Share

Bab 8

Penulis: Abimana
Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."

Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.

Daisha masih bergeming.

Arjuna ... tersenyum padanya.

Apakah dia sedang bermimpi?

"Daisha, Daisha, Daisha."

Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar.

"Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.

Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.

Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.

Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.

Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.

Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.

Harum sekali.

Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.

Dagingnya tidak banyak, lemaknya juga tidak banyak, tetapi ini sudah lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Arjuna menuangkan daging yang tersisa ke dalam panci, bersama dengan sayuran liar.

Saat sayuran liar dituangkan ke dalam panci, cahaya di mata kedua wanita itu tiba-tiba meredup.

Apakah Arjuna bahkan tidak membiarkan mereka memakan sayuran liar?

Arjuna, yang sedang memasak dengan kepala menunduk, tidak memperhatikan perubahan dua bersaudari itu. Setelah memasukkan sayuran liar, dia juga menuangkan sepiring nasi yang tersisa, menumisnya sebentar, menaburi garam, menumis lagi, lalu menggunakan spatula untuk mencicipinya.

Hm, meski tidak enak, rasanya jauh lebih baik daripada hanya makan sayuran liar tanpa rasa.

Arjuna membagi nasi di panci menjadi tiga piring, kemudian menaruhnya di atas meja kecil.

"Ayo duduk dan makan bersama." Setelah Arjuna duduk, dia meminta kedua wanita tersebut untuk makan bersamanya.

"..."

Makan nasi?

Arjuna membiarkan mereka makan nasi?

Reaksi pertama mereka adalah Arjuna mungkin mencampurkan obat dalam makanan agar bisa menjual mereka.

Arjuna tidak memperhatikan ekspresi mereka. Dia mengambil sepiring nasi goreng, kemudian makan sambil berujar, "Sekarang sudah malam, ditambah aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan, jadi kita makan ini dulu untuk malam ini. Besok aku akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan enak."

Aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan.'

Kenapa omongan Arjuna begitu aneh? Dia asing dengan Desa Embun?

Aish, bukan itu poin pentingnya, melainkan Arjuna tidak hanya membiarkan mereka makan malam ini, tetapi dia juga akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan untuk mereka besok?

Mereka tidak sedang bermimpi, bukan?

Daisha bahkan mencubit pahanya sendiri.

"Apakah sakit?" tanya Arjuna.

"Hah? Sakit ...." jawab Daisha yang kemudian sadar bahwa Arjuna sedang bertanya padanya.

"Kalau begitu, kamu masih mau mencubitnya?"

"..."

Melihat tatapan lembut Arjuna serta mendengar nada penuh kasih sayangnya, mata Daisha berkedip. Rasa sedih tiba-tiba membanjiri hatinya, air mata langsung mengaburkan pandangannya.

Apakah ....

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Apakah dia benar-benar tidak sedang bermimpi?

Setetes air mata jatuh, kebetulan menetes di atas tangan Arjuna.

Air mata hangat mengalir dari telapak tangan Arjuna.

Arjuna tidak merasa bahwa dia adalah orang lembut, tetapi ketika dia merasakan kehangatan di tangannya, hatinya melunak.

"Bodoh!" Arjuna mencubit wajah Daisha dengan pelan. "Kenapa kamu menangis? Cepat makan."

Dua bersaudari itu masih belum duduk. Salah satunya menangis, sedangkan satu lagi memandang Arjuna dengan curiga.

Tak berdaya, Arjuna pun hanya bisa meninggikan nadanya.

"Kenapa masih diam? Haruskah aku menyuapi kalian?"

Barulah mereka berdua segera duduk.

Ada potongan daging dalam nasi goreng. Disa dan Daisha sudah beberapa tahun tidak makan daging. Akan tetapi, Disa tidak memakannya dengan lahap, dia masih gelisah.

Apakah Arjuna benar-benar berubah menjadi baik? Atau ada tujuan lain?

Arjuna selesai makan dulu, kemudian dia duduk di atas kompor, memejamkan mata untuk beristirahat. Dia merapikan ingatan Arjuna yang sebelumnya sembari memikirkan cara menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya.

Cuaca makin dingin.

"Aduh!"

Disa tiba-tiba berteriak, meninggalkan makanannya, lalu berlari keluar.

"Kak Disa, kamu mau pergi ke mana?"

"Kayu bakarku masih di pintu masuk desa!"

Bukan hanya beras, tetapi kayu bakar di rumah juga sudah habis.

Sekarang sudah memasuki musim dingin, suhu pada siang dan malam hari sangat tinggi. Tanpa perapian, mereka tidak bisa tidur.

Disa bisa melewati malam tanpa kayu bakar, tetapi tubuh Daisha sangat lemah sehingga dia tidak tahan dingin. Demikian juga Arjuna.

Arjuna tidak berolahraga untuk jangka panjang sehingga tubuhnya lemah. Bukan hanya membutuhkan perapian, tetapi perapiannya juga harus besar.

Jika tidak ada api ....

Disa merasa takut ketika memikirkan Arjuna mencambuk mereka. Dia saja tidak bisa menahannya, apalagi Daisha.

Hari ini ketika dia tiba di pintu masuk desa, dia mendengar bahwa Daisha dijual ke Rumah Bordil Prianka. Raditya telah membawa orangnya untuk membawa Daisha pergi. Jadi, Disa langsung meninggalkan kayu bakar yang ada di tangannya, lalu berlari pulang.

"Kak Disa! Kak Disa!" Daisha dengan tertatih-tatih berlari keluar.

"Hei, kalian ...." Arjuna ingin menghentikan mereka, tetapi begitu dia berbicara, mereka berdua sudah menghilang.

Sekarang adalah musim dingin, ditambah tahun ini relatif kering sehingga kayu bakar sulit didapat. Jika dibiarkan begitu lama di gerbang desa, kayu bakarnya pasti sudah diambil oleh orang lain.

Arjuna pergi ke dapur untuk melihat. Kayu bakar di dapur benar-benar sisa sedikit. Jangankan membuat perapian, untuk memasak saja tidak cukup.

Hembusan angin bertiup, Arjuna menggigil kedinginan.

Tubuh ini benar-benar lemah.

Berdasarkan pengalamannya di zaman modern, Arjuna memperkirakan bahwa suhu saat ini di bawah nol dan mungkin akan lebih dingin lagi saat larut malam.

Dengan pakaian katun compang-camping dan selimut tipis di rumah, dia tidak mungkin bisa bertahan tanpa perapian pada malam hari.

Dia harus memikirkan ide.

Dia tidak mungkin bisa menemukan solusi di rumah, jadi Arjuna ikut keluar, kemudian berjalan ke gerbang desa berdasarkan ingatannya yang tidak jelas.

Seperti yang Arjuna tebak, kayu bakar Disa telah hilang. Ketika dia tiba, Disa sedang memaki di depan gerbang desa.

Namun sekeras apa pun makiannya, orang yang mencuri kayu bakarnya tidak akan mengembalikannya juga.

Ada banyak penduduk di desa ini, bagaimana mereka bisa tahu siapa yang mencurinya?

"Disa, jangan berteriak. Aku punya ide. Aku tidak akan membiarkan kalian tidur dalam kondisi kedinginan malam ini."

Dua bersaudari itu tertegun lagi. Mereka membeku di tempat untuk waktu yang lama, kemudian Disa berbicara lebih dulu.

"Dik Daisha, kurasa otaknya pasti mengalami masalah ketika dia jatuh ke jurang."

Kalau tidak, mengapa dia seperti menjadi orang yang berbeda?

"Kak Disa, bagaimana kamu bisa mengatai Tuan seperti itu? Ayo kita pergi." Daisha menarik tangan Disa. "Apakah otak Tuan bermasalah atau tidak, kita akan tahu setelah menyusulnya."

Daisha yang pendiam berbicara dengan cepat untuk pertama kalinya.

Perubahan Arjuna membuatnya merasa senang, tetapi dia tidak berani menunjukkannya karena dia takut ini hanya ilusinya.

Daisha dan Disa menyusul, kemudian menemukan Arjuna sedang berjalan kembali. Dia melihat lantai seolah sedang mencari sesuatu.

Daisha sedikit bingung.

Inikah ide Arjuna?

Akan tetapi, jalan ini adalah jalan desa, bagaimana mungkin ada kayu bakar?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus,sudah mulai adanya kerja sama.lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 382

    "Pengusaha memang licik. Dia yang mengusulkan, sekarang dia ingin kabur!""Jangan biarkan dia lari!"Ketika Bani ditangkap oleh Magano dan rakyat dari Kabupaten Damai, rakyat Kabupaten Damai berteriak marah.Sugi membawa para pedagang dari Kabupaten Sentosa ke Kabupaten Damai untuk menindas dan mempermalukan Eshan. Orang-orang dari Kabupaten Damai telah lama menahan amarah.Sekarang mereka menemukan kesempatan untuk melampiaskan kemarahan mereka, orang-orang tidak akan membiarkan Bani pergi."Yang Mulia!"Panik, Bani pun meminta bantuan Sugi.Sugi menutup matanya, berpura-pura tidak mendengar.Masalah sudah terjadi, dia tidak mungkin membangkitkan kemarahan publik demi seorang Bani.Hanya bisa menyalahkan Bani sendiri memulai masalah."Cepat jilat!"Magano menarik Bani ke samping kaki Arjuna."Jilat! Kamu harus menjilat lumpur yang ada di sol sepatu Arjuna sampai bersih!""Jilat!""Cepat jilat!"Tak hanya warga Kabupaten Damai saja, warga dari kabupaten lain pun turut bersorak.Arjuna

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 381

    "Pak Karyo, jangan banyak bicara lagi. Kita sudah terlambat. Menepilah, masukkan kereta ke dalamnya.""Baik, Tuan."Di tengah suara tawa dan beberapa tatapan bingung, Karyo menarik mobil uap ke depan Disa."Pak Karyo, akhirnya kamu datang."Melihat Karyo, wajah Disa pun penuh kegembiraan. Dia menarik kereta ke trailer di belakang mobil uap.Arjuna baru meminta Karyo untuk menambahkan benda ini.Aksi Disa dan Karyo kembali mengundang perbincangan banyak orang."Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka mengendarai kereta ke sana?""Tadi aku mendengar si pandai besi mengatakan bahwa Arjuna yang memintanya untuk membuat benda besi itu. Dia juga mengatakan bahwa itu adalah mobil dan bisa bergerak kalau dibakar. Jangan-jangan dia ingin bertanding seperti itu?""Kesampingkan soal bertanding, tapi bisa menyala setelah dibakar?""Hahaha!" Tawa Hendra yang arogan dan keras terdengar."Kurasa mereka bukan ingin berkompetisi. Mereka membuat benda besi itu untuk membuat Tuan Hendra mati tertawa, kemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 380

    Pada saat ini, Disa telah tiba di depan tribun penonton dengan kereta yang ditarik oleh kuda rumah.Orang-orang sekitar pun turut bersorak kencang menertawakan Kabupaten Damai.Rombongan pejabat dan pedagang dari Kabupaten Sentosa di belakang Sugi sama sekali tidak menghargai Eshan. Mereka tertawa dengan lancang.Mois berlari menuruni panggung penonton untuk mendatangi Arjuna. Dia bertanya dengan cemas. "Arjuna, kenapa kamu datang seperti ini? Mana solusimu?""Tenang saja, Yang Mulia, akan segera sampai." Arjuna menenangkan Mois.Tidak lama setelah Arjuna selesai berbicara, asap tebal dan debu mengepul dari jalan di belakangnya.Setelah debu mereda, sebuah kereta besar yang ditarik empat kuda muncul di depan orang-orang.Semua orang di tempat tampak terkejut dan bingung. Hal yang mengejutkan mereka bukanlah kemunculan tiba-tiba kereta besar itu, melainkan benda aneh pada kereta itu.Kereta berhenti di depan Arjuna.Sang pengemudi melompat turun dari kereta.Pria itu berkulit gelap dan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 379

    Sebelum Eshan dan yang lainnya tiba, Hendra mengatakan bahwa dia akan tampil setelah kompetisi.Kebanyakan yang berteriak paling keras berasal dari Kabupaten Sentosa.Mereka dengan tidak sabar mengajak orang-orang dari kabupaten lain menonton pertunjukan Hendra, melihat betapa hebatnya Kabupaten Sentosa."Hei, bagaimana boleh kalian berbicara seperti itu kepada Yang Mulia Eshan?" Hendra dengan munafik membela Eshan."Tuan Hendra, bukannya kami tidak menghormati Yang Mulia Eshan, tapi orang mereka tidak kunjung datang.""Benar sekali. Kalau tidak mau datang, cepat akui saja kekalahan.""Semuanya, harap tenang, tenang!" teriak Hendra untuk menenangkan mereka.Tempat itu jelas-jelas Kabupaten Damai dan masih ada kepala daerahnya. Namun, orang yang maju untuk menenangkan rakyat adalah seorang pengusaha. Sungguh memalukan.Sugi hanya duduk, menyaksikan semuanya sambil tersenyum.Dia sengaja membiarkan Hendra mempermalukan Eshan.Seperti yang dia katakan, seorang pengusaha dari Kabupaten Sen

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 378

    "Yang Mulia Mois, jangan bicarakan ini dulu." Arjuna menghentikan Mois yang sedang mengumpat sambil menggertakkan giginya. Dia berkata, "Cepat suruh orang meminjam kuda dari orang-orang kaya di kota."Ada peraturan yang jelas bahwa kuda resmi dan kuda militer tidak boleh digunakan dalam pacuan kuda."Aku sudah menyuruh seseorang pergi, Arjuna." Eshan pun mendekat."Yang Mulia."Di pintu masuk tempat pelatihan, Irwan bergegas datang bersama sekelompok pedagang.Mereka membawa berita yang sangat buruk, semua kuda balap mereka sakit.Orang-orang yang dikirim Eshan juga segera kembali, beritanya sama persis dengan yang disampaikan Irwan.Semua kuda balap di kota itu jatuh sakit dalam semalam."Pasti Sugi dan komplotannya yang melakukan ini. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka." Daud, kepala penangkap, yang marah ingin membawa orang untuk mencari Sugi."Kembali!" teriak Eshan, memanggil Daud.Seandainya memang Sugi dan anak buahnya yang melakukannya, mereka tidak punya bukti sekarang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 377

    Pada hari ini, Disa bangun sebelum fajar.Meskipun dia biasanya terlihat ceroboh, dia sebenarnya mengkhawatirkan Arjuna seperti kedua adik perempuannya.Dia bangun begitu pagi karena dia ingin pergi ke tempat pelatihan untuk memeriksa kuda terlebih dahulu."Kamu sudah bangun? Kenapa kamu tidak tidur lebih lama?"Begitu Disa menurunkan kakinya dari kasur, suara bariton yang penuh perhatian pun terdengar.Disa mendongak, kemudian melihat Arjuna.Lampu minyak di luar rumah masih menyala, Arjuna berdiri melawan cahaya. Suaranya terdengar dalam dan enak didengar.Di mata Disa, penampilan Arjuna saat ini bak dewa."Tuan, kenapa kamu juga sudah bangun?""Oh, aku bangun untuk membuat sarapan. Kalian tidur sangat larut kemarin, pasti sangat mengantuk sekarang. Jadi aku berpikir untuk membuatkan kalian sarapan sebelum pertandingan."Arjuna berjalan keluar dari lingkaran cahaya.Tampan, gagah dan berkarisma.Tiga kata itu langsung terlintas di pikiran Disa.Entah sejak kapan tuannya menjadi begit

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 376

    Yang Mulia, apakah Anda merasa tuanku akan kalah? Tuanku itu memiliki bakat menunggang kuda." Disa tampak sedikit tidak senang.Dia tidak tahan mendengar orang lain mengatakan bahwa Arjuna tidak bisa.Terlebih lagi, Disa tidak mengatakan hal itu hanya karena marah. Arjuna benar-benar memiliki bakat menunggang kuda."Benar sekali!" Arjuna tersenyum sambil berkata dengan santai. "Serahkan saja kepadaku, Yang Mulia.""Arjuna, kamu begitu percaya diri, maka aku akan tenang."Meskipun Eshan mengatakan bahwa dia merasa lega, sebenarnya dia tidak memiliki harapan sama sekali. Arjuna bisa mendengarnya dengan jelas.Arjuna tidak memberi tahu Eshan tentang para bandit.Salah satu alasannya adalah pikiran Eshan sekarang penuh dengan pertandingan. Sekalipun Anda memberitahunya, Eshan mungkin tidak akan memikirkannya.Kedua, jika Eshan benar-benar mempermasalahkannya, dia pasti akan mencarinya dan hal itu akan membuat musuh waspada.Demi keselamatan, juga untuk menghindari tragedi yang menimpa Tama

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 375

    Jadi mereka adalah bandit dari Gunung Magmora yang Tamael bilang berkolusi dengan Hendra, menculik istri dan putri Tamael untuk memaksa Tamael memfitnah Arjuna, bahkan gubernur pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka?Kenapa mereka bisa muncul di tempat ini?Arjuna segera menemukan bahwa ketiga bandit Gunung Magmora mengambil jalan yang sama dengannya. Tujuan mereka juga Restoran Kebon Sirih.Mereka masuk ke Restoran Kebon Sirih sebelum Arjuna."Tuan, apakah kalian ingin mampir sebentar atau menginap?"Arjuna mendengar penjaga restoran bertanya kepada mereka."Menginap."Pemimpin bandit itu anggun dalam tutur kata dan perilaku, berpakaian rapi, memakai brokat terbaik.Jika Dinda tidak mengenali mereka sebagai bandit, Arjuna akan mengira dia adalah seorang pemuda kaya. Sedangkan orang-orang bertampang garang di belakangnya adalah pengawalnya.Arjuna baru masuk setelah para bandit mengikuti pelayan ke kamar di lantai dua."Tuan!" Begitu melihat Arjuna, penjaga restoran itu mengham

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 374

    "Jangan pikir aku tidak akan memukulmu hanya karena kamu kakakku!" Dinda menyerbu sambil mengangkat tangan kecilnya."Kalau begitu sini, bocah kecil."Disa dan Dinda bertarung di depan, sementara Daisha yang ada di belakang mereka menegur mereka. "Kak Disa, Dinda, kalian sudah menikah sekarang. Kenapa kalian masih bertingkah seperti anak kecil? Hentikan sekarang juga!""Daisha." Arjuna menggandeng tangan Daisha. "Jarang-jarang mereka sesenang ini. Biarkan saja mereka.""Tuan, kamu terlalu memanjakan mereka.""Hm?" Arjuna melingkarkan tangannya ke pinggang Daisha. "Apakah kamu menyalahkanku hanya memanjakan Disa dan Dinda, tidak memanjakanmu?"Sambil berbicara, Arjuna memiringkan kepalanya, kemudian berbisik di telinga Daisha. "Oke, kalau begitu aku akan lebih memanjakanmu malam ini."Ketika Arjuna menyebut kata "malam", dia sengaja menekankan nadanya."Tidak, bukan seperti yang Tuan bayangkan."Daisha, yang paling tidak tahan digoda, langsung tersipu."Seperti apa?"Arjuna paling menyu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status