"Anisa itu religius, mana mungkin merebut suami orang, kalaupun suami kamu akhirnya tertarik dengan Anisa itu karena kamu yang kurang becus di mata suami kamu, Clara!" Perkataan mertua Clara ketika Clara merasa pertemanan antara Bagaskara Mahendra suaminya dengan Anisa Mutiara terasa mencurigakan. Terlihat alim, santun, dan berpakaian tertutup, membuat semua orang yakin Anisa bukan setannya, dan label setan itu diberikan keluarga suaminya pada Clara Citra Cassandra yang seorang model dan tidak tertutup penampilannya seperti Anisa. Ketika tiba-tiba saja Anisa hamil dan meminta pertanggungjawaban Bagas, suami Clara, siapa yang harus disalahkan?
Lihat lebih banyak"Bagas, kamu bilang kamu sakit, jadi enggak bisa jemput aku pulang kerja, tapi kenapa kamu pergi dengan Anisa?"
Clara dibuat sangat terkejut, ketika ia memergoki suaminya bersama dengan Anisa, sedang di sebuah pusat perbelanjaan. Apalagi, Anisa adalah seorang perempuan berpakaian syar'i, tentu harusnya segan bepergian dengan suami orang meskipun Clara tahu suaminya dengan perempuan itu berteman. Akan tetapi, bukankah aturan agama tidak mengenal teman atau sebagainya? Apapun alasannya, tetap saja mereka bukan mahram. Namun, mengapa Anisa terlihat begitu menikmati ketika bersama suaminya? Mungkin, mereka bertemu enggak sengaja, jadi berbincang karena mereka teman, bukan pergi secara sengaja.... Hati Clara bicara, berusaha untuk menghibur diri karena entah kenapa pemandangan itu membuat perasaannya jadi bercampur aduk. Dan Clara tidak bisa membantah jika sekarang ia cemburu.... Sementara itu, dipergoki sang istri tengah bersama dengan Anisa membuat Bagas terlihat sedikit gugup. Bagas berusaha untuk menguasai diri dan perasaannya, agar Clara tidak curiga macam-macam setelah melihat dirinya bersama dengan Anisa. "Iya. Aku lagi cari buah untuk mama, kebetulan ketemu dengan Anisa di sini jadi kami mengobrol terus kamu dateng!" katanya pada Clara, sambil menatap ke arah Anisa dengan tatapan mata mengandung isyarat. Melihat arti tatapan mata Bagas, Anisa menatap ke arah Clara seolah menikmati raut wajah Clara yang diselimuti aura cemburu. "Bagas itu sakit, Mbak. Terus, aku lagi di rumah kalian, karena ibu lagi pengen sesuatu, aku yang belanja, enggak mungkin Bagas, dong, yang belanja, aku cuma bantu." Anisa angkat bicara, dan Bagas mendelik ke arah perempuan itu karena tidak patuh dengan isyarat mata yang ia berikan padanya tadi. "Kamu tadi di rumah kami?" tanya Clara pada Anisa. "Iya. Cuma berkunjung, aku mau tahu kabar kalian, aku enggak tahu kalau kamu kerja." Mendengar jawaban yang diberikan oleh Anisa, Clara langsung menarik tangan suaminya untuk bergegas mengikutinya sedikit menjauh dari posisi Anisa berdiri. "Kamu kenapa bohong sama aku? Kamu bilang, kamu dan dia ketemu di sini, tapi ternyata sengaja pergi dari rumah, kenapa kamu bohong, Yank!" cecar Clara. "Clara, santai. Kamu itu kenapa? Aku dan Anisa temenan, lho. Kamu tahu itu, enggak masalah dong pergi bersama, kami juga cuma belanja, itu juga mama yang mau sesuatu." Bagas berusaha untuk menormalisasikan situasi kondisi, dan Clara tidak suka mendengar ucapan itu dilontarkan oleh Bagas. "Tapi kamu enggak mau jemput aku, Bagas. Kamu bilang enggak bisa bawa motor, karena sakit, kenapa sekarang kamu malah pergi sama Anisa? Kalian satu motor berdua, kan?" "Aku enggak tahu kalau mama pengen sesuatu, aku sebenarnya malas keluar, gemetaran aku bawa motor, tapi masa aku minta Anisa buat belanja? Enggak enak, lah aku!" "Kan, kamu bisa pesen sama aku? Aku yang beliin, aku juga mau pulang, kan?" "Sayang, sudahlah. Ini hal sepele, Anisa itu religius, enggak wajar kamu kalau cemburu sama dia!" Bagas memegang kedua pundak istrinya sambil mengucapkan kalimat tersebut pada sang istri. Sementara itu, Anisa memperhatikan mereka dari tempatnya seolah tidak suka melihat Bagas memegang pundak Clara seperti itu. "Hal sepele tapi bikin aku enggak suka, Bagas. Kamu tadi itu bohong, lho, kalau Anisa enggak ngomong, mungkin selamanya kamu akan bilang ketemu secara kebetulan, iya, kan?" "Aku bohong karena aku tahu kamu capek, kamu pasti enggak mau mendengar sesuatu yang mungkin kamu itu enggak suka, padahal itu wajar." "Jangan suka mewajarkan sesuatu yang kelihatannya wajar, Gas, itu akan jadi bom waktu yang bisa memicu pertengkaran!" "Lho, wajar, kan? Aku dan Anisa itu teman, wajar kami pergi bersama, aku juga enggak gandeng dia, kan? Kamu harusnya enggak perlu cemburu!" Setelah bicara seperti itu pada Clara, Bagas langsung meninggalkan Clara dan melangkah menghampiri Anisa, khawatir perempuan itu terlalu lama menunggu lantaran ia dan Clara berdebat. "Istri kamu cemburu?" tanyanya pada Bagas sambil menatap Clara sesaat yang juga melakukan hal yang sama dari tempatnya berdiri. "Enggak, dia cuma kecapekan jadi mikir macam-macam, kita mau lanjut belanja?" "Heeem, aku jadi enggak enak sama dia." "Enggak papa, aku sudah menjelaskan sama dia, ini karena ibuku yang lagi kangen sama kamu." "Bener, enggak papa?" "Enggak papa." Anisa tersenyum penuh arti, lalu meminta Bagas untuk mendekati rak beberapa bumbu, hingga Clara mau tidak mau menyusul, tidak mau melihat Bagas seolah mendampingi istri yang sedang belanja. Pengetahuan agamaku memang enggak terlalu banyak, tapi bukankah perempuan yang menutup aurat kayak Anisa ini anti bepergian dengan suami orang, meskipun dia dan Bagas teman, tetap aja enggak boleh, kan? Hati Clara bicara, sambil memperhatikan Anisa dan Bagas yang ada di hadapannya, meskipun keberadaannya seolah tersingkir karena Anisa terus bicara banyak tentang perbumbuan yang akan dibeli. Anisa benar-benar banyak belanja barang dan Clara berpikir mungkin perempuan itu sekalian lantaran sedang berada di pusat perbelanjaan hingga Clara tidak mempermasalahkan hal itu. Sesekali, ia berdehem karena merasa kedekatan mereka sangat mengganggunya, sebab, kesannya terlalu akrab dan dekat padahal sekali lagi Clara menegaskan, bukankah atas dasar alasan apapun, seorang perempuan yang menutup aurat lebih paham bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan? Sampai kemudian, Clara yang sepanjang waktu belanja berusaha untuk menahan diri untuk tidak banyak bertanya, meskipun beberapa kali ia memergoki Anisa mencuri pandang suaminya tersebut. "Sayang, kamu enggak papa, kan, pulang pake ojol aja?" Ketika mereka sudah keluar dari pusat perbelanjaan, Bagas bicara seperti itu pada Clara dan tentu saja Clara terkejut. Ia mengira, saat pulang, Bagas akan menganjurkan dirinya ikut dengan sang suami, dan Anisa yang diminta memakai angkot atau semacamnya, tapi dugaan Clara justru meleset. "Kamu enggak salah? Aku kamu minta pulang pake ojol? Kan, ada kamu, kamu bawa motor, kan?" protes Clara, merasa was-was jika ternyata, Bagas justru memilih untuk bersama Anisa sementara ia diminta pulang memakai ojek online. Meskipun tadinya ia memang memakai jasa ojek online, tapi karena ia memergoki Bagas dan Anisa sedang bersama, Clara akhirnya memutuskan untuk pulang dengan suaminya saja tidak perlu memesan ojek online lagi setelah tadi diantar dari studio pemotretan sampai ke pusat perbelanjaan. Mendengar aksi protes yang dilakukan oleh Clara, Bagas yang sudah menebak itu akan dilakukan oleh sang istri, lekas memegang kedua tangan istrinya dan menggenggam telapak tangan itu dengan erat. Lagi-lagi, apa yang dilakukan oleh Bagas diperhatikan oleh Anisa, dan perempuan itu lekas memalingkan wajahnya seolah tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Bagas pada istrinya tersebut. "Anisa itu berpakaian tertutup, tidak memakai celana seperti kamu, gerakannya tidak bisa sergap, kalau ada apa-apa, aku yang enggak enak, sedangkan kamu, kamu sudah terbiasa pake angkutan umum." Clara mengangkat wajahnya dan menatap wajah suaminya pertanda ia tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Bagas tadi padanya. "Terus, kalau aku pake celana, aku dijamin enggak akan kenapa-kenapa? Kamu enggak merasa khawatir sama keselamatan aku, istri kamu sendiri?""Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia
Melihat hal itu, perempuan paruh baya yang pernah bekerja di rumah Sean itu sudah paham lewat apa yang ia lihat pada sikap Sean ketika usai membantu Clara meminum obat untuk meredakan pengaruh obat perangsang di tubuh istri Bagas tersebut.Sean menganggap perempuan yang disebutnya teman itu penting, dan itu membuat sang mantan pelayan tersenyum.Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Sean yang terduduk begitu saja di lantai ketika ia mundur saat selesai membantu Clara meminum obat tradisional yang dibuat mantan pelayan di rumahnya tersebut."Sudah terminum, insya Allah pengaruhnya akan hilang perlahan-lahan tapi tidak secara keseluruhan," katanya pada Sean dan Sean mengerutkan keningnya.Ia mendongak dan perlahan sang mantan pelayan duduk di hadapan Sean, karena ia tidak nyaman dan merasa tidak sopan jika harus berdiri sementara Sean duduk di lantai kamar rumahnya seperti itu."Maksudnya, tidak keseluruhan itu, Bibi mau bilang dia masih di bawah pengaruh obat kemungkinan besar?" ta
Degup jantungnya mulai berpacu tidak beraturan, hingga Sean merasa kesulitan untuk menahan Clara maupun menahan dirinya sendiri untuk tidak terpancing gairah. "Bantu aku, rasanya panas sekali, ini sangat menyiksaku," celoteh Clara dengan tatapan mata sayu pada Sean dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat hingga napas mereka menyapa wajah mereka satu sama lain.Sean menatap Clara yang saat itu setengah tidak sadar dengan siapa sekarang ia bersikap agresif. "Clara, kau tahu aku siapa? Aku bukan suamimu, jadi aku tidak bisa membantumu untuk melepaskan pengaruh obat perangsang itu."Sean bicara dengan suara perlahan disela deru napasnya yang memburu ketika Clara mendesaknya yang berusaha ingin menstater mobilnya untuk membawa Clara pergi.Namun, karena kesulitan untuk menahan Clara yang dibawah pengaruh obat perangsang, Sean tidak bisa melakukan niatnya yang ingin membawa Clara pergi lantaran ia khawatir tidak bisa menyetir dengan baik dalam situasi kondisi seperti itu.Mendengar ap
Ketika Pak Christ mulai menyentuh tepi tempat tidur untuk ikut naik ke atasnya di mana Clara di sana kesulitan untuk menahan diri agar tidak membuka pakaiannya lantaran pengaruh obat perangsang yang diminumnya, tiba-tiba saja....Brak!Pintu kamar dibuka dari luar dengan keras dan terdengar suara teriakan seseorang memanggil Pak Christ dengan sebutan papi hingga Pak Christ yang sudah membuka pakaian atasnya terkejut lalu ia berbalik dan wajahnya berubah melihat anak sulungnya, Carli bersama dengan pria yang pernah menggagalkan aksinya untuk menyentuh Clara dua kali menerobos masuk kamar dengan wajah yang juga sama terkejutnya seperti dirinya. Carli terlihat sangat marah melihat ayahnya yang buru-buru meraih pakaiannya yang teronggok di lantai lalu memakainya tergesa-gesa."Papi selingkuh dengan model ini?" tanya Carli sambil menunjuk Clara di mana saat itu Sean langsung mendekati sisi tempat tidur dan membenahi pakaian Clara agar perempuan itu tidak menanggalkan pakaiannya keseluruha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen