Share

Bab 16

Penulis: Abimana
Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.

Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"

Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha.

"Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal.

"Jangan, Kak Disa!"

Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."

Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.

Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!"

"Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 18

    Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 19

    Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 20

    Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 21

    "Te ... tentu saja boleh."Arjuna tergagap karena dia terlalu terkejut.Meskipun Arjuna telah memberi tahu Daisha selama dua hari terakhir bahwa dia tidak akan memukul Daisha lagi.Namun, Daisha masih setakut tikus melihat kucing ketika melihat Arjuna.Apalagi melakukan kontak fisik.Saat ini, dia tiba-tiba ingin tidur di sebelah Arjuna.Hal ini agak mengejutkan.Disa juga merasa bahwa Daisha tidak normal, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.Daisha kembali ke tempat dia tidur kemarin untuk mengambil selimut tipis, kemudian kembali ke sisi Arjuna, berbaring di samping Arjuna.Begitu berbaring, Daisha baru ingat bahwa dia harus berbagi selimut dengan Disa. Lantas, dia duduk, lalu melambaikan tangan kepada Disa."Kak Disa, kemarilah juga.""..."Arjuna terdiam sesaat, mereka bertiga akan tidur berbaris seperti ini?Uhuk.Apakah orang zaman dulu begitu bebas?Akan tetapi ....Dia menyukainya!Malam sudah larut, selimut yang digunakan oleh kedua perempuan itu terlalu tipis. Arjuna ingin m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 22

    "Um ...."Dagu Daisha dicengkeram dengan keras oleh Arjuna, diserang.Napasnya sedikit terengah, sensasi mati rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dari daun telinga hingga tulang ekornya.Bibir dan tubuh yang lembut, serta wangi tubuh Daisha menyerang garis pertahanan Arjuna sedikit demi sedikit.Tidak, tidak.Sekarang bukan waktunya. Daisha masih belum sehat.Arjuna tiba-tiba melepaskan Daisha, lalu meletakkan satu tangannya di dinding."Masih mau lari?"Arjuna telah mencoba yang terbaik untuk mengendalikannya, tetapi suaranya masih bergetar.Mata Daisha terus berkedip, ada kelembutan, tetapi lebih banyak keluhan."Buk!"Daisha masuk ke dalam pelukan Arjuna, lalu terus meninju Arjuna.Air matanya menetes ke pakaian Arjuna, dia terus mengeluh."Kenapa? Kenapa? Aku sudah menunggumu lebih dari setahun, kenapa kamu tidak berubah lebih cepat? Kenapa kamu baru berubah di saat situasinya sudah tidak tertolong?""Kenapa tidak tertolong? Bukankah sudah kukatakan ada ide?"Dai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 23

    "Pergi ke kota?"Disa tiba-tiba berhenti melangkah. "Bukankah kita akan menghasilkan uang untuk membayar Rumah Bordil Prianka?""Hm, sekarang kita akan menghasilkan uang. Uang sebanyak itu hanya bisa dihasilkan di kota."Usai berbicara, Arjuna lanjut berjalan.Desa Embun terletak cukup jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Jika mereka tidak cepat berangkat, mereka tidak akan bisa tiba sebelum sore hari.Daisha bangun setelah mereka berjalan beberapa saat, tetapi Arjuna merasa jalannya lambat sehingga dia tidak menurunkan Daisha.Dia menggendong Daisha dan terus berjalan. Dulu berlari sepuluh kilometer dengan beban berat adalah hal paling mendasar di ketentaraan. Daisha bahkan lebih ringan daripada beban yang Arjuna bawa di zaman modern.Hanya saja Arjuna yang dulu malas dan kurang olahraga sehingga tubuhnya kurang kuat. Arjuna meminta Disa untuk gantian menggendong Daisha di tengah jalan.Setelah mendaki dua gunung dan tiba di jalan kota, jalannya menjadi lebih mudah dilewati.Sebelu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 24

    Tamael bergegas masuk dari halaman belakang. Ketika dia melihat si pembuat onar, dia langsung santai.Dia pikir bandit.Dalam situasi yang buruk, bandit lebih sulit dihadapi dibandingkan pejabat."Kupikir siapa, ternyata kamu, pecundang!" Tamael makan kacang dengan ekspresi mencemooh.Kemarin dia kurang persiapan, hari ini mereka ada di wilayahnya.Dia akan membuat Arjuna membayarnya dengan darah."Baguslah, kamu datang sendiri, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi."Tamael melemparkan kulit kacang ke lantai. "Pengawal!"Begitu dia berteriak, puluhan preman kekar bergegas ke lobi, mengepung Tamael."Arjuna, kalau kamu berlutut untuk memohon, kemudian memanggilku bos sekarang, aku akan berbaik hati menyuruh mereka menghajarmu lebih pelan.""Ternyata dia datang untuk membuat onar karena tidak bisa membayar utang.""Tapi, apakah dia tidak takut dirinya mati dengan mengenaskan sehingga dia berani datang ke sini untuk membuat masalah?""Kudengar orang itu punya sedikit keahlian, dia mungki

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 116

    Arjuna sibuk di pabrik pengolahan ikan sepanjang hari. Saat dia hampir tiba di rumah, dia mendengar bunyi terompet, gong dan genderang. Alunannya sangat meriah.Dalam situasi yang kurang baik selama beberapa tahun terakhir, suara-suara meriah seperti itu sudah jarang terdengar. Bahkan Daisha, yang biasa lembut dan pendiam, sangat senang mendengarnya. Dia mengangkat tirai, kemudian bertanya kepada Disa yang mengemudi kereta kuda."Kak Disa, dari rumah mana suara-suara itu?""Tidak tahu, rasanya sangat dekat dengan rumah kita.""Nada terompet sangat ceria. Mungkin ada gadis yang menikah dengan pria baik.""Kerajaan Bratajaya sudah berbeda dari sebelumnya. Dulu menikah, pihak mempelai pria yang meniup terompet. Setelah jumlah pria menipis, jadi pihak perempuan yang meniup terompet.""Bagus sekali!"Kedua saudari itu menunjukkan tatapan iri pada saat yang sama. Mereka mengingat kembali saat mereka dialokasikan untuk Arjuna, mereka berpelukan sambil menangis.Menangis karena ketidakadilan t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 115

    Jantungnya yang berdebar-debar sejak lima hari lalu kini mencelos.Saat ibunya menariknya ke hadapan Arjuna, dia telah jatuh cinta pada pria ini.Lima hari terakhir adalah lima hari terbahagia dalam hidupnya.Karena dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.Pertanyaan Putri Delapan membuat gadis-gadis yang sudah dan sedang naik ke kereta langsung tertegun.Mereka begitu senang hingga melupakan hal ini.Perempuan adalah spesies yang peka. Mereka dapat melihat bahwa Arjuna adalah pria yang baik.Putri Delapan bukan satu-satunya perempuan yang menyukai Arjuna.Mereka semua ingin menikahi Arjuna. Sangat, sangat ingin."Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Lain kali kerjalah dengan baik, akan ada pria yang lebih menyayangimu menikahimu."Kata-kata seperti itu sangat normal di zaman modern, tetapi ...."Tuk!"Putri Delapan berlutut di depan Arjuna."Hari ini, aku sudah masuk ke Kediaman Kusumo dengan seutas benang merah yang diikatkan di kepalaku. Dalam kehidupan ini, baik hidup maupun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 114

    "Sok misterius, aku pikir apa. Makanan itu biasanya kugunakan untuk memberi makan ayam dan bebek.""Oh?" Arjuna menatap Raditya dengan dingin. "Itulah alasan kamu tidak berguna. Kamu menggunakannya untuk memberi makan ayam, tapi aku bisa mengubahnya menjadi harta karun."Raditya langsung membantah, "Apakah itu harta karun memangnya tergantung katamu? Ikan kecil seperti itu ada banyak di perapian pegunungan. Beri makan hewan ternak saja, mereka tidak suka.""Raditya benar." Orang-orang setuju. Panen di daerah tersebut telah buruk dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang pernah coba memberi makan hewan ternak dengan ikan kecil, tetapi hewan-hewan ternak saja tidak suka."Enak atau tidak, kalian coba dulu saja." Arjuna menyodorkan piring ke depan orang-orang, meminta mereka mencicipinya.Orang-orang awalnya skeptis. Namun setelah beberapa orang mengambil inisiatif untuk makan, ikan-ikan kecil di dalam piring Arjuna pun habis dalam sekejap."Enak, enak sekali.""Arjuna, bagaimana kamu m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 113

    "Kalau itu aku, aku akan segera melaporkannya ke pihak berwenang. Kalau mereka tidak melakukan apa-apa, aku akan membuat onar di Restoran Kebon Sirih untuk menghentikan pasokan ikannya. Kalau tidak, orang yang dia celakai kelak akan makin banyak.""Arjuna, bukankah kamu seharusnya memberi kami penjelasan?" Keluarga gadis-gadis itu langsung menghadapi Arjuna. Jika Arjuna benar-benar ingin menikahi putri mereka, mereka tentu akan berterima kasih dan bersedia melakukan apa pun.Akan tetapi, jika Arjuna ingin menjual putri mereka ke Rumah Bordil Prianka, mereka pasti akan bertarung dengan Arjuna."Semuanya, tenang." Khawatir orang-orang itu akan menyakiti Arjuna, Magano buru-buru membawa Ravin dan yang lainnya untuk berdiri di depan Arjuna.Magano dengan marah berteriak, "Raditya, kamu menyebar rumor dan memfitnah!""Apakah aku menyebar rumor dan fitnah? Coba biar Arjuna menjawab, apakah dia menyuruh Tamael kemari untuk membawa gadis-gadis ini pergi?"Tamael memelototi Raditya. "Kamu pikir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 112

    Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 111

    Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 110

    "Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 109

    "Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 108

    "Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status