jawabnya memberi hormat. Firman nyengir ke arahku, memperlihatkan barisan giginya. Dia tersenyum sangat—manis.Deg Deg Deg!Jantungku

    Last Updated : 2024-03-18
  • TERGODA IPAR   Terkuak

    Aku menempelkan telingaku pada daun pintu. Suara itu semakin terdengar jelas."Ayo, Mas. Goyang yang cepat. Ahh!""Kau sangat nikm4t sayang."Tiba-tiba saja perasaanku mendadak tidak enak. Keringat dingin membanjiri pelipisku. Pikiranku berkecamuk memikirkan apa yang sedang terjadi di dalam sana.Aku segera mengetuk pintu dengan cepat, kemudian membukanya.BRAK!Mataku membulat sempurna, disana ada Mas Hendra dan seorang—wanita. Mereka terkejut melihat kehadiran ku. Mereka sedang berada dalam posisi sang wanita duduk di pangkuan suamiku. Dengan tangan yang melingkar di lehernya.Melihat kehadiranku Mas Hendra langsung mendorong wanita itu agar berdiri. Aku diam mematung, lidahku kelu tak mampu berucap sepatah katapun. Jadi benar dugaanku mengenai kontak bernama 'tukang servis' waktu itu. Apa itu kontak wanita yang sedang bermain dengan suamiku itu.Mas Hendra membetulkan celananya dengan cepat, kemudian berjalan menghampiriku yang masih diam mematung di daun pintu."Winda sayang, kau

    Last Updated : 2024-03-19
  • TERGODA IPAR   Aku dan Firman 21+

    Aku masuk ke dalam kamar hotel dengan ranjang berukuran big size. Firman hanya memesankan kamar untuk satu orang. Setelah memastikanku memiliki tempat menginap malam ini, dia bilang akan pulang. Aku duduk di pinggir ranjang dengan wajah tertunduk lesu."Mbak yakin tidak ingin pulang?" pertanyaan Firman membuyarkan lamunanku. Aku segera menggeleng, "Tidak," balasku."Sampai kapan?" Firman bertanya lagi. Aku menghembuskan napas kasar. "Entahlah, sampai kondisi hatiku membaik." jawabku."Baiklah, jika Mbak butuh seseorang untuk bercerita. Jangan sungkan padaku." ujarnya, aku tersenyum. "Terimakasih, Firman.""Tidak perlu berterima kasih. Mbak Winda adalah kakak iparku, aku pasti akan memastikan Mbak Winda baik-baik saja. Apalagi...." Firman menjeda ucapannya. Aku mendongak, menatap matanya lekat. "Apalagi?" tanyaku memastikan."Ah sudahlah, Mbak tidak perlu tau." katanya. Aku menautkan alis. "Apa Firman? Jangan membuat Mbak penasaran?!""Bukankah aku sudah pernah memberitahumu, bahwa—aku

    Last Updated : 2024-03-20
  • TERGODA IPAR   Memaafkan

    Firman mendekat ke arahku. "Mbak. Apa kau butuh sesuatu? Kenapa wajahmu terlihat sendu?""Aku ingin pulang."Wajah Firman yang semula tersenyum berubah datar, "Pu—pulang?" tanya-nya. "Kenapa berubah pikiran, Mbak? Apa ada sesuatu yang membuat Mbak Winda nggak nyaman?" Aku menggeleng. "Tidak ada.""Lalu kenapa? Bukankah tadi Mbak memintaku untuk tidak memberitahukan keberadaan mu pada siapapun, termasuk Kak Hendra?" Firman menelisikku.Aku menunduk, "Tidak ada apa-apa, Mbak tidak ingin seperti ini terus. Mas Hendra harus bisa memutuskan kelanjutan tentang hubungan ini kedepannya mau seperti apa?!""Mbak Winda tak perlu khawatir, jika Kak Hendra tetap memilih wanita itu. Masih ada aku." ucapnya, tersenyum manis.Aku menatap Firman, mencari ketulusan di sana. Benarkah yang di ucapkannya. "Terimakasih,"Firman menghembuskan napas kasar. "Baiklah jika Mbak Winda ingin pulang, bersiap-siap lah. Aku akan mengurus sesuatu sebentar."Aku mengangguk.Firman keluar dari kamar hotel.***Kami pul

    Last Updated : 2024-03-21

Latest chapter

  • TERGODA IPAR   —SELESAI—

    Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu ... Aku dan anak-anak terus mencoba untuk menghibur Winda. Jangan sampai dia sedih dan terus memikirkan Farah. Ternyata, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Winda yang tadinya menangisi Farah setiap malam. Kini sedikit berkurang. Hari ini adalah hari jadi pernikahan kami yg ke 6 tahun, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku berencana mengajaknya liburan di bali sekaligus merayakan anniversary kami. Anak-anak sengaja kutitipkan pada Kak Santi selama aku liburan di bali.Kami sampai di resort Bali setelah sebelumnya naik pesawat selama 2 jam. Winda langsung merebahkan diri di kamar hotel. Aku tau dia pasti kelelahan.Setelah memasukan isi koper ke dalam lemari, aku langsung membuka tirai jendela. Terlihat deburan ombak yang sangat kencang di sertai dengan pemandangan yang sangat cantik. Aku sengaja memilih resort yang menghadap langsung dengan laut. Jadi, saat berdiri di jendela seperti yang kulakukan i

  • TERGODA IPAR   Mencoba Ikhlas

    “Bagaimana? Apa ada perkembangan?” itu suara Kak Santi. Aku segera menoleh ke arah nya. Kemudian menggeleng, “Belum, Winda masih belum sadar.” jawabku. Aku menatap ke arah ranjang di mana ada Winda yang tengah berbaring dengan luka perban di kepalanya. Kejadian dua hari yang lalu membuatnya tak berdaya di rumah sakit ini. “Anak-anak bagaimana, mereka sama siapa?” Aku menghela napas sejenak, “Bersama asisten rumah tangga kami.” “Kakak ke rumahmu ya, kasian keponakanku. Dua kali ibu mereka masuk rumah sakit.” Aku mengangguk,“Terima kasih, Kak.” “Ya sudah. Kakak pamit ingin menemui mereka. kamu jangan terus bersedih, doakan saja istrimu cepat pulih.“ “Oh iya, bagaimana dengan pelaku yang menyebabkan Winda begini?” “Aku sudah melaporkannya kepada pihak berwajib, biarkan mereka yang mengurusnya.” Kak Santi tersenyum, “Aku tau, adikku tau apa yang harus di lakukan.”

  • TERGODA IPAR   Tolong, panggilkan ambulans!

    POV Firman Aku baru saja sampai di kantor. Berbarengan dengan aku masuk ke dalam loby, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Aku segera mengangkatnya karena itu berasa dari rumah. Aku sangat takut terjadi sesuatu di rumah. Apalagi itu menyangkut Winda. Kondisi nya masih belum stabil. “Halo, Bibik. Ada apa?” “Halo, Pak. Ibu ... Ibu ....” “Ada apa? Bicara yang jelas?! Winda kenapa?” bertubi-tubi pertanyaan kulontarkan, aku benar-benar merasa khawatir. “Ada apa dengan Winda?” “Tadi Ibu pamit keluar sebentar katanya, dia membawa tas.” Ah, aku meraup wajah kasar. “Sudah kuduga, dia pasti akan berpergian. Harusnya aku tetap di rumah.” Aku menyesal. Kupikir memang benar Winda hanya per

  • TERGODA IPAR   Tas biru

    Pagi hari .... Firman membuka matanya perlahan. Kepala yang semalam terasa berat, kini menghilang perlahan. Meskipun dia demam tinggi semalam, tapi dia ingat semalam Winda mengompres dirinya. Firman pikir Winda percaya pada ucapan seseorang yang mengatakan dirinya adalah penyebab kematian Hendra—kakaknya sendiri. Ternyata wanita itu masih perduli padanya. Firman mengulum senyum. Dia menoleh ke samping. Kosong! Winda tidak ada di sana. Entah semalam istrinya itu tidur di mana dia tidak tau. Sebab, setelah minum obat matanya terasa berat. Dia tertidur dan baru bangun sekarang. Firman menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia harus segera pergi ke kantor. Hari ini ada jadwal meeting pagi. Sebagai manager yang disiplin tentu saja Firman tidak ingin telat. Meskipun tubunya masih terasa tidak enak. Namun, semangatnya tidak berkurang sedikitpun. Ada wajah Fira dan Farhan, yang menjadi semangatnya ketika rasa malas itu datang. D

  • TERGODA IPAR   Merasa Khawatir

    Setelah itu Winda mendekat ke arah Firman duduk di sampingnya, dia menatap muka wajah yang tengah terlelap. Wajah yang sangat teduh, tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat menatapnya. Winda menyentuh dadanya sendiri. Deg Deg Deg!Benar, jantungnya berdebar-debar. Padahal Firman Tengah tertidur.“Perasaan apa ini? Apakah aku jatuh cinta pada Firman?”“Ah, sudahlah. Jika memang iya, bukankah tidak apa-apa. Toh, dia suamiku.” Winda mengulum senyum.Senyum di wajah Winda pudar saat melihat bibir Firman bergetar.“A—aku tidak melakukan apapun, Win. Tidak ...” gumam Firman dengan mata yang masih terpejam.Winda langsung menyentuh keningnya.“Sshh, panas!”“Ternyata Firman demam, pantas saja dia tidak turun untuk makan malam.”Winda segera bangun dari ranjang. Kemudian keluar dari kamar. Dia mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke dalam kamar. Sambil membawa bak berisi air hangat dan juga

  • TERGODA IPAR   Berdebat

    Firman pulang setengah jam kemudian. Setelah menyelesaikan permasalahannya di kantor. Dia segera memarkirkan mobilnya ke garasi. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan kabar dari asisten rumah tangganya bahwa Winda sudah pulang.Dengan tergesa dia segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Winda tengah duduk di sofa, dengan tangan bersedekap dada. Pandangannya tajam lurus ke depan.Firman tersenyum kemudian berjalan perlahan ke arah nya.“Sayang kamu dari mana saja,” ujarnya saat sudah dekat. Firman duduk di samping Winda. Jarak di antara mereka hanya satu jengkal saja.Winda melirik tajam ke arah Firman. Pria di sampingnya tanpa aba-aba langsung merangkul pundak nya.“Sejak tadi aku mencarimu. Kamu membuatku khawatir, tapi syukurlah kamu sudah pulang.”“Sayang ...”“Berhenti memanggilku dengan sebutan sayang, Firman!” Winda menepis kasar tangan Firman.“Ka—kamu kenapa?”“Aku sudah tau apa yang telah kamu lakukan

  • TERGODA IPAR   Winda menghilang

    Pintu ruangan terbuka membuat keduanya terkejut. Delia dan Firman menoleh ke arah sumber suara.Terlihat seorang Office boy datang membawa ember dan kain pel. Dia terkejut melihat Firman yang sedang berada di sana. Berdebat dengan seorang wanita. Wanita yang tentu saja bukan pegawai di sana.“Ma—maaf, Pak. Saya kira bapak tidak masuk hari ini. Sebelumnya saya di tugaskan untuk membersihkan ruangan bapak.” ujar sang office boy dengan wajah menunduk, takut. Dia takut di pecat karena kelancangannya ini.Namun, Firman malah bersyukur. Adanya dia di sana akan membebaskan dirinya dari Delia. Wanita tidak war4s yang ingin menjadi madunya.“Tidak apa-apa, masuk lah. Kau juga tidak lama kan?”“I—iya, Pak.”Delia menghela napas. Dia membuang pandangan ke arah lain. Kedatangan Office boy di sana mengganggu saja.Firman menatap ke arah Delia kembali. Terlihat wajah wanita itu seperti kesal.“Delia, pergilah. Aku harus bekerja.” pinta Firman. “Firman, ku mohon ... Jadikan aku istri keduamu.”“A

  • TERGODA IPAR   Ingin mengulanginya lagi

    “Ya, aku percaya, sangat percaya padamu sayang.” bisik Firman dengan lembut. Membuat darah Winda berdesir.Firman mendekat, menaruh dagunya di bahu Winda. Membuat wanita itu menjadi gugup. Firman menghirup aroma shampoo yang di pakai Winda. Selalu manis, sama seperti awal mereka dekat. Shampoo beraroma strawberry yang membuat Firman jadi bertekuk lutut padanya.“Fi—Firman ....” suara Winda terdengar lirih. Dia bertopang pada sisi lemari. Selimut yang melekat di tubuh Firman jatuh sehingga belalai itu langsung menyentuh paha Winda yang mu lus. Berdiri tegak begitu gagahnya. Napas Winda memburu saat Firman mencium tengkuknya.“Firman, a—aku ....” Winda tergagap.“Sudhalah, semalam kamu sangat menikmatinya.”Ya, memang Winda akui semalam dia sangat menikmati permainan Firman di atas r@njang. Tapi bukan itu yang ingin dia sampaikan tadi.Winda bergeming menatap ke arah lain. Firman memeluknya dengan erat. Setidaknya Winda hanya lupa, bukan menolaknya.“Ayolah sayang, kita ulangi permainan

  • TERGODA IPAR   Terbakar gairah

    Delia tertawa sambil memainkan laptop, “Lihat Firman. Aku kurang paham yang bagian ini. Apa kamu bisa mengajariku dan apa ada saran lain darimu?” Delia terus bicara. Sedangkan Firman hanya fokus pada bibirnya.Suasana semakin terasa panas, Firman mulai melepas jaz kerjanya. Lalu membuka dua kancing bagian depan untuk mengurangi rasa panas di tu buhnya.“Firman hei, kau kenapa?” Delia menyentuh pahanya. Membuat Firman terhenyak sesuatu di bawah sana semakin tak bisa di kendalikan. Sentuhan itu kini semakin terasa. Firman menghembuskan napas kasar, ia menginginkan hal lebih dari ini.Melihat Firman yang gelisah, dengan deru napas nya yang tidak beraturan, membuat Delia tersenyum. Rencananya telah berhasil.“Apa kamu merasa gerah, sama aku juga. Sepertinya akan datang hujan.” Delia melepas blazer yang ia kenakan sejak tadi memperlihatkan bahunya yang mulus.Firman yang terbakar gairah. Mulai tak tenang, ada sesuatu yang harus dia tuntaskan.Ia segera bangun dari sofa. Namun matanya masi

DMCA.com Protection Status