Share

MERASA TERSISIHKAN....

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 18:30:58

Clara semakin tersudut mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu mertua. Jemari tangannya sampai bertaut tiada henti, gelisah menyelimuti hatinya.

Andai yang bicara bukan ibu mertuanya, tentu saja Clara membalas ucapan sinis itu dengan perkataan yang sinis pula. Namun, karena yang bicara adalah ibunya Bagas, Clara tidak bisa melakukan hal itu seenaknya.

Meskipun tidak se-religus Anisa, Clara masih paham sikap sebagai istri dan menantu yang baik, yang berbeda antara ia dan Anisa hanya satu, penampilannya saja yang belum bisa syar'i seperti Anisa.

"Biasanya, kalau aku pulang, aku menyetrika baju Bagas yang akan dipake besok untuk kerja, dan-"

"Apa tugas seorang istri itu hanya menyeterika pakaian? Bagaimana dengan yang lainnya? Bagas kelelahan pulang kerja, kamu pijitin tidak?"

"Aku-"

"Clara, Mama itu sudah bersabar lama melihat situasi pernikahan kalian yang seperti ini, harus ada perubahan, sudah penampilan kamu tidak tertutup, masih juga kamu lalai dengan tugas kamu sebagai istri, pernikahan seperti apa yang kalian lakukan sekarang?"

Clara yang tadinya ingin mengakhiri perdebatan jadi mengurungkan niatnya ketika sang ibu mertua justru semakin memojokkan dirinya, hingga....

"Ma, aku sudah bilang, situasi seperti ini juga bukan kemauan aku, Mama tahu sendiri perusahaan Bagas sedang perlu dana yang banyak untuk bisa stabil, aku cuma mau bantu, jadi aku minta maaf jika aku mengecewakan Mama untuk sekarang. Aku juga sudah bilang sama Nina, asistenku untuk tidak menerima tawaran yang aneh-aneh, jadi tolong Mama sabar dulu."

"Selalu kalimat itu yang kamu pakai untuk membenarkan tindakan kamu, bosan mendengarnya, mau sampai kapan aku melihat anakku punya istri seperti kamu?"

Setelah bicara seperti itu pada Clara, Berlina, ibu mertua Clara berlalu dari hadapan Clara meninggalkan Clara yang hanya bisa menatapnya dengan perasaan sesak.

***

Clara pulang cepat hari ini. Sebenarnya, bukan karena ia pulang lebih awal, tapi karena ia berusaha untuk pulang lebih cepat agar Bagas dan ibu mertuanya tidak lagi mempermasalahkan dirinya yang tidak mengurus suami seperti yang sudah-sudah.

Wanita berambut panjang tersebut membayangkan raut gembira akan diberikan oleh suami dan mertuanya jika ia mengusahakan untuk pulang cepat.

Namun, saat turun dari taksi, dan masuk ke dalam rumah, Clara dibuat terkejut karena ia melihat ada Anisa di ruang tamu sedang bercanda dengan ibu mertuanya dan juga Bagas.

Jemari tangan Clara mencengkram erat ujung pakaiannya menahan perasaan sesak yang tiba-tiba datang karena pemandangan seperti itu justru tidak pernah ia alami selama ia menikah dengan Bagas.

"Eh, Clara. Tumben kamu pulang sore? Mama pikir kamu pulang tengah malam lagi, jadi Mama minta bantuan Anisa untuk menemani Mama masak untuk Bagas."

Ibu mertua Clara yang pertama kali menyapa Clara. Hingga Clara berusaha untuk menahan perasaan sesaknya karena biar bagaimanapun, Anisa adalah tamu.

Anisa bangkit dan melangkah mendekati Clara lalu mengulurkan tangannya ke arah Clara.

Dengan ragu, Clara menyambut uluran tangan Anisa dan membiarkan Anisa mencium pipi kiri dan kanannya.

"Apa kabar, Ara. Tambah cantik saja kamu, masya Allah, baru pulang kerja?"

Anisa memuji Clara, tapi entah kenapa, Clara tidak merasa senang mendengar pujian tersebut karena kesannya terlalu dipaksakan.

"Aku baik."

Clara menyahut singkat sambil memberikan senyuman tipis pada Anisa. Anisa kembali duduk, dan Clara merasa canggung untuk bersikap, antara bergabung atau tidak.

Akhirnya, Clara memutuskan untuk bergabung, sekedar menghargai Anisa sebagai tamu, dan ia istri tuan rumah. Namun yang ada, Clara seperti tersisih. Selama berbincang, Bagas dan ibu mertuanya sama sekali tidak pernah memberikan kesempatan dirinya ikut bicara.

Clara dibiarkan menjadi pendengar saja, sampai akhirnya, Clara memutuskan untuk masuk kamar dengan alasan ingin mandi karena sebentar lagi magrib.

Di kamar, Clara masih mendengar suara senda gurau Bagas dan ibu mertuanya bersama Anisa, sampai akhirnya, ia melihat Bagas mengantarkan Anisa pulang, dan ini membuat Clara tidak terima.

Ia meraih ponselnya dan menulis pesan pada Nina, asisten pribadinya sekaligus sahabatnya.

[Nin, muslimah itu boleh enggak sih, dianter pulang suami orang?]

Pesan Clara terkirim dan langsung dibaca oleh Nina.

[Maksud kamu, perempuan yang menutup dirinya dengan pakaian tertutup? Terus boleh enggak dibonceng suami orang?]

Nina tidak paham dengan isi pertanyaan Clara, hingga Clara jadi mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal itu lebih lanjut, khawatir Nina tahu yang sedang mereka bicarakan adalah suaminya.

[Sudahlah. Aku tadi cuma iseng, aku mandi dulu]

Nina mengerutkan keningnya membaca pesan Clara yang semakin aneh. Ia melihat Clara tidak lagi online, tapi Nina tetap mengirim pesan balasan.

[Yang kita bicarakan siapa? Bagas? Dia nganter Anisa pulang? Atau dia jemput Anisa? Bagas izin sama kamu, enggak? Situasinya kritis, enggak? Misalnya Anisa lagi sakit terus Bagas cuma mau nolongin?]

Awalnya, Clara tidak mau membuka pesan dari Nina karena ia tadi sudah memberikan alasan bahwa ia ingin mandi, namun, notifikasi pesan Nina membuat ia ingin membuka pesan tersebut, hingga Clara terdiam ketika tebakan Nina lagi-lagi tepat sasaran.

"Kalo aku ngomong, Bagas nganter Anisa, apa kata Nina? Aku enggak mau Bagas buruk di mata Nina...."

Clara bicara pada dirinya sendiri, dan ia mengetik pesan balasan pada sahabatnya tersebut.

[Bukan Bagas, aku cuma nanya aja, enggak papa, enggak usah dijadikan pikiran. Aku mandi dulu, ya?]

Nina tidak percaya Clara baik-baik saja meskipun isi pesan Clara meyakinkan dirinya bahwa perempuan itu baik-baik saja.

Walaupun ia akhirnya patuh tidak lagi mengirim pesan berisi pertanyaan pada Clara, namun, Nina bertekad ingin mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya tersebut.

Sementara itu, Clara bukannya langsung mandi seperti yang dikatakannya pada Nina. Perempuan itu berusaha untuk menahan diri untuk tidak menangis karena entah kenapa rasanya hatinya menjadi perih.

Mengapa Bagas tidak minta izin dirinya dulu untuk mengantarkan Anisa? Apakah suaminya itu juga menjemput Anisa lalu Anisa dibawa ke rumah mereka saat ia masih bekerja? Ini bukan yang pertama kalinya, dan ia heran mengapa hal itu kerap terulang.

Sudah sejak kapan Anisa ada di rumahnya sampai bisa masak bersama dengan ibu mertuanya?

Perasaan Clara benar-benar sangat hancur sekarang.

Ketika Clara larut dalam perasaan sesaknya, pintu kamar terbuka, dan Bagas masuk seperti tidak sedang melakukan kesalahan apapun pada istrinya.

Ini membuat Clara merasa harus mengajak Bagas bicara. Wanita itu bangkit dari atas tempat tidur mereka, dan melangkah ke arah suaminya yang melepas pakaiannya seperti ingin mandi.

"Kenapa harus kamu yang nganterin Anisa? Apa saat dia ke sini, kamu juga yang jemput dia?" tanya Clara berusaha bicara tanpa meninggikan suara dan pertanyaannya membuat Bagas memandangnya dengan tatapan mata tidak suka.

"Kenapa memangnya? Kamu keberatan dan cemburu lagi, aku mengantar jemput Anisa?"

Bab terkait

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    MEMBERI PERINGATAN!

    "Aku istri kamu, Bagas. Harusnya, kamu izin aku dulu saat ingin mengantarkan dia!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Clara, Bagas tersenyum miring. Ia melangkahkan kakinya mendekati sang istri dan ia melipat kedua tangannya di dada. "Izin? Jadi, sekarang kamu mempermasalahkan soal izin?" tanyanya dengan nada suara yang datar. "Apa aku salah? Bukankah suami istri itu harus seperti itu?" "Lalu, apakah kamu juga minta izin saat berpose dengan model pria teman kamu itu?" "Astaghfirullah, Bagas, sudah aku katakan berulang kali, aku enggak pernah berpose kelewatan sama model pria, kami hanya berdiri bersisian, enggak mesra sama sekali!" "Bagiku itu mesra! Bagi kamu yang tidak ada batasan, memang itu hal biasa, tapi aku tidak! Aku tidak suka!" "Tapi ini sudah pernah kita bahas sebelumnya, kan, aku kembali jadi model juga untuk kamu, buat bantu kamu menopang kebutuhan kita!" "Kamu bisa kan, terima job tanpa model pria? Bisa, kan berfoto sendirian atau sama model perempuan? Gitu aja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    TAMPARAN DARI SUAMI!

    Mendengar apa yang dikatakan oleh Anisa, telapak tangan Clara mengepal, tapi lagi-lagi, Clara berusaha untuk menahan diri untuk tidak marah meskipun sekarang ucapan Anisa benar-benar membuat emosinya terpancing. "Bagaimana bisa kamu mengatakan aku tidak becus menjadi istri Bagas? Tidak becus darimana?" katanya dengan nada suara yang datar tapi dengan sorot mata yang tegas. "Suami kamu sakit, kamu enggak urus dia, mertua kamu lapar kamu enggak berusaha untuk membuatkan beliau makanan yang dia sukai, apa aku harus membeberkan satu persatu agar Mbak Clara paham dengan kesalahan sendiri?" "Siapa yang bicara seperti itu pada kamu? Mertuaku?" "Enggak perlu bertanya aku tahu darimana, tapi itu benar, kan? Mbak, aku itu enggak salah, kalau Mbak Clara merasa keberatan dengan apa yang aku lakukan, Mbak ngomong sama mertua Mbak, jangan sama aku!" Anisa benar-benar pergi setelah bicara seperti itu pada Clara. Meninggalkan Clara yang hanya bisa terduduk lemas di salah satu bangku taman, mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    KEMBALI MEMERGOKI

    "Perusahaan kamu perlu dana yang banyak untuk bisa stabil lagi, kan? Aku enggak bilang berpakaian tertutup enggak bisa cari uang, tapi untuk job pakaian muslim itu enggak pernah aku dapatkan, Bagas!" "Itu karena sikap kamu yang tidak mencerminkan perempuan muslimah, jadi job seperti itu tidak pernah kamu dapatkan! Banyak model pakaian muslim, mereka dapat uang banyak, tapi tidak menjual tubuh seperti kamu!!" Suara Bagas benar-benar meninggi ketika ia mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Clara. Setelah bicara demikian, ia langsung keluar kamar dan membanting pintunya dengan keras hingga Clara hanya menutup telinganya mendengar suara pintu yang dibanting seperti itu. Clara terduduk lemas di lantai kamarnya. Air mata yang sedari tadi hanya menggenang kini perlahan turun ke pipinya dan tidak bisa dikendalikan lagi olehnya. Clara menangis.... *** Setelah pertengkaran yang terjadi malam itu, sikap Bagas pada Clara jadi dingin. Ini membuat sang ibu mertua jadi tahu, bahwa an

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DITAMPAR IBU MERTUA!

    Anisa berteriak, karena kuah sup jagung yang ia masak mengenai kakinya dan itu membuat Bagas langsung mendekati perempuan tersebut lalu berjongkok untuk memeriksa kaki Anisa. Awalnya, Clara mengira Anisa akan menolak apa yang akan dilakukan oleh Bagas pada kakinya, sebab, bukankah seorang wanita yang menutup aurat seperti Anisa tidak akan membiarkan pria yang bukan mahram menyentuhnya?Namun, dugaan Clara meleset. Anisa membiarkan saja Bagas yang menyentuh kakinya yang tersiram kuah sup jagung tersebut, seolah-olah sengaja memperlihatkan pada Clara bahwa suami Clara peduli padanya. "Jangan sentuh!" seru Clara ketika Bagas semakin intens menyentuh kaki Anisa yang tersiram.Clara buru-buru mendekati posisi Anisa berdiri, dan ia berjongkok sambil menepis tangan suaminya yang memegang kaki Anisa. Akan tetapi, ketika telapak tangan Clara ingin menyentuh kaki Anisa yang tersiram sup jagung yang ia masak, Anisa membuat pergerakan hingga tangan Clara menangkap angin.Keributan di dapur mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SIAPA ISTRI KAMU?

    Sembari bicara demikian pada Clara, salah satu tangan Bagas terangkat seperti ingin menampar pipi Clara. Membuat Clara terdiam seketika karena terkejut sang suami belakangan ini sering main tangan jika bertengkar dengannya apalagi jika sudah berkaitan dengan Anisa.Akhirnya, Clara pasrah membiarkan suaminya untuk mengantarkan Anisa ke rumah sakit, setelah dengan sangat terpaksa, ia memberikan uang pada Bagas sebagai bentuk pertanggungjawaban lantaran ia membuat Anisa celaka seperti tadi.Ketika Clara larut dalam perasaan hancurnya, ponselnya berdering. Dengan gerakan lambat karena seolah tidak punya daya, Clara mengeluarkan benda itu dari dalam tasnya.Nina memanggil. Clara langsung menerima panggilan itu dengan perasaan bertanya-tanya. {Ra, kamu di mana?} Nina langsung melontarkan pertanyaan setelah panggilannya diterima oleh Clara. {Aku di rumah, kenapa?}{Pak Johan marah sama kamu, karena kamu enggak ikut rapat tadi}Nina segera mengatakan kenapa ia menelpon Clara. {Tapi kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ISTRI SAH DIANGGAP PELAKOR!

    Semua mata langsung tertuju pada Clara, dan Bagas sangat terkejut melihat istrinya sudah berdiri di belakangnya. "Maaf, jadi, siapa istrinya, Pak?" tanya suster itu yang jadi bingung karena pengakuan Clara. Ia memandang Clara dan Anisa bergantian untuk memastikan siapa sebenarnya istri pria yang diajaknya bicara. Untuk sesaat, Bagas jadi gugup. Gugup karena kebohongannya diketahui oleh Clara, tapi Bagas tipe pria yang tidak mau merubah keputusannya hingga ia meminta izin pada sang suster untuk memberinya waktu bicara pada Clara sejenak.Setelah suster memberinya izin, Bagas langsung menarik tangan Clara ke tempat yang sedikit jauh dari posisi Anisa yang dibimbingnya tadi untuk duduk saja di kursi tunggu.Sementara itu, sang suster terpaksa menunggu sejenak karena keterangan Bagas sangat penting untuk disampaikan pada dokter yang memintanya melakukan hal itu."Kamu itu gimana, sih? Aku itu cuma pura-pura! Anisa akan malu kalau dia diantar oleh pria yang bukan siapa-siapanya!" kata B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    NAFSU DALAM EMOSI

    Paras Bagas terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Ia tidak menyangka, perempuan itu bisa memiliki ide seperti itu, hingga Bagas menatap Anisa dengan tatapan mata yang tidak berkedip sedikitpun. Ditatap demikian oleh Bagas, membuat Anisa tersipu, tapi ia tidak mengurungkan niatnya untuk memperjelas apa yang ia katakan pada Bagas tadi."Kenapa? Kayaknya kamu kaget banget? Enggak suka?" katanya bertubi-tubi pada Bagas.Bagas tergagap. Ia mengusap wajahnya kasar, karena mendadak ia jadi bingung apa yang akan ia katakan di hadapan Anisa."Bukannya tidak suka, tapi, aku masih kurang paham, mengapa kamu mau direpotkan sama masalah aku dan Clara?" jawab Bagas masih sambil menatap Anisa yang masih tersipu di hadapannya."Aku teman kamu, wajar aku membantu kamu, emangnya siapa lagi yang bisa dekat sama ibu kamu selain aku?""Enggak ada! Enggak ada wanita lain yang disukai ibuku kecuali kamu. Dengan Clara saja, ibuku tidak begitu akur...."Perasaan senang menyelimuti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    BUKA PAKAIAN KAMU!

    Clara tidak paham apa yang sebenarnya di otak suaminya sekarang. Yang jelas, saat Bagas berusaha untuk membuka seluruh pakaiannya, ia mencegah karena tidak seperti biasanya, sang suami melakukan hal demikian disaat mereka sedang berdebat."Bagas! Sakit!!" teriak Clara, ketika dengan kasar, Bagas mencengkram tangannya yang berusaha untuk menghentikan aksi suaminya yang membabi buta membuka pakaian tidurnya."Sakit? Hatiku lebih sakit, Clara! Kamu tahu, aku tidak suka kamu berfoto dengan model pria, tapi kamu minta izin lagi padaku untuk masalah yang sama! Kamu sengaja bikin aku marah?!" Sambil bicara seperti itu pada Clara, Bagas naik ke atas tubuh sang istri sehingga kini, pergerakan istrinya tidak lagi sebebas saat sebelum ia melakukan hal itu. "Tapi, ini bukan kemauan aku, Gas, ini situasi yang maksa aku harus ngomong lagi sama kamu, aku juga enggak tau akhirnya jadi begini, tapi aku butuh solusi, kalau aku menolak gimana dengan denda itu?"Setengah mati, Clara menanggapi perkataa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    INFORMASI DARI SEAN

    "Ada perlu apa, ya?" tanya Clara setelah beberapa saat ia hanya menyimak percakapan antara Nina dengan Sean. Wajah Clara tidak terlalu antusias karena sekarang pikirannya sedang ke mana-mana.Sean menghela napas mendengar pertanyaan Clara, apalagi ia melihat wajah Clara yang seperti itu, tidak bersemangat sama sekali. Clara sepertinya sedang tidak baik, aku rasa aku tunda dulu saja apa yang ingin aku sampaikan padanya....Sean bicara di dalam hati, sambil mengusap wajahnya perlahan, hingga akhirnya...."Kau sakit?" Bukan yang ingin dibicarakan, tapi itu yang dilontarkan oleh Sean, membuat mata Nina membulat, seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang dari seorang Sean untuk Clara."Waaaah, tumben banget ini, Bang Sean bisa perhatian sama temanku, ada apa ini? Aku kok ketinggalan berita?" goda Nina, tapi godaan itu disambut pelototan mata Clara, tidak mau ada yang salah paham dengan apa yang diucapkan oleh Nina tadi.Nina hanya senyum-senyum ketika melihat Clara yang mem

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DIHAMPIRI SEAN

    Suara Anisa yang meninggi membuat beberapa pengguna jalan yang melintas menoleh ke arah mereka, dan Bagas menjadi tidak nyaman karena hal itu.Ia naik kembali ke atas motornya dan meminta Anisa untuk melakukan hal yang sama agar mereka bisa pergi dari tempat itu karena tidak mau mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang melintasi jalan tersebut.Namun, Anisa yang ingin permintaannya dipenuhi tidak mau melakukan hal yang diperintahkan oleh Bagas. Ia tetap berdiri di tempatnya sambil menatap Bagas dengan tatapan mata serius."Penuhi dulu permintaan aku, baru aku naik ke atas motor kamu!" katanya dengan wajah yang terlihat sangat menuntut."Kamu mau naik atau tidak?" tanya Bagas seraya berusaha untuk menahan diri agar ia tidak melampiaskan kemarahannya lantaran ulah Anisa."Aku akan naik kalau kamu menanggapi apa yang aku katakan tadi!"Anisa masih keras kepala di hadapan Bagas hingga Bagas semakin kesal dibuatnya. "Terserah kamu, aku harus berangkat bekerja!"Bagas membawa motorn

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    NIKAHI AKU!

    "Gas," panggil Clara ketika mereka sudah sampai di beranda rumah mereka. "Ya?""Kenapa Anisa pagi-pagi sudah datang?" tanya Clara dengan wajah yang terlihat sangat serius. Dan Bagas tahu, pertanyaan itu pasti akan dilontarkan oleh sang isteri, hingga Bagas sudah mempersiapkan jawabannya."Aku juga tidak tahu, Sayang. Mungkin ada janji sama ibu," jawab Bagas dan Clara menghela napas mendengarnya. "Iya juga, ibu kamu kelihatan senang banget melihat dia datang," ucap Clara dengan wajah yang terlihat suram. "Kamu tahu ibuku gimana, kan? Enggak perlu dipikirkan. Yang penting aku juga tidak suka dia datang ke sini, nanti aku minta ibu untuk membuat dia segera pulang."Bagas berusaha membuat sang istri tidak berpikir macam-macam, hingga lagi-lagi, Clara membuang napasnya."Terus, apa benar Anisa yang bantuin kamu buat bisa kerja sama dengan Pak Christ?" Pertanyaan Clara selanjutnya membuat Bagas sedikit sulit untuk menjawab. Ia menarik napas berat, dan meraih kedua tangan istrinya lalu

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    CIUMAN UNTUK CLARA

    Bagas yang terkejut karena Anisa menamparnya melotot pada perempuan tersebut sambil memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu.Emosinya meledak, padahal setengah mati ia berusaha menahannya tapi ternyata Anisa justru memancing emosinya hingga ia jadi tersulut kembali.Ketika Bagas ingin melancarkan aksi protesnya pada Anisa, tiba-tiba saja...."Eh, Anisa, ya ampun! Mimpi apa ini, kamu ke sini pagi-pagi? Senang banget, Tante. Sini masuk, sudah sarapan, belum?"Berlina muncul membuat niat Bagas yang ingin membentak Anisa karena perempuan itu menamparnya terhenti seketika. Anisa tersenyum puas melihat kemarahan yang terpancar di mata Bagas ketika ia melewati laki-laki itu saat tangannya ditarik oleh ibunya Bagas. Bagas mengepalkan telapak tangannya, pertanda laki-laki itu sangat kesal karena ia belum sempat mengusir Anisa, perempuan itu sudah ditemukan oleh ibunya yang memang belum tahu, Anisa itu seperti apa orangnya.Terpaksa, Bagas ikut masuk agar ia bisa mencegah Anis

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DITAMPAR ANISA!

    Meskipun tidak sepenuhnya tersadar setelah terjaga, Clara masih bisa mencium aroma yang seharusnya tercium jika ia dan Bagas usai berhubungan intim saja.Apakah suaminya itu lagi-lagi memuaskan dirinya sendiri seperti yang sudah-sudah?Clara bertanya demikian di dalam hati dan tentu saja ia sekarang khawatir. Karena ia tidak suka Bagas yang keranjingan memuaskan diri sendiri seperti itu.Aduh, padahal aku dan Anisa tidak berhubungan intim, aku hanya menyentuh dan memuaskan dia, Clara bisa mencium aroma tidak biasa yang dimiliki Anisa, sial!Hati Bagas bicara menanggapi apa yang dipertanyakan oleh Clara padanya.Tidak ada alasan lain yang bisa Bagas katakan selain ia yang usai memuaskan dirinya sendiri. Daripada membuat Clara tahu ia dan Anisa bermain belakang? Itu tidak akan pernah dibiarkan oleh Bagas. "Kenapa kamu selalu melakukan hal kayak gitu, Gas? Kan ada aku? Kamu melakukan hal seperti itu, seolah-olah kamu enggak puas sama aku...."Dengan perasaan gamang, Clara menanggapi pen

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    SEPERTI MALING TERTANGKAP BASAH

    "Brengsek!!"Fauzi sampai terkejut ketika mendengar umpatan yang keluar dari mulut Bagas. Bagas sendiri langsung menutup panggilan dari Anisa lalu bergegas memakai jaketnya yang ia letakkan di punggung kursi. Beberapa saat kemudian, pesan masuk di ponsel Bagas hingga Bagas kembali memeriksa ponselnya. [Aku tunggu setengah jam mulai sekarang. Kalau sampai setengah jam kamu enggak datang juga, aku benar-benar akan mengirimkan foto-foto itu ke ponsel Clara, Bagas!]Pesan itu datang dari Anisa. Dan Bagas menggenggam erat ponselnya pertanda ia benar-benar marah tapi ia tidak bisa berbuat banyak selain melakukan apa yang diinginkan oleh Anisa. Namun, ketika ia hendak beranjak. Fauzi mencegah."Kamu mau ke mana?" tanyanya seraya mencekal pergelangan tangan Bagas dengan kuat. "Aku harus pergi!""Pulang?""Tidak.""Ke mana?""Wanita itu, Fauzi! Wanita itu benar-benar setan! Aku benar-benar kesal sama dia sekarang!" Bagas hilang kendali. Ia sampai menyebut nama Anisa dengan sebutan setan.

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    ANCAMAN ANISA!

    Sean melontarkan pertanyaan tersebut pada sang resepsionis tepat saat Bagas berdiri menyamping hingga wajahnya terlihat sebagian oleh sang resepsionis.Sang resepsionis memperhatikan orang yang ditunjukkan oleh anak atasannya itu sesaat, lalu...."Ya, Pak. Ada seorang perempuan yang check in atas nama Anisa Mutiara, sepertinya pria itu adalah orang yang diundang masuk ke dalam kamarnya sampai besok.""Memangnya di sini ayahku tidak memberlakukan aturan bahwa pasangan yang tidak jelas hubungannya bisa check in?"Sean melontarkan pertanyaan tersebut, karena seingatnya, hotel-hotel milik ayahnya itu memiliki aturan yang tidak biasa meskipun hotel ayahnya kerap menerima tamu dari luar negeri. Pak Steven meminta identitas pasangan yang check in entah itu saudara atau pasangan, yang dibuktikan dari surat-surat keluarga yang dimiliki."Perempuan itu berpakaian syar'i, Tuan. Dan dia bilang pria itu suaminya.""Kalian kecolongan!""Apa?""Ya! Lain kali jangan biarkan hal seperti ini terjadi l

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    DITENDANG ANISA!

    "Bagas! Sakit!!!" teriak Anisa dan....BUKKK!!Satu kakinya menendang Bagas hingga Bagas terdorong ke belakang dan nyaris jatuh ke lantai!Setelah melakukan itu pada Bagas, Anisa bangkit lalu melotot ke arah Bagas sambil mengernyit menahan sakit pada kewanitaannya. Salah satu tangannya bahkan menekan miliknya itu, pertanda Anisa benar-benar serius sudah merasakan sakit yang tidak terhingga.Sementara itu, Bagas yang tidak menyangka akan ditendang seperti tadi oleh Anisa benar-benar murka. Tidak pernah seorang wanita melakukan hal demikian padanya hingga ia sangat marah dan segera bangkit dari posisinya yang tadi terjungkal ke belakang akibat tendangan yang dilakukan oleh Anisa tadi. Ia membalas tatapan mata Anisa yang melotot ke arahnya, seolah-olah ia tidak mau disalahkan dan tidak peduli dengan ekspresi menahan sakit yang diperlihatkan oleh Anisa di wajahnya."Kurang ajar! Kamu berani menendang aku?" bentak Bagas, dan ia beringsut ke arah Anisa, lalu....PLAKK!Telapak tangannya

  • PELAKOR BERKEDOK SYAR'I    JERITAN ANISA!

    Setelah mengucapkan kalimat tersebut pada Bagas, Anisa langsung turun dari atas tubuh Bagas dan beralih ke bagian tubuh Bagas di bagian bawah. Tangannya bergerak cepat membuka celana yang dipakai oleh Bagas hingga Bagas kalang kabut menerima apa yang dilakukan oleh Anisa padanya."Nisa! Tunggu! Tunggu dulu!"Lagi-lagi, Bagas mencegah Anisa yang sudah membuka resleting celananya dengan cara menggulingkan tubuhnya ke samping hingga ia terlepas dari serangan tangan yang dilakukan oleh Anisa pada tubuhnya.Bagas cepat duduk dan memperbaiki celananya yang sempat dibuka oleh Anisa lalu mengacungkan tangannya agar Anisa tidak bergerak mendekatinya. "Tunggu dulu!!" ulangnya dengan tegas, dan itu membuat Anisa terpaksa menghentikan gerakannya lalu menatap Bagas dengan tatapan mata tidak sabar."Apa sih? Aku enggak mau menunggu lagi, lho! Aku udah enggak sabar, Bagas!" kata Anisa dengan nada suara yang meninggi dan mata yang mendelik pertanda sisi keras kepalanya kembali mencuat dan Bagas ben

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status