Share

Bab 480

Author: Abimana
"Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ...."

"Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?"

"Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."

Danis melempar sebuah batu ke arah Arga.

"Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"

Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.

Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.

Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.

Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.

Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.

Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah.

"Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1

    "Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki.""Sekurang apa?""Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil.""Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan.""Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi.""Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."...Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya."Jangan menangis lagi, berisik sekali!"Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya seb

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 2

    "Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 3

    Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 4

    "Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 480

    "Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ....""Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?""Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."Danis melempar sebuah batu ke arah Arga."Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah."Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 479

    "Hormat kepada Perdana Menteri Kiri."Melihat lelaki tua itu, Raka segera berlutut.Pria tua itu mengabaikan Raka, berjalan cepat menuju Arjuna. Di tengah jalan, Danis berteriak padanya. "Arga, kenapa kamu ada di sini, tidak berada di pemerintah pengadilan?"Danis begitu marah. Jika pak tua ini tidak muncul, Arjuna pasti sudah menyetujuinya."Kalau aku tidak kemari, orangku sudah mau direbut pergi!"Saat berbicara, Arga sudah datang ke depan Arjuna. Dia menatap Arjuna dengan penuh semangat. "Arjuna, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu."Setelah kembali ke ibu kota dari Kabupaten Damai, Arga merasa bahwa hari berjalan dengan lambat. Dia menghitung hari, menantikan ujian perguruan tinggi.Hanya tersisa sekitar sebulan lebih, atau tiga puluh delapan hari, antara ujian nasional dan ujian perguruan tinggi. Akan tetapi, Arga merasa bahwa tiga puluh delapan hari ini sama panjangnya dengan tiga ratus delapan puluh hari.Karena khawatir terjadi sesuatu pada ujian perguruan tinggi,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 478

    Makin Danis berbicara, makin menyedihkan suaranya, makin keras dia menangis.Arjuna merasa tidak enak ketika mendengarnya. "Jangan menangis, Pak Tua. Bagaimana mungkin kamu punya ahli waris? Ada begitu banyak jenderal berbakat di Pasukan Serigala.""Banyak? Banyak dari mana? Mereka memang jago bertarung dan membunuh musuh. Tapi kalau soal taktik, mereka semua bodoh."Meskipun kata-kata Danis dilebih-lebihkan, para jenderal yang ganas dalam pasukannya memang kalah Arjuna.Saat Arjuna bilang tidak mau ikut dengannya, Danis benar-benar menangis. Namun setelahnya, dia hanya untuk menipu Arjuna.Alasan dia bisa sampai ke posisi sekarang, selain karena dia petarung yang handal, dia juga cukup tidak tahu malu.Dia meminta Pedang Sakti Penstabil Negara dari mendiang kaisar sebelumnya dengan tidak tahu malu."Bagaimana dengan Raka?" Arjuna menunjuk Raka yang berdiri di samping Danis. "Menurutku dia bagus. Dia pintar dan loyal padamu, sangat cocok menjadi penerusmu."Danis menyeka air matanya, k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 477

    Danis mengayunkan pedang di tangannya kemudian berkata, "Arjuna, apa pendapatmu tentang pedangku ini?"Tatapan Arjuna tertuju pada pedang Danis dengan tenang. "Bentuknya sangat indah, cahaya pedangnya jernih. Pedangnya tajam dan bagus. Kenapa? Marsekal mau membunuhku?""Aish!" Danis tampak tidak senang. "Arjuna, apa yang kamu bicarakan? Aku ingin memberimu pedang ini."Pada titik ini, Raka tidak dapat menahan diri lagi. Dia melangkah ke depan Arjuna kemudian berkata, "Marsekal, ini sama sekali tidak boleh.""Enyahlah!" Danis mendorong Raka menjauh. "Tidak boleh? Sejak kapan kamu yang mengajariku?"Sambil mendorong Raka, Danis memasukkan kembali pedang ke sarungnya, kemudian menyerahkannya kepada Arjuna.Arjuna melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata dengan acuh tak acuh. "Aku tidak layak menerimanya, tidak mau.""Bam!" Raka terjatuh ke lantai."Dasar tak berguna!" Danis menendang Raka. "Keluar dari sini.""Marsekal, Anda benar-benar harus mempertimbangkannya." Raka masih belu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 476

    "Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 475

    "Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 474

    Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 473

    "Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 472

    "Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status