Share

MERASA TERSISIHKAN....

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 18:30:58

Clara semakin tersudut mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu mertua. Jemari tangannya sampai bertaut tiada henti, gelisah menyelimuti hatinya.

Andai yang bicara bukan ibu mertuanya, tentu saja Clara membalas ucapan sinis itu dengan perkataan yang sinis pula. Namun, karena yang bicara adalah ibunya Bagas, Clara tidak bisa melakukan hal itu seenaknya.

Meskipun tidak se-religus Anisa, Clara masih paham sikap sebagai istri dan menantu yang baik, yang berbeda antara ia dan Anisa hanya satu, penampilannya saja yang belum bisa syar'i seperti Anisa.

"Biasanya, kalau aku pulang, aku menyetrika baju Bagas yang akan dipake besok untuk kerja, dan-"

"Apa tugas seorang istri itu hanya menyeterika pakaian? Bagaimana dengan yang lainnya? Bagas kelelahan pulang kerja, kamu pijitin tidak?"

"Aku-"

"Clara, Mama itu sudah bersabar lama melihat situasi pernikahan kalian yang seperti ini, harus ada perubahan, sudah penampilan kamu tidak tertutup, masih juga kamu lalai dengan tugas kamu sebagai istri, pernikahan seperti apa yang kalian lakukan sekarang?"

Clara yang tadinya ingin mengakhiri perdebatan jadi mengurungkan niatnya ketika sang ibu mertua justru semakin memojokkan dirinya, hingga....

"Ma, aku sudah bilang, situasi seperti ini juga bukan kemauan aku, Mama tahu sendiri perusahaan Bagas sedang perlu dana yang banyak untuk bisa stabil, aku cuma mau bantu, jadi aku minta maaf jika aku mengecewakan Mama untuk sekarang. Aku juga sudah bilang sama Nina, asistenku untuk tidak menerima tawaran yang aneh-aneh, jadi tolong Mama sabar dulu."

"Selalu kalimat itu yang kamu pakai untuk membenarkan tindakan kamu, bosan mendengarnya, mau sampai kapan aku melihat anakku punya istri seperti kamu?"

Setelah bicara seperti itu pada Clara, Berlina, ibu mertua Clara berlalu dari hadapan Clara meninggalkan Clara yang hanya bisa menatapnya dengan perasaan sesak.

***

Clara pulang cepat hari ini. Sebenarnya, bukan karena ia pulang lebih awal, tapi karena ia berusaha untuk pulang lebih cepat agar Bagas dan ibu mertuanya tidak lagi mempermasalahkan dirinya yang tidak mengurus suami seperti yang sudah-sudah.

Wanita berambut panjang tersebut membayangkan raut gembira akan diberikan oleh suami dan mertuanya jika ia mengusahakan untuk pulang cepat.

Namun, saat turun dari taksi, dan masuk ke dalam rumah, Clara dibuat terkejut karena ia melihat ada Anisa di ruang tamu sedang bercanda dengan ibu mertuanya dan juga Bagas.

Jemari tangan Clara mencengkram erat ujung pakaiannya menahan perasaan sesak yang tiba-tiba datang karena pemandangan seperti itu justru tidak pernah ia alami selama ia menikah dengan Bagas.

"Eh, Clara. Tumben kamu pulang sore? Mama pikir kamu pulang tengah malam lagi, jadi Mama minta bantuan Anisa untuk menemani Mama masak untuk Bagas."

Ibu mertua Clara yang pertama kali menyapa Clara. Hingga Clara berusaha untuk menahan perasaan sesaknya karena biar bagaimanapun, Anisa adalah tamu.

Anisa bangkit dan melangkah mendekati Clara lalu mengulurkan tangannya ke arah Clara.

Dengan ragu, Clara menyambut uluran tangan Anisa dan membiarkan Anisa mencium pipi kiri dan kanannya.

"Apa kabar, Ara. Tambah cantik saja kamu, masya Allah, baru pulang kerja?"

Anisa memuji Clara, tapi entah kenapa, Clara tidak merasa senang mendengar pujian tersebut karena kesannya terlalu dipaksakan.

"Aku baik."

Clara menyahut singkat sambil memberikan senyuman tipis pada Anisa. Anisa kembali duduk, dan Clara merasa canggung untuk bersikap, antara bergabung atau tidak.

Akhirnya, Clara memutuskan untuk bergabung, sekedar menghargai Anisa sebagai tamu, dan ia istri tuan rumah. Namun yang ada, Clara seperti tersisih. Selama berbincang, Bagas dan ibu mertuanya sama sekali tidak pernah memberikan kesempatan dirinya ikut bicara.

Clara dibiarkan menjadi pendengar saja, sampai akhirnya, Clara memutuskan untuk masuk kamar dengan alasan ingin mandi karena sebentar lagi magrib.

Di kamar, Clara masih mendengar suara senda gurau Bagas dan ibu mertuanya bersama Anisa, sampai akhirnya, ia melihat Bagas mengantarkan Anisa pulang, dan ini membuat Clara tidak terima.

Ia meraih ponselnya dan menulis pesan pada Nina, asisten pribadinya sekaligus sahabatnya.

[Nin, muslimah itu boleh enggak sih, dianter pulang suami orang?]

Pesan Clara terkirim dan langsung dibaca oleh Nina.

[Maksud kamu, perempuan yang menutup dirinya dengan pakaian tertutup? Terus boleh enggak dibonceng suami orang?]

Nina tidak paham dengan isi pertanyaan Clara, hingga Clara jadi mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal itu lebih lanjut, khawatir Nina tahu yang sedang mereka bicarakan adalah suaminya.

[Sudahlah. Aku tadi cuma iseng, aku mandi dulu]

Nina mengerutkan keningnya membaca pesan Clara yang semakin aneh. Ia melihat Clara tidak lagi online, tapi Nina tetap mengirim pesan balasan.

[Yang kita bicarakan siapa? Bagas? Dia nganter Anisa pulang? Atau dia jemput Anisa? Bagas izin sama kamu, enggak? Situasinya kritis, enggak? Misalnya Anisa lagi sakit terus Bagas cuma mau nolongin?]

Awalnya, Clara tidak mau membuka pesan dari Nina karena ia tadi sudah memberikan alasan bahwa ia ingin mandi, namun, notifikasi pesan Nina membuat ia ingin membuka pesan tersebut, hingga Clara terdiam ketika tebakan Nina lagi-lagi tepat sasaran.

"Kalo aku ngomong, Bagas nganter Anisa, apa kata Nina? Aku enggak mau Bagas buruk di mata Nina...."

Clara bicara pada dirinya sendiri, dan ia mengetik pesan balasan pada sahabatnya tersebut.

[Bukan Bagas, aku cuma nanya aja, enggak papa, enggak usah dijadikan pikiran. Aku mandi dulu, ya?]

Nina tidak percaya Clara baik-baik saja meskipun isi pesan Clara meyakinkan dirinya bahwa perempuan itu baik-baik saja.

Walaupun ia akhirnya patuh tidak lagi mengirim pesan berisi pertanyaan pada Clara, namun, Nina bertekad ingin mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya tersebut.

Sementara itu, Clara bukannya langsung mandi seperti yang dikatakannya pada Nina. Perempuan itu berusaha untuk menahan diri untuk tidak menangis karena entah kenapa rasanya hatinya menjadi perih.

Mengapa Bagas tidak minta izin dirinya dulu untuk mengantarkan Anisa? Apakah suaminya itu juga menjemput Anisa lalu Anisa dibawa ke rumah mereka saat ia masih bekerja? Ini bukan yang pertama kalinya, dan ia heran mengapa hal itu kerap terulang.

Sudah sejak kapan Anisa ada di rumahnya sampai bisa masak bersama dengan ibu mertuanya?

Perasaan Clara benar-benar sangat hancur sekarang.

Ketika Clara larut dalam perasaan sesaknya, pintu kamar terbuka, dan Bagas masuk seperti tidak sedang melakukan kesalahan apapun pada istrinya.

Ini membuat Clara merasa harus mengajak Bagas bicara. Wanita itu bangkit dari atas tempat tidur mereka, dan melangkah ke arah suaminya yang melepas pakaiannya seperti ingin mandi.

"Kenapa harus kamu yang nganterin Anisa? Apa saat dia ke sini, kamu juga yang jemput dia?" tanya Clara berusaha bicara tanpa meninggikan suara dan pertanyaannya membuat Bagas memandangnya dengan tatapan mata tidak suka.

"Kenapa memangnya? Kamu keberatan dan cemburu lagi, aku mengantar jemput Anisa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    MEMBERI PERINGATAN!

    "Aku istri kamu, Bagas. Harusnya, kamu izin aku dulu saat ingin mengantarkan dia!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Clara, Bagas tersenyum miring. Ia melangkahkan kakinya mendekati sang istri dan ia melipat kedua tangannya di dada. "Izin? Jadi, sekarang kamu mempermasalahkan soal izin?" tanyanya dengan nada suara yang datar. "Apa aku salah? Bukankah suami istri itu harus seperti itu?" "Lalu, apakah kamu juga minta izin saat berpose dengan model pria teman kamu itu?" "Astaghfirullah, Bagas, sudah aku katakan berulang kali, aku enggak pernah berpose kelewatan sama model pria, kami hanya berdiri bersisian, enggak mesra sama sekali!" "Bagiku itu mesra! Bagi kamu yang tidak ada batasan, memang itu hal biasa, tapi aku tidak! Aku tidak suka!" "Tapi ini sudah pernah kita bahas sebelumnya, kan, aku kembali jadi model juga untuk kamu, buat bantu kamu menopang kebutuhan kita!" "Kamu bisa kan, terima job tanpa model pria? Bisa, kan berfoto sendirian atau sama model perempuan? Gitu aja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    TAMPARAN DARI SUAMI!

    Mendengar apa yang dikatakan oleh Anisa, telapak tangan Clara mengepal, tapi lagi-lagi, Clara berusaha untuk menahan diri untuk tidak marah meskipun sekarang ucapan Anisa benar-benar membuat emosinya terpancing. "Bagaimana bisa kamu mengatakan aku tidak becus menjadi istri Bagas? Tidak becus darimana?" katanya dengan nada suara yang datar tapi dengan sorot mata yang tegas. "Suami kamu sakit, kamu enggak urus dia, mertua kamu lapar kamu enggak berusaha untuk membuatkan beliau makanan yang dia sukai, apa aku harus membeberkan satu persatu agar Mbak Clara paham dengan kesalahan sendiri?" "Siapa yang bicara seperti itu pada kamu? Mertuaku?" "Enggak perlu bertanya aku tahu darimana, tapi itu benar, kan? Mbak, aku itu enggak salah, kalau Mbak Clara merasa keberatan dengan apa yang aku lakukan, Mbak ngomong sama mertua Mbak, jangan sama aku!" Anisa benar-benar pergi setelah bicara seperti itu pada Clara. Meninggalkan Clara yang hanya bisa terduduk lemas di salah satu bangku taman, mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    KEMBALI MEMERGOKI

    "Perusahaan kamu perlu dana yang banyak untuk bisa stabil lagi, kan? Aku enggak bilang berpakaian tertutup enggak bisa cari uang, tapi untuk job pakaian muslim itu enggak pernah aku dapatkan, Bagas!" "Itu karena sikap kamu yang tidak mencerminkan perempuan muslimah, jadi job seperti itu tidak pernah kamu dapatkan! Banyak model pakaian muslim, mereka dapat uang banyak, tapi tidak menjual tubuh seperti kamu!!" Suara Bagas benar-benar meninggi ketika ia mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Clara. Setelah bicara demikian, ia langsung keluar kamar dan membanting pintunya dengan keras hingga Clara hanya menutup telinganya mendengar suara pintu yang dibanting seperti itu. Clara terduduk lemas di lantai kamarnya. Air mata yang sedari tadi hanya menggenang kini perlahan turun ke pipinya dan tidak bisa dikendalikan lagi olehnya. Clara menangis.... *** Setelah pertengkaran yang terjadi malam itu, sikap Bagas pada Clara jadi dingin. Ini membuat sang ibu mertua jadi tahu, bahwa an

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DITAMPAR IBU MERTUA!

    Anisa berteriak, karena kuah sup jagung yang ia masak mengenai kakinya dan itu membuat Bagas langsung mendekati perempuan tersebut lalu berjongkok untuk memeriksa kaki Anisa. Awalnya, Clara mengira Anisa akan menolak apa yang akan dilakukan oleh Bagas pada kakinya, sebab, bukankah seorang wanita yang menutup aurat seperti Anisa tidak akan membiarkan pria yang bukan mahram menyentuhnya?Namun, dugaan Clara meleset. Anisa membiarkan saja Bagas yang menyentuh kakinya yang tersiram kuah sup jagung tersebut, seolah-olah sengaja memperlihatkan pada Clara bahwa suami Clara peduli padanya. "Jangan sentuh!" seru Clara ketika Bagas semakin intens menyentuh kaki Anisa yang tersiram.Clara buru-buru mendekati posisi Anisa berdiri, dan ia berjongkok sambil menepis tangan suaminya yang memegang kaki Anisa. Akan tetapi, ketika telapak tangan Clara ingin menyentuh kaki Anisa yang tersiram sup jagung yang ia masak, Anisa membuat pergerakan hingga tangan Clara menangkap angin.Keributan di dapur mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SIAPA ISTRI KAMU?

    Sembari bicara demikian pada Clara, salah satu tangan Bagas terangkat seperti ingin menampar pipi Clara. Membuat Clara terdiam seketika karena terkejut sang suami belakangan ini sering main tangan jika bertengkar dengannya apalagi jika sudah berkaitan dengan Anisa.Akhirnya, Clara pasrah membiarkan suaminya untuk mengantarkan Anisa ke rumah sakit, setelah dengan sangat terpaksa, ia memberikan uang pada Bagas sebagai bentuk pertanggungjawaban lantaran ia membuat Anisa celaka seperti tadi.Ketika Clara larut dalam perasaan hancurnya, ponselnya berdering. Dengan gerakan lambat karena seolah tidak punya daya, Clara mengeluarkan benda itu dari dalam tasnya.Nina memanggil. Clara langsung menerima panggilan itu dengan perasaan bertanya-tanya. {Ra, kamu di mana?} Nina langsung melontarkan pertanyaan setelah panggilannya diterima oleh Clara. {Aku di rumah, kenapa?}{Pak Johan marah sama kamu, karena kamu enggak ikut rapat tadi}Nina segera mengatakan kenapa ia menelpon Clara. {Tapi kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ISTRI SAH DIANGGAP PELAKOR!

    Semua mata langsung tertuju pada Clara, dan Bagas sangat terkejut melihat istrinya sudah berdiri di belakangnya. "Maaf, jadi, siapa istrinya, Pak?" tanya suster itu yang jadi bingung karena pengakuan Clara. Ia memandang Clara dan Anisa bergantian untuk memastikan siapa sebenarnya istri pria yang diajaknya bicara. Untuk sesaat, Bagas jadi gugup. Gugup karena kebohongannya diketahui oleh Clara, tapi Bagas tipe pria yang tidak mau merubah keputusannya hingga ia meminta izin pada sang suster untuk memberinya waktu bicara pada Clara sejenak.Setelah suster memberinya izin, Bagas langsung menarik tangan Clara ke tempat yang sedikit jauh dari posisi Anisa yang dibimbingnya tadi untuk duduk saja di kursi tunggu.Sementara itu, sang suster terpaksa menunggu sejenak karena keterangan Bagas sangat penting untuk disampaikan pada dokter yang memintanya melakukan hal itu."Kamu itu gimana, sih? Aku itu cuma pura-pura! Anisa akan malu kalau dia diantar oleh pria yang bukan siapa-siapanya!" kata B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    NAFSU DALAM EMOSI

    Paras Bagas terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Ia tidak menyangka, perempuan itu bisa memiliki ide seperti itu, hingga Bagas menatap Anisa dengan tatapan mata yang tidak berkedip sedikitpun. Ditatap demikian oleh Bagas, membuat Anisa tersipu, tapi ia tidak mengurungkan niatnya untuk memperjelas apa yang ia katakan pada Bagas tadi."Kenapa? Kayaknya kamu kaget banget? Enggak suka?" katanya bertubi-tubi pada Bagas.Bagas tergagap. Ia mengusap wajahnya kasar, karena mendadak ia jadi bingung apa yang akan ia katakan di hadapan Anisa."Bukannya tidak suka, tapi, aku masih kurang paham, mengapa kamu mau direpotkan sama masalah aku dan Clara?" jawab Bagas masih sambil menatap Anisa yang masih tersipu di hadapannya."Aku teman kamu, wajar aku membantu kamu, emangnya siapa lagi yang bisa dekat sama ibu kamu selain aku?""Enggak ada! Enggak ada wanita lain yang disukai ibuku kecuali kamu. Dengan Clara saja, ibuku tidak begitu akur...."Perasaan senang menyelimuti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    BUKA PAKAIAN KAMU!

    Clara tidak paham apa yang sebenarnya di otak suaminya sekarang. Yang jelas, saat Bagas berusaha untuk membuka seluruh pakaiannya, ia mencegah karena tidak seperti biasanya, sang suami melakukan hal demikian disaat mereka sedang berdebat."Bagas! Sakit!!" teriak Clara, ketika dengan kasar, Bagas mencengkram tangannya yang berusaha untuk menghentikan aksi suaminya yang membabi buta membuka pakaian tidurnya."Sakit? Hatiku lebih sakit, Clara! Kamu tahu, aku tidak suka kamu berfoto dengan model pria, tapi kamu minta izin lagi padaku untuk masalah yang sama! Kamu sengaja bikin aku marah?!" Sambil bicara seperti itu pada Clara, Bagas naik ke atas tubuh sang istri sehingga kini, pergerakan istrinya tidak lagi sebebas saat sebelum ia melakukan hal itu. "Tapi, ini bukan kemauan aku, Gas, ini situasi yang maksa aku harus ngomong lagi sama kamu, aku juga enggak tau akhirnya jadi begini, tapi aku butuh solusi, kalau aku menolak gimana dengan denda itu?"Setengah mati, Clara menanggapi perkataa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    MULAI MASUK PERANGKAP?

    Sean melakukan apa yang diminta oleh Carli, mengikuti mobil yang dimaksud oleh Carli dengan kecepatan yang tinggi. "Gue tuh curiga sama bokap gue belakangan ini, dia kayak selingkuh gitu!" Carli bicara sambil terus memperhatikan mobil yang ia minta Sean untuk mengikuti."Mobil itu mobil bokap lu?" tanya Sean sambil melirik ke arah Carli untuk sesaat sebelum kembali fokus menyetir."Iya."Sean manggut-manggut, pertanda ia sudah paham apa yang dirasakan oleh Carli sekarang. Carli kayaknya yakin kalau ayahnya selingkuh, apa jangan-jangan perempuan yang jadi selingkuhan ayahnya itu Anisa?Hati Sean bicara, menebak-nebak apa yang sebenarnya sudah terjadi dalam keluarga Carli."Apa lu punya bukti kalau bokap lu selingkuh?" tanyanya pada pria anak sulung Pak Christ tersebut sambil terus mengikuti mobil yang dikendarai oleh ayahnya."Gue belum dapat bukti yang kuat sih, tapi gue yakin ada yang aneh dilakukan bokap gue belakangan ini, dan gue yakin itu membuat nyokap gue pergi lama dari rum

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SALING MENCARI CELAH

    "Clara bisa menuntut Bagas kalau sampai itu dilakukannya!" kata Sean tegas tapi Nina menggelengkan kepalanya perlahan seolah ucapan Sean itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan."Lalu bagaimana dengan karir Clara? Menuntut bisa, aku juga pernah mengatakan hal itu pada Clara, tapi kenyataannya, Clara tidak akan sanggup seluruh dunia tahu dia model seperti apa jika Bagas melakukan hal itu padanya!""Aku paham. Tapi, mau sampai kapan Clara bertahan dalam pernikahan yang seperti itu? Bagas akan sengaja menekan Clara dengan senjata yang ia miliki dan Clara akan semakin tersiksa.""Jadi, gimana? Apa yang harus dilakukan?""Memangnya, apa yang sudah diputuskan Clara sekarang?""Clara akan mencari video itu dan menghapusnya.""Itu sulit.""Benar, sampai sekarang pun, Clara tidak menemukannya."Sean terdiam sejenak. Wajah pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras hingga Nina sangat berharap, Sean mampu membantu Clara dengan cara apapun agar sahabatnya itu bisa terbebas dari bele

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    KELUH KESAH NINA

    "Tidak. Aku tidak bisa.""Kenapa?" tanya Fauzi dengan wajah yang terlihat penasaran dengan alasan Bagas tentang ia yang tidak sanggup untuk menjadi suami yang baik untuk dua istrinya sekarang."Karena aku tidak mencintai Anisa, Zi. Aku hanya mencintai, Clara.""Faktanya, cinta saja tidak cukup untuk menyelesaikan semua masalah kamu, kan?""Ketika Anisa melahirkan, aku akan mengakhiri semuanya.""Gas, anak kamu akan menanggung perpisahan orang tuanya, itu tidak mudah. Kasihan dia. Lebih baik, kamu berusaha untuk membuat para istri kamu rukun, itu adalah jalan keluar terbaik."Bagas menghembuskan napas tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Fauzi. Akan tetapi, untuk sekarang ia tidak bisa mengucapkan apapun lagi selain bungkam meskipun ia ingin sekali mendebat nasihat yang diucapkan oleh Fauzi, tapi Bagas sekarang sangat kacau hingga ia diam saja bergulat dengan pikirannya sendiri.Sementara itu, Nina yang sedang membantu Clara untuk merapikan penampilannya yang akan memulai pemotr

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SARAN DARI FAUZI

    Berlina membantah apa yang diucapkan oleh sang anak bungsu meskipun sebenarnya ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Bella sebab ia juga tidak pernah melihat Anisa mendirikan shalat selama usai menikah dengan Bagas, tapi ia masih berpikir, mungkin saja Anisa shalat di kamar dan tidak mungkin shalat juga harus memberitahukan segalanya pada orang lain apalagi mereka memiliki kamar sendiri-sendiri.Hanya saja, tidak dapat dipungkiri, Berlina sedikit heran juga, apakah benar Anisa shalat di kamar atau ternyata justru tidak sama sekali?"Lagian, Kak Anisa juga enggak seasik dulu. Aku pikir, kalau sudah menikah dengan Kak Bagas, dia bakal semakin baik sama aku, semakin royal sama aku, tapi ternyata dia justru jarang ngajak aku ke mana-mana lagi,"sambung Bella dan itu membuat Berlina menghela napas panjang kembali."Sabar. Dia sedang hamil. Orang hamil itu pasti sangat sensitif, daripada kamu terlalu banyak waktu luang, kenapa kamu tidak berusaha untuk cari kerja?"Bella membuang napas,

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    MULAI CURIGA....

    Bagas yang sudah kesal bertambah kesal ketika mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya hingga setelah ia mengucapkan kalimat itu pada sang ibu ia segera berlalu untuk berangkat ke kantor tanpa menghiraukan teriakan sang ibu yang merasa ia belum selesai bicara pada anaknya tersebut. Berlina akhirnya masuk ke dalam kamar di mana Anisa berada dan di sana ia melihat Anisa yang masih tidak berpakaian sedang duduk di atas tempat tidur hingga Berlina terkejut dan buru-buru mengunci pintu kamar itu agar Bella tidak ikut masuk dan melihat keadaan Anisa yang demikian. Sementara itu, meskipun ibu mertuanya melihat dirinya tanpa pakaian, Anisa tidak terlihat malu sama sekali, ia dengan santainya meraih bantal untuk menutupi bagian vital tubuhnya tanpa peduli bagian lain terlihat mata sang ibu mertua.Berlina benar-benar tidak menyangka Anisa bisa bersikap sesantai itu padanya dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu."Nisa, apa yang terjadi? Kamu dan Bagas bertengkar? Terus keadaan kamu ini apa

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    TERIAKAN ANISA!

    "Bagas!! Jaga ucapan kamu! Anisa itu religius! Dia juga sudah menjadi istri kamu, tidak mungkin melakukan hal serendah itu!" bentak sang ibu yang tidak suka mendengar Bagas bicara seperti tadi. "Sudahlah, aku mau kerja! Aku -""Antarkan dulu makanan ini buat Anisa, ingat, anak yang dikandung dia itu anak kamu, jadi kamu harus bisa menghargai itu, Bagas!"Bagas berdecak kesal karena sang ibu tetap memaksanya untuk melakukan hal yang ia sendiri tidak menyukai. Namun, karena sang ibu memaksa, terpaksa, Bagas melakukan juga apa yang diinginkan oleh ibunya meskipun setengah hati. "Jangan bikin dia sedih, ingat wanita hamil itu sangat sensitif!" pesan Berlina sebelum Bagas menghilang dari balik pintu kamar di mana Anisa berada.Bagas tidak menanggapi pesan yang diteriakkan oleh Berlina padanya. Pria itu masuk dan Anisa gembira melihat Bagas membawakan nampan yang di atasnya ada sepiring nasi goreng juga susu untuk ibu hamil.Nampan itu ia letakkan di atas meja di dekat tempat tidur. "Aku

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DIANGGAP MANDUL

    Untuk sesaat, Anisa terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ibu mertua. Ia tidak berani mengarahkan pandangannya pada ibu mertuanya khawatir wanita itu tahu apa yang dilakukannya dengan Pak Christ tadi malam."Aku sama Hasnah, Ma. Dia lagi banyak masalah jadi aku harus menemaninya."Akhirnya sebuah kebohongan diucapkan oleh Anisa, dan itu makin membuat Berlina menatap menantunya tanpa berkedip seolah ingin memastikan ucapan itu sebuah kebenaran atau bukan."Kalian di rumah ibumu?" tanyanya dengan nada yang datar. "Ya.""Aku pikir kalian kemana, sampai kamu sakit seperti ini, ternyata begitu. Kamu itu hamil, tidak boleh tidur larut."Suara Berlina jadi menurun pertanda perempuan itu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Anisa. Membuat Anisa jadi ingin mengadu pada perempuan tersebut jadinya."Ma. Bagas enggak pernah tidur sama aku."Gerakan Berlina yang ingin membuka gorden jendela kamar di mana Anisa berada terhenti saat mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Ani

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ANISA MENGELUARKAN DARAH!

    Namun jika ia mengamuk dan mengatakan bahwa ia marah dan murka, apakah itu akan membuat Pak Christ berhenti melakukan hal seenaknya itu padanya? Percuma. Anisa merasa percuma. Yang bisa dilakukannya hanya satu berusaha untuk kuat meskipun rasanya bagian bokongnya sangat perih dan ia benci dengan itu semua."Jawab, Nisa! Kau suka lewat depan atau belakang!"Suara memuakkan Pak Christ kembali terdengar dan satu pukulan mendarat di bokong Anisa yang masih polos karena perempuan itu belum memakai pakaiannya satu helai pun lantaran kepayahan setelah melayani nafsu liar Pak Christ.Anisa meringis. Hatinya kembali memaki, rasa sakit di bokongnya bercampur dengan rasa sakit akibat pukulan serampangan yang diberikan oleh Pak Christ tadi padanya. Membuat perempuan itu semakin sulit untuk bangkit."Aku tidak suka lewat belakang, Mas. Bukan karena itu dosa besar, tapi karena aku memang tidak suka!" jawab Anisa sebelum Pak Christ lagi-lagi memukulnya di bagian belakangnya seperti tadi. "Hemh! K

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    AIR MATA ANISA....

    Setelah bicara seperti itu pada Anisa, Pak Christ kembali membenamkan wajahnya di antara kedua paha Anisa. Anisa memejamkan mata. Awalnya perasaan muak dan jijik itu masih mendominasi hatinya ketika Pak Christ menyentuh miliknya di bawah sana dengan lidahnya. Hal yang tidak pernah dilakukan laki-laki itu selama mereka melakukan aktivitas terlarang tersebut, lantaran biasanya Pak Christ langsung memasukinya saja tanpa melakukan pemanasan sama sekali. Dan Anisa juga tidak berharap ia diberi foreplay segala oleh Pak Christ. Ia justru ingin aktivitas terlarang itu cepat berakhir karena dari wajah dan tubuhnya Pak Christ tidak menarik sama sekali bagi Anisa. Namun sekarang, perasaan muak dan jijik itu berubah menjadi perasaan menikmati. Anisa juga tidak habis pikir mengapa itu bisa terjadi, yang jelas sekarang ruangan itu ditingkahi dengan desahan kuat Anisa yang merasa nikmat karena Pak Christ menyentuh miliknya di bawah sana dengan lidahnya. Jemari tangan Anisa mencengkram erat perm

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status