Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert
Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang
Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l
"Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia
Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat
Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan
Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di
"Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi
Arjuna benar-benar tidak mempermasalahkan rumor ini yang tidak memiliki bukti sama sekali.Sebaliknya, dia cukup menyukai rumor tersebut.Jika tidak, dia akan dikelilingi sekelompok orang munafik yang ingin menyodorkan anak perempuan kepadanya.Meskipun orang-orang ini kaya dan berkuasa.Mereka sangat plin-plan. Saat kamu kuat, mereka akan menempelimu. Begitu kamu kehilangan kekuatan, mereka akan segera menjatuhkan dan mengkhianatimu."Arjuna, sini!" Eshan mengundang Arjuna ke meja utama.Begitu mereka duduk, Tamael memimpin seluruh keluarga Tamael untuk berlutut di depan Arjuna."Hei, apa yang kalian lakukan?" Arjuna berdiri untuk memapah Tamael berdiri, tetapi Tamael menolak untuk bangun."Arjuna, tanpa kamu, usaha keluarga kami yang telah berdiri selama seabad ini akan hancur. Sekarang, kamu adalah dermawan terbesar kami!"Setelah Tamael berbicara, dia mulai bersujud kepada Arjuna, anggota keluarga lain di belakangnya mengikutinya."Tamael, Arjuna telah melakukan kebaikan yang begit
"Semuanya, kesalahpahaman sudah diluruskan." Eshan maju untuk menengahi. "Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi Kabupaten Damai. Aku memutuskan untuk membagi beras secara gratis. Masing-masing keluarga boleh mendapat setengah kilo.""Bagus sekali! Terima kasih, Yang Mulia!""Terima kasih, Yang Mulia!""Tidak perlu berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Arjuna.""Terima kasih, Arjuna. Terima kasih, Arjuna!"Tempat itu dipenuhi dengan kegembiraan, kontroversi mengenai Arjuna yang tidak bisa memiliki anak pun mereda.Akan tetapi, sebagian orang tidak berpikir demikian.Setelah hampir satu setengah tahun menikah, tidak ada satu pun istrinya yang hamil.Benarkah seperti yang dikatakan Disa?...Begitu Arjuna kembali ke rumah kecil di kota, Eshan membawakannya akta kepemilikan aset keluarga Tamael dan dua toko daging milik Bani.Semua itu dimenangkan oleh Arjuna dan menjadi miliknya sekarang.Aset-aset ini merupakan sumber sebagian besar pendapatan pajak Kabupaten Damai. Esh
"Puih, puih, puih, apa yang kamu bicarakan? Kamu tidak boleh menikahinya!"Ibu gadis itu tiba-tiba menarik dan memarahinya dengan kasar."Ibu." Gadis itu menatap ibunya sambil bertanya dengan bingung. "Bukankah Ibu ingin aku menikah dengan pria yang hebat? Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian pemerintah Kabupaten Damai beberapa waktu lalu, sekarang dia mengalahkan orang-orang Kabupaten Sentosa dan mengambil kembali harta keluarga Tamael. Kenapa Ibu melarang aku menikahi pria sehebat itu? Seolah-olah dia adalah pecundang saja.""Kamu benar." Ibu gadis itu menarik gadis itu mendekat, lalu merendahkan suaranya. "Dia memang pecundang!""Ibu, apa yang kamu bicarakan? Arjuna sangat hebat, bagaimana mungkin dia pecundang?" Gadis itu memelotot marah pada ibunya.Ibu gadis itu cemberut, kemudian berkata dengan nada tidak setuju. "Memangnya kenapa kalau dia hebat? Kalau dia tidak bisa memiliki anak, dia hanya pecundang!""Apa hubungannya Arjuna dengan ketidakmampuannya untuk memiliki an
"Kalian berdua punya pembelaan masing-masing, sulit untuk membedakannya saat ini. Saya sarankan Yang Mulia Sugi dan Yang Mulia Eshan mengutus lebih banyak orang untuk menyelidiki dan mencari tahu dari mana pembunuh itu berasal.""T ...."Sugi ingin berbicara, tetapi begitu dia membuka mulut, Tomo juga berbicara."Yang Mulia Sugi, Yang Mulia Gubernur mengutusku ke sini untuk memimpin pertandingan antara Kabupaten Sentosa dan Kabupaten Damai. Sekarang hasilnya sudah keluar. Kabupaten Damai memenangkan dua dari tiga pertandingan, Kabupaten Sentosa kalah. Kalian harus menepati janji kalian sebelumnya."Sugi masih ingin berbicara, tetapi Tomo tidak memberinya kesempatan. Dia mengeluarkan lencana gubernur. "Yang Mulia Gubernur memerintahku untuk kembali ke Kota Perai hari ini. Sekarang sudah larut. Yang Mulia Sugi, mohon penuhi janjimu segera!"Tomo sudah mengeluarkan lencana gubernur, jadi Sugi tidak berani menentang.Semua harta keluarga Tamael dikembalikan, dua toko daging milik keluarga
"Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m
"Sugi!" Eshan sangat marah hingga dia memanggil nama Sugi secara langsung. "Kamu memutarbalikkan fakta! Pembunuh bayaran itu ingin menembak dan membunuh Arjuna. Jelas-jelas kalian yang mengatur pembunuh bayaran itu!""Haha!" Sugi tertawa. "Aku mengatur pembunuh bayaran di Kabupaten Damai? Apakah kamu sedang mengatakan bahwa aku hebat atau sedang mengatakan bahwa pengawasan Kabupaten Damai terlalu buruk sehingga begitu mudah bagiku untuk mengatur para pembunuh?""Hanya karena kamu bilang kamu tidak melakukannya, bukan berarti Hendra tidak melakukannya. Kamu dan aku sama-sama tahu bahwa Hendra sangat kaya. Jangankan ahli bela diri, bahkan bandit pun dia bisa ...."Begitu Eshan menyebut-nyebut tentang bandit, Sugi menyela, "Ha, Yang Mulia Eshan, omonganmu menarik. Kalau pembunuh bayaran benar-benar diatur oleh Hendra, bukankah itu berarti semua polisi dan petugas di Kabupaten Damai kalah dengan seorang pengusaha sehingga membiarkan seorang pengusaha dengan mudah membawa pembunuh ke tempat
Seseorang dari Kabupaten Sentosa membantah, orang dari Kabupaten Damai langsung melawan."Intinya, kepala daerah Kabupaten Sentosa yang penakut.""Selain bau kencing, aku juga mencium bau tinja.""Maksudmu ... kepala daerah Kabupaten Sentosa bukan hanya mengompol, tapi juga buang air besar di celana?""Sebenarnya aku juga menciumnya!""Ketakutan sampai kencing dan berak? Mulai sekarang, panggil saja dia Kepala Daerah Kotoran dan Kencing." Seorang warga pemberani berkata demikian, kata-katanya menimbulkan tawa."Kepala Daerah Kotoran dan Kencing, nama yang bagus! Haha!""Haha!"Menghadapi ejekan-ejekan ini, tidak ada seorang pun dari Kabupaten Sentosa yang berani membantah.Karena Sugi memang ketakutan sampai kencing dan buang air besar."Aish ... kalau dibandingkan, Arjuna dari Kabupaten Damai jauh lebih hebat. Mengingat berapa banyak anak panah yang ditembakkan kepadanya tadi, dia tetap tenang. Kalau itu aku, aku pasti sudah tertembak hingga menjadi landak.""Lupakan soal anak panah.
"Lindungi Yang Mulia, lindungi Yang Mulia!" teriak penasihat hukum Sugi yang telah berbalik.Banyak penjaga dan petugas pemerintah yang dibawa Sugi ikut dalam tim yang bergegas menuju Arjuna.Mereka mundur dengan tergesa-gesa, menjatuhkan orang di sekitar mereka dalam kepanikan. Sedangkan orang yang jatuh menjatuhkan yang lain.Peristiwa itu seperti jatuhnya kartu domino, sebagian besar wilayah runtuh.Anak panah yang ditembakkan Arjuna masih melesat maju dengan cepat.Ketika sudah mau mengenai Sugi."Yang Mulia!"Bawahan Sugi berteriak putus asa.Gawat.Eshan terus menggelengkan kepalanya. Jika Arjuna menembak mati Sugi, itu sama saja seperti membunuh pejabat kekaisaran. Riwayat Arjuna akan tamat.Nyawa harus diganti nyawa.Hal itu tidak setimpal.Arjuna, apakah kamu tidak tahu bakatmu sendiri?'Nyawamu jauh lebih penting dari nyawa Sugi,' batin Eshan."Ah!"Teriakan keras terdengar dari samping Eshan.Setelah bertarung dengan Sugi selama hampir dua puluh tahun, Eshan tahu itu suara S
"Arjuna tidak bisa memenangkan kompetisi, jadi dia mengatur pembunuh untuk menembak Hendra dari Kabupaten Sentosa.""Arjuna harus membayar dengan nyawanya. Sebagai orang tua negara, Kepala Daerah Kabupaten Damai, Eshan, harus mengundurkan diri!"Saat kemarahan publik mencapai puncaknya, Sugi meneriakkan slogan terakhir."Nyawa ganti nyawa.""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya."Penasihat hukum Sugi menimpali, dia mengangkat tangannya sambil berteriak kepada kerumunan yang marah."Nyawa ganti nyawa!""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya!"Warga Kabupaten Sentosa meneriakkan slogan-slogan sembari mendesak maju ke arah Arjuna dan Eshan."Mereka benar-benar membalikkan hitam menjadi putih. Jelas-jelas mereka yang ingin membunuh Arjuna, tapi malah bilang kita yang mengatur orang-orang itu!""Kalau kalian ingin membunuh Arjuna, langkahi dulu mayatku!"Magano berteriak, kemudian bergegas keluar untuk menghalangi Arjuna."Langkahi juga mayatku!" timpal Ravin."Aku juga!""