Share

Bab 10

Author: Abimana
Apa-apaan ini?

Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?"

"Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"

Astaga!

Arjuna kaget. Jadi, itu benar?

Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.

Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?

Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.

Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.

Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.

Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat itu, Daisha akan dicambuk sebanyak setidaknya dua puluh kali.

Dengan tubuh Daisha saat ini, dia tidak mungkin bisa menahan cambukkan dari pejabat pemerintah.

Arjuna tidak tahu apa-apa. Selain khawatir seseorang akan mengadukannya ke pemerintah, Daisha juga ingin membuktikan kepada Arjuna bahwa dia masih bisa mengangkat kotoran sapi walau kakinya tidak leluasa.

Setelah Arjuna tersadar dari lamunannya, dua bersaudari itu sudah berjalan pulang.

"Hei, tunggu aku." Arjuna buru-buru mengambil sekop, lalu menyusul.

Peralatan besi sangat langka di era ini, bisa dengan mudah dicuri jika tidak dibawa pulang.

"Tuan, apa yang kamu lakukan dengan semua kotoran sapi ini?" tanya Daisha setelah mereka kembali ke rumah dan meletakkan kotoran sapi.

"Membakarnya."

"Bakar?" Kotoran bisa dibakar? Daisha berkutat dengan kompor setiap hari, tetapi dia tidak mengetahuinya.

"Membual lagi," komentar Disa, lalu dia mendengus.

"Hm." Arjuna tersenyum sambil mengangguk. "Nanti juga harus ditiup." Meniup akan membuat kotorannya terbakar lebih cepat.

Ketika Arjuna membakar kotoran sapi, membuat dapur menjadi hangat, Disa dan Daisha pun melongo.

"Tuan, bagaimana kamu tahu kalau kotoran sapi bisa dibakar? Tidak bau juga saat dibakar." Daisha memandang kotoran sapi yang ada di bawah kompor dengan takjub.

"Uh ...." Arjuna benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

Jika Arjuna mengatakan bahwa dia mengalami transmigrasi zaman, mereka pasti tidak mengerti, juga tidak akan memercayainya.

"Aku tahu, Tuan! Apakah kamu bertemu dengan Dewa Gunung ketika jatuh ke jurang? Dewa Gunung yang memberitahumu, bukan?" tanya Daisha dengan gembira, bahkan sedikit melompat.

Daisha, yang memiliki temperamen pendiam dan lembut, jarang sekali terlihat begitu ceria. Di bawah cahaya api, wajahnya yang cantik dan lembut berubah menjadi merah, seperti buah persik yang baru matang.

"Uh ...." Arjuna menyentuh kepalanya lalu tersenyum. "Betul, betul, aku bertemu dengan Dewa Gunung."

Daisha mendongak untuk melihat Arjuna, kemudian dia segera menunduk lagi.

Arjuna tidak pernah tersenyum seperti itu padanya.

Dia terlihat tampan saat tersenyum.

Malam harinya, setelah mengusir Raditya, Arjuna mandi lalu berganti pakaian. Dia terlihat lebih segar.

Disa, yang berdiri di samping, mendengarkan percakapan antara Arjuna dan Daisha. Meskipun ekspresinya melembut, raut wajahnya masih tampak dingin.

Dia tidak emosional seperti Daisha. Sejak dia menikah dengan Arjuna, pria ini selalu malas dan jahat. Sekarang pria itu tiba-tiba menjadi baik setelah jatuh?

Disa agak tidak percaya.

Jika Arjuna berani menjual Daisha, Disa pasti akan memanahnya.

Arjuna merasakan tatapan Disa yang tajam.

Dia baru saja mengalami transmigrasi zaman langsung memiliki seorang istri yang menginginkan nyawanya.

Transmigrasi zaman yang dia alami sungguh tidak biasa.

Suhu pada malam hari jauh lebih rendah dibandingkan siang hari. Arjuna berjongkok, lalu segera menambahkan kotoran sapi ke bawah kompor. Dia ingin membuat perapian makin besar, kemudian lanjut mengambil kotoran sapi.

"Oke, apinya sudah cukup besar." Arjuna menyeka tangannya, lalu berdiri.

”Hihi!"

Begitu Arjuna berdiri, Daisha pun terkikik melihat wajah pria tersebut.

"Dik Daisha!" Disa buru-buru menarik Daisha.

"Tuan, maaf, saya sudah berperilaku tidak pantas." Daisha buru-buru menundukkan kepalanya.

"Tuan, Dik Daisha tidak sengaja. Tolong jangan menghukumnya."

Disa juga menundukkan kepalanya, tubuh kedua perempuan itu sedikit gemetar.

"Hei, jangan takut padaku, aku benar-benar tidak akan memu ...." Arjuna tiba-tiba terdiam. Gemetarnya kedua perempuan ini agak berbeda dari sebelumnya. Sepertinya bukan karena takut pada Arjuna, melainkan ....

Arjuna tiba-tiba menurunkan tubuhnya, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat wajah mereka.

Ternyata mereka sedang menahan tawa.

Mereka sedang tertawa.

Arjuna tanpa sadar menyeka wajahnya. Seperti yang dia duga, tangannya hitam.

Tadi dia terburu-buru menambahkan bahan bakar ke dalam api sehingga dia tidak menyadari bahwa wajahnya ternodai. Sekarang wajahnya pasti cemong.

"Ternyata kalian ...." Arjuna mengubah nadanya. "Tampaknya sehari tidak memukul kalian akan membuat kalian melupakan posisi kalian."

Nada dingin Arjuna mengejutkan mereka. Perlakuan lembut Arjuna sepanjang hari ini benar-benar membuat mereka rileks. Melihat wajah Arjuna cemong, dua bersaudari itu pun tak bisa menahan tawa.

Saat dia berbicara, Arjuna mengulurkan tangan ke arah mereka.

"Hanya aku yang tertawa, tidak ada urusannya dengan Dik Daisha." Disa melangkah ke depan Daisha.

"Aku tidak peduli, pokoknya menertawakanku maka harus dihukum." Arjuna melayangkan tangannya ke wajah Disa.

Disa secara naluriah memejamkan matanya, wajahnya yang cantik menegang, menantikan mendaratnya telapak tangan Arjuna.

"Plak!"

Disa dengan jelas merasakan tangan Arjuna mendarat di wajahnya.

Namun ....

Tidak sakit?

Tidak sakit!

Disa sontak membuka matanya, pandangannya bertemu dengan mata Arjuna.

Tatapan yang biasanya terlihat bengis itu kini tampak lembut.

"Apakah kamu masih mau tertawa? Masih mau tertawa? Tangan Arjuna mengusap wajah Disa sehingga wajah Disa pun segera menjadi cemong, bahkan lebih kotor daripada wajah Arjuna.

"Tuan ...." Daisha bergegas mendekat. Awalnya dia mengira Arjuna memukul Disa, tetapi ketika dia mendekat, dia menemukan bahwa gerakan Arjuna lembut, wajahnya juga tersenyum.

"Kamu juga!" Tangan Arjuna berpindah ke wajah Daisha.

Saraf Daisha lebih sensitif. Begitu tangan Arjuna menyentuh wajahnya, Daisha merasa geli hingga terkikik.

Melihat keisengan Arjuna dan mendengar tawa Daisha, Disa pun tercenung.

Dia sudah lama tidak mendengar suara tawa Daisha.

Suara Daisha terdengar manis, seperti suara burung di pegunungan, renyah dan merdu.

Disa tiba-tiba merasakan matanya berkaca-kaca. Ketika air matanya mengalir ke bibirnya, Disa merasa asin.

Dia juga tertawa, meski tidak keras.

Semoga ini bukan mimpi.

Semoga besok setelah mereka bangun, Arjuna masih seperti sekarang.

...

Perapian sudah panas, ruangan juga hangat, malam makin larut.

Daisha naik ke atas tempat tidur, merapikan selimut, kemudian meminta Disa untuk masuk ke dalam selimut. Disa berbaring sebentar, lalu Daisha memanggil Arjuna dengan lembut. "Tuan, ayo tidur."

"..."

Tempat yang disediakan oleh Daisha untuk Arjuna adalah di balik selimut yang sama dengan Disa.

Aish!

Arjuna menggaruk kepalanya.

Dia merasa sedikit gugup.

Sebagai pria normal, Arjuna tidak mungkin berbaring di ranjang yang sama dengan wanita tanpa melakukan apa pun sepanjang malam.

Terutama ....

Pikiran Arjuna dipenuhi dengan pemandangan Disa yang tadi pulang.

Saat itu, seluruh tubuh Disa dipenuhi keringat karena berlari, pakaiannya juga ....

"Tuan, Tuan!"

Melihat Arjuna tidak mendekat, Daisha pun memanggilnya lagi.

"Ya, ya."

Ketika naik ke tempat tidur, Arjuna mendapati dirinya sedikit gemetar, entah karena gugup atau bersemangat.

Sebenarnya dia belum pernah melakukan "itu" di zaman modern.

Setelah Arjuna naik ke tempat tidur, Daisha tidak turun, tetapi dia juga tidak melakukan apa pun.

Uh ....

Gerakan Daisha dan Disa sangat terampil. Dilihat dari ekspresi mereka bisa diketahui bahwa mereka sering mengerjakan hal ini.

Mereka sudah lama menikah, apakah Arjuna yang sebelumnya tidak pernah menyentuh mereka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Ceritanya bagus,sudah mulai ada interaksi antara mereka.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 18

    Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 329

    Dalam keadaan tidur, Arjuna membalikkan badannya.Selimut ini ... sangat lembut dan elastis. Saat Arjuna mendekat, dia mencium aroma yang segar dan manis.Pasti efek deterjen baru.Tampaknya dia memilih merek yang tepat kali ini.Arjuna yang mengira dirinya masih berada di zaman modern, dengan senang memeluk selimut erat-erat.Namun ....Selimut ini harum, tetapi terasa agak dingin. Apakah suhunya turun lagi?Arjuna secara naluriah menggeser tubuhnya, tetapi selimut itu ikut bergeser hingga menempel padanya lagi."Hm?"Arjuna mengernyit dan hendak membuka matanya ketika dia mendengar suara rendah dan malu-malu di dekat telinganya."Hei, Kak Disa, jangan! Lihat, Tuan sudah mau bangun karena kita.""Kalau begitu harus percepat.""Kak Disa, Kak Disa, begini kurang baik.""Kenapa tidak baik? Tahun ini kamu harus ...."Arjuna tidak tahan lagi, dia membuka matanya.Pemandangan di depannya sungguh erotis.Disa terus menanggalkan pakaian Daisha, lalu menjejalkan Daisha yang telanjang ke dalam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 328

    "Antologi Puisi Balai Musik.""Plak!" Ketika Fauzi mendengar Arjuna membaca judul buku itu, tangannya tanpa sadar bergetar, kemudian buku 'Antologi Puisi Balai Musik' pun jatuh dari tangannya ke lantai."Benar." Arjuna bangkit dari meja, lalu menunjuk buku di lantai itu dengan tubuh terhuyung. "Buku itu. Judulnya 'Antologi Puisi Balai Musik,' 'kan. Buku itu tidak digunakan untuk membuat soal ujian daerah dan nasional tahun ini. Bab 77: ...."Sama seperti sebelumnya, Arjuna melafalkan literatur kuno yang panjang, kemudian berhenti sejenak.Begitu Arjuna terdiam, Fauzi mendapati banyak sekali mata yang tertuju padanya.Tubuh Fauzi bergetar tak terkendali. Mengapa orang-orang ini menatapnya seperti itu?"Yang Mulia." Eshan akhirnya mengingatkan Fauzi. "Kenapa Anda tidak membuka bukunya? Ayo buka, lihat apakah Arjuna menghafal dengan benar.""Oh!" Fauzi secara refleks menundukkan kepalanya, kemudian membuka halaman bab tujuh puluh tujuh dari buku 'Antologi Puisi Balai Musik.'"Semuanya ben

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 327

    Arjuna tersenyum bodoh sambil mengucapkan terima kasih lagi. "Terima kasih, bung."Arjuna yang tengah menuangkan anggur ke mangkuk kembali menggelengkan kepalanya dengan kesal.Bukan hanya toples anggur saja yang kecil, mangkuk anggur pun kecil.Pantas saja Arjuna tidak merasa kembung setelah minum begitu lama.Setelah meneguk semangkuk anggur lagi, Arjuna merasa pikirannya menjadi lebih jernih.Isi dari buku-buku kuno itu seperti gambar yang diperbesar, terus melintas dalam pikirannya."Bab 118 dari 'Kitab Pencarian Kebijaksanaan' ...."Arjuna terus melafalkan. Seiring berjalannya waktu, dia melafalkan lebih cepat dan lebih lancar."Bab 600 dari buku 'Sejarah dalam Kehidupan Politik' ...."Setelah melafalkan halaman terakhir dari lima buku kuno, Arjuna membuka kelopak matanya yang berat, kemudian menatap Bima dengan dingin."Mencuri soal ujian? Apakah aku perlu melakukan hal itu? Aku sudah dipaksa ibuku menghafal buku kuno sejak usia tiga tahun. Buku yang aku hafal jauh lebih banyak d

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 326

    Kenapa bisa begini? Para siswa di sekolah desa setempat makin tidak percaya.Mereka telah mengenal Arjuna sejak kecil. Sebelum bersekolah, Arjuna hanya mengenal beberapa huruf.Kenapa bisa begini?Jangan-jangan Cakra mengajarinya secara diam-diam?Arjuna mengabaikan keterkejutan itu. Dia lanjut melafalkan, "Bab 35 dari 'Doktrin Jalan Tengah,' seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, tetapi juga berupaya untuk meninggalkan warisan yang baik bagi generasi berikutnya. Raja A memulai, Raja B melanjutkan. Keberlanjutan dari warisan ini membawa kejayaan dan kehormatan yang abadi, serta membawa kemakmuran bagi negara dan keluarganya.""Bab 221 dari 'Kitab Tata Krama' mengungkapkan perbedaan cara orang atau kelompok dalam merespons pertemuan dengan seorang orang bijaksana, berdasarkan status mereka atau situasi yang mereka alami. Setiap kelompok atau individu (musuh, orang yang jarang terlihat, orang yang sering terlihat, orang buta, orang yang sedang berkabun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 325

    Sudah dimulai, sudah dimulai.Hampir seribu orang yang berdiri di gerbang masuk Desa Embun menajamkan telinga mereka bersama-sama.Ini adalah pertama kalinya sejak berdirinya Dinasti Bratajaya seorang siswa biasa bertanding dengan seorang cendekiawan hebat.Orang-orang sangat penasaran apakah Arjuna benar-benar memiliki kemampuan atau hanya berkoar-koar karena pengaruh alkohol.Pada saat ini, matahari sudah terbenam. Di bawah pembiasan matahari terbenam, debu beterbangan, langit menjadi suram dan gelap, membuat orang terpikir akan medan perang di mana perang besar akan terjadi.Bima yang mengenakan pakaian hitam berdiri tegak, tampak seperti seorang jenderal yang anggun.Sedangkan di seberangnya, Arjuna bersandar santai pada toples anggur, wajahnya merah, pandangannya kabur karena mabuk. Dia tampak sangat mengenaskan.Sebelum bertanding, orang-orang sebenarnya sudah mengetahui jawabannya."Guruku yang membuat soal ujian, apa yang perlu ditandingkan dari hal ini? Aku peringatkan, jangan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 324

    "Aku lihat kamu masih sama seperti dulu. Otakmu tidak benar-benar berfungsi. Kamu takut kalah sehingga sengaja menggunakan trik lama, menggunakan trik kotor seperti ini lagi."Aku beri tahu, kamu itu seorang pecundang."Bima tidak mengatakan apa-apa, jadi Cakra terus memakinya tanpa menyisakan harga diri bagi Bima."Kakak Seperguruan, sebagai lawanku yang kalah, kamu hanya bisa tahan walau tidak terima."Raut wajah Bima tampak muram. "Kalau bukan karena mengingat masa lalu, aku pasti sudah ....""Sudah apa? Kamu itu lemah. Bertandinglah dengan muridku sekarang juga, kalau tidak, artinya kamu pecundang!""Plok, plok, plok!"Beberapa orang begitu senang mendengar sahutan Cakra sehingga mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bertepuk tangan.Setelah bertepuk tangan, mereka menyadari ada yang salah, kemudian baru berhenti.Ada hampir seribu orang yang ada di tempat jamuan makan di gerbang masuk Desa Embun, termasuk pasukan yang dibawa oleh Fauzi dan Firhan. Namun saat ini, suasana ben

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 323

    "Apa?"Perkataan Arjuna bagaikan bom lainnya. Semua orang menatap Arjuna dengan mulut ternganga.Seorang siswa unggul mau bertanding dengan seorang cendekiawan hebat?"Apakah aku tidak salah dengar? Arjuna bilang dia ingin bertanding dengan Cendekiawan Bima?""Kau tidak salah dengar.""Setelah mencuri beberapa soal ujian dan menghafal beberapa jawaban, dia pikir dirinya benar-benar orang terpelajar?""Ternyata memiliki pikiran yang liar dan gila juga merupakan penyakit. Kelihatannya seperti penyakit serius. Aku rasa sebagian besar tabib akan menggelengkan kepala saat melihatnya.""Hahaha, tidak tertolong!"Orang-orang berubah dari terkejut menjadi tertawa terbahak-bahak dan mengejek.Arjuna tersenyum tipis. Dia mengabaikan tawa mereka, kemudian melambaikan lengan bajunya tanpa peduli."Berikan aku anggur!""Ini anggurmu."Orang yang memberikan toples anggur kepada Arjuna adalah seorang prajurit yang mengelilinginya dan ingin menangkapnya."Hm!"Setelah Firhan mengingatkan prajurit yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 322

    "Dilihat dari sikap Pak Bima terhadap Pak Cakra, kurasa Pak Cakra adalah Cendekiawan Cakra.""Jadi ... apakah ini membuktikan bahwa Arjuna tidak mencuri soal ujian? Gurunya adalah seorang Cendekiawan Cakra.""Hmm ... belum tentu. Meskipun Cendekiawan Cakra sangat hebat, beliau tidak mungkin membuat seseorang yang baru selesai belajar Kitab Tiga Aksara ujian dengan nilai sempurna, 'kan?""Siapa tahu inilah hebatnya Cendekiawan Cakra?""Astaga, kalau begitu aku akan segera pindah ke sekolah Desa Embun.""Jangan bermimpi. Kudengar Cendekiawan Cakra tidak mudah menerima murid. Kalau tidak, lihat saja pelajar lain dari Desa Embun. Kenapa setelah bertahun-tahun hanya Marvin seorang yang lulus menjadi siswa unggul.""Apa istimewanya Arjuna? Dia dulu hanya seorang bajingan, dia benar-benar beruntung!"Sama seperti saat pengumuman peringkat dirilis sebelumnya, para pelajar sekali lagi menunjukkan ekspresi iri dan cemburu mereka terhadap Arjuna.Mengapa mereka bekerja keras dan belajar dengan su

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 321

    "Lindungi Tuan!"Fauzi buru-buru menarik kudanya kembali untuk membuat pertahanan.Kelompok prajurit yang mengelilingi Arjuna mundur dari depannya, mereka membentuk tiga lapis perlindungan di sekitar kereta.Arjuna menatap sekelompok prajurit itu, kemudian menggelengkan kepalanya lagi.Kalau prajurit seperti ini turun ke medan perang, sebaiknya langsung menyerah saja.Baik keterampilan maupun kesadarannya kurang baik.Atasan mereka berada di kereta itu, tetapi mereka malah mengepung Arjuna.Bila benda itu bukan batu, melainkan anak panah. Bagaimana mungkin orang di dalam kereta itu masih hidup?Melindungi atasan saja tidak becus, apalagi bertarung.Arjuna hanya bisa menghibur diri sendiri dalam hati. Prajurit yang benar-benar bertempur di medan perang tidak akan seperti ini."Siapa?"Fauzi memandang sekeliling, mencari sumber suara keras itu berasal."Bagaimana ...."Pria di dalam kereta itu terkejut, lalu dia buru-buru mengangkat tirai kereta.Seorang lelaki tua berpakaian hitam dan b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status