Share

Bab 6

Author: Abimana
Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.

Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.

Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.

Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?

"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi.

"Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.

Sekitar tiga detik berlalu.

"Kamu ...."

Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya.

"Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.

Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan seperti itu, keterampilan seperti itu?

Jika Arjuna memiliki keterampilan seperti ini, dia pasti sudah lama menjual Daisha, tidak perlu menunggu Disa pergi baru menjual Daisha secara diam-diam.

"Di ... sa." Arjuna agak asing kala memanggil nama Disa untuk pertama kalinya.

Temperamen gadis ini seperti seekor ular yang siap mematuk orang begitu membuka mulut.

"Jangan begitu menggebu-gebu, bisakah kamu memahaminya dulu?"

"Lepas!" Sambil meronta, Disa diam-diam merasa terkejut karena dia tidak bisa melepaskan diri dari tangan Arjuna.

"Tidak."

Omong kosong! Mungkinkah Arjuna melepaskan Disa, kemudian membiarkan wanita itu memanahnya?

Untungnya, Arjuna adalah seorang tentara sebelumnya, keterampilannya cukup bagus.

"Kamu ...." Disa meronta dengan kuat.

Arjuna ingin mengambil anak panah itu dari tangan Disa, tetapi Arjuna yang sebelumnya malas bergerak sehingga ototnya tak berfungsi dengan baik.

Hari ini dia sudah menghajar Raditya, serta menghindari panah Disa dan mencekal tangan wanita itu. Sekarang tubuh Arjuna sudah tidak dapat bertahan.

Di tengah berdirinya ....

"Buk!"

Setelah merasa pandangannya berputar, Arjuna merasakan kelembutan dan kehangatan dari bawah tubuhnya, disertai aroma samar tubuh wanita.

Bibir Arjuna menyentuh sesuatu yang hangat, lembut dan menggoda.

Arjuna menggerakkan bibirnya secara naluriah.

"Um! Um!"

Arjuna melihat ke arah suara.

Hei, hei, hei.

Tadi saat Disa meronta, mereka jatuh ke lantai. Disa jatuh terlebih dahulu, sedangkan Arjuna kebetulan jatuh di atas tubuh Disa.

Sesuatu yang lembut dan hangat itu adalah tubuh Disa, sedangkan sesuatu yang hangat dan menggoda adalah bibirnya.

Saat ini, bibir mereka saling menempel.

"Um ...." Mulut Disa dibungkam, wajahnya memerah. Dia menatap Arjuna dengan tatapan kesal bercampur jengah.

Ada juga sedikit kegelisahan, jenis kegelisahan yang dirasakan saat pertama kali dekat dengan seorang pria.

Arjuna agak terkejut.

Bukankah Disa sudah menikah? Kenapa dia bereaksi seperti ini?

Jangan-jangan ....

Arjuna teringat akan Daisha yang mengatakan bahwa dia masih perawan.

Jangan-jangan Disa juga demikian?

Jawaban dalam hati Arjuna sangat yakin.

Daisha yang begitu lemah lembut saja tak disentuh oleh Arjuna yang sebelumnya, apalagi Disa yang galak ini.

Wajah Disa begitu merah layaknya tomat, jadi Arjuna menjauhkan bibirnya.

"Cepat menyingkir!" teriak Disa dengan malu sekaligus kesal begitu bibirnya bebas.

"Oh?" Arjuna memandang Disa, lalu tersenyum sembari bertanya, "Bagaimana kalau aku tidak mau?"

Walaupun Disa agak galak, dia terlihat sedikit lucu saat bersikap galak.

Dia benar-benar berbeda dari Daisha.

Saat bersama Daisha, dia akan merasa lembut dan tenang.

Sedangkan bersama Disa terasa menantang dan menyenangkan.

"Kamu bajingan! Tidak tahu malu!"

"Bajingan? Siapa yang kamu maksud?" ucap Arjuna yang timbul niat untuk bersikap jail seraya mencolek wajah Disa dan terkekeh.

"Mau aku bangun? Boleh! Tapi kamu benar-benar tidak mengerti aturan, kamu memanggilku dengan nama, bahkan ingin membunuhku. Aku ini tuanmu."

"Ayo, panggil aku 'tuan'."

"Kamu ...." Disa memandang Arjuna dengan bingung. Dia merasa malu hingga ingin rasanya ditelan Bumi saja.

Setelah menikah dengan Arjuna selama setahun, dia belum pernah melihat Arjuna yang seperti ini.

Dia membenci Arjuna yang memukul dan memarahinya.

Dia lebih membenci Arjuna yang menggodanya.

Namun, ada apa dengan jantungnya yang berdebar kencang ini?

"Kalau kamu tidak panggil, aku tidak akan bangun." Lagi pula, Disa sudah mengatainya bajingan, Arjuna tidak akan membiarkan Disa menuduhnya.

Disa memberontak dengan tidak terima, tetapi dia segera menyadari bahwa itu tidak ada gunanya.

Disa memalingkan wajah, kemudian memanggil dengan cepat dan tidak jelas. "Tuan."

"Panggil sambil tatap aku."

"Tuan!" Disa yang tampak geram dengan wajah merona memiliki pesona yang tak terlukiskan.

Lain kali .... Arjuna memikirkan gambaran lain kali di dalam benaknya.

Begitu Arjuna bangun, Disa langsung berlari ke luar rumah sambil menyembunyikan wajahnya. Dia merasa malu nan kesal dan terus memukul pagar di halaman. Arjuna menyaksikannya sambil terkekeh.

Melihat Disa yang ada di luar rumah dan Arjuna yang duduk di atas kompor sambil terkekeh, Daisha pun bersandar di pintu, lalu menghela napas lega.

Untung Kak Disa tidak melukai Tuan.'

Jika Disa benar-benar membunuh Arjuna, konsekuensinya tidak terbayangkan.

Daisha tidak takut mati, tetapi takut melibatkan saudarinya yang lain.

Selain itu ....

Daisha diam-diam menatap Arjuna.

Tadi Arjuna melindunginya dan nyaris membunuh Raditya deminya.

Setelah jatuh ke jurang dan siuman, Arjuna tampak sangat berbeda.

Daisha mulai menantikan masa depan.

Masa depan di mana Arjuna memperlakukan mereka dengan baik, hidup harmonis, mereka memberi keturunan untuk pria itu.

Akankah hari seperti itu tiba?

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 112

    Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 111

    Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 110

    "Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 109

    "Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 108

    "Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 107

    Meskipun pakaian gadis-gadis di belakang lebih bagus daripada pakaian Putri Delapan, itu hanya sedikit lebih baik. Kaki dan tangan mereka juga bengkak karena radang dingin.Ketika mereka meninggalkan rumah Arjuna, seperti ibunya Putri Delapan, mereka juga mendiskusikan maskawin apa yang akan mereka bawa lima hari kemudian.Ada yang membawa beras, ada yang membawa bebek, ada yang membawa daging, ada pula yang membawa selimut.Ketika membicarakan tentang membawa selimut, banyak orang memandangnya dengan tatapan iri.Dalam beberapa tahun terakhir, produksi kapas sangat rendah sehingga harganya relatif mahal. Bagi orang biasa, sungguh luar biasa bisa memiliki selimut sebagai maskawin.Melihat mereka berpakaian sederhana dan tipis, tetapi dengan riang membicarakan maskawin, Arjuna agak terharu."Tunggu sebentar, teman-teman."Arjuna mengambil dompet dari tangan Daisha."Aku punya sedikit uang. Satu gadis dapat sepuluh sen sebagai biaya hidup selama lima hari.""Berapa?"Selain Magano dan pe

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 106

    Sekelompok orang itu membawa putri mereka pergi memotong rumput."Jangan, jangan, jangan!" Arjuna yang sudah tersadar, buru-buru menghentikan mereka. "Mereka tidak tinggal di sini.""Tempat ini memang tidak cukup besar. Menantuku, bagian mana dari rumahmu yang lebih besar? Kami akan membangun rumah jerami di sana.""Bukan!" Arjuna menjelaskan, "Tadi aku sudah bilang akan membiarkan mereka bertahan hidup. Tapi mereka tidak perlu menikah denganku, tidak perlu tinggal bersamaku."Keluarga gadis-gadis itu saling memandang. Tidak ada satu pun yang mengerti apa yang dimaksud Arjuna."Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kamu menikahi mereka, tapi tidak tinggal bersama mereka?" teriak Raditya.Keluarga gadis-gadis itu penuh dengan keraguan. "Menantuku, kalau kamu tidak mengizinkan mereka tinggal di Desa Embun, di mana mereka akan tinggal?""Semuanya, bawa pulang anak kalian dulu." Arjuna mengangkat tangannya. "Beri aku waktu lima hari untuk mencari tempat tinggal yang bagus untuk anak-anak k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 105

    Wanita tadi berlari ke depan Arjuna, lalu dia berlutut."Arjuna, tadi kamu bilang akan menerima semua gadis ini. Kamu tidak boleh menarik kembali kata-katamu.""Tidak akan. Selama mereka bersedia tinggal, aku akan menerima mereka semua," ujar Arjuna sembari memberi isyarat kepada Disa untuk memapah wanita itu berdiri.Wanita itu menolak untuk berdiri. "Arjuna, aku tahu kamu adalah orang baik, tapi kata-kata saja tidak cukup."Arjuna menoleh, kemudian berkata kepada Daisha, "Daisha, pergi ambil kertas, tinta dan kuas."Meskipun Daisha tidak mengerti apa tujuan Arjuna, dia segera mengiakan, lalu melakukan apa yang diminta Arjuna."Bu." Arjuna menunjuk Daisha yang datang membawa kertas, tinta dan kuas. "Ini istriku. Aku memintanya untuk menulis surat jaminan. Dia akan menulis nama putrimu dan membuat dua salinan. Kita masing-masing mendapat satu lembar. Kamu sudah bisa tenang, 'kan?""Oh, menantuku!" Wanita itu segera mengubah cara panggilnya. Dia menarik putrinya, bersujud kepada Arjuna,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 104

    Tidak seorang pun yang percaya dengan kata-kata Arjuna.Meskipun penghasilan Arjuna besar, menafkahi lima puluh orang lebih terasa mustahil.Tadi Arjuna bicara baik-baik, keluarga gadis-gadis itu tidak mau memakaikan kembali pakaian anak mereka.Sekarang Arjuna tidak lagi membujuk, mereka malah dengan cepat memakaikan pakaian putri mereka, kemudian membawa putri mereka keluar.Dari orang dewasa hingga anak gadis, semuanya merasa patah semangat.Raditya membawa sekelompok orang untuk melontarkan komentar-komentar sinis di luar rumah Arjuna.Ada yang mengatakan bahwa Arjuna pelit.Ada pula yang mengatakan bahwa Arjuna hanya ingin memamerkan kekayaannya, sebenarnya dia tidak mempunyai uang.Bahkan ada yang mengatakan bahwa Arjuna tidak mampu sebagai pria sehingga dia tak berani menikahi banyak istri.Pernyataan-pernyataan sarkastik makin banyak dan makin kasar.Setelah mengejek Arjuna, mereka mulai menertawakan orang-orang yang membawa anak perempuan mereka ke rumah Arjuna."Hei, apakah k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status