Share

Bab 8

Penulis: Abimana
Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."

Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.

Daisha masih bergeming.

Arjuna ... tersenyum padanya.

Apakah dia sedang bermimpi?

"Daisha, Daisha, Daisha."

Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar.

"Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.

Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.

Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.

Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.

Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.

Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.

Harum sekali.

Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.

Dagingnya tidak banyak, lemaknya juga tidak banyak, tetapi ini sudah lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Arjuna menuangkan daging yang tersisa ke dalam panci, bersama dengan sayuran liar.

Saat sayuran liar dituangkan ke dalam panci, cahaya di mata kedua wanita itu tiba-tiba meredup.

Apakah Arjuna bahkan tidak membiarkan mereka memakan sayuran liar?

Arjuna, yang sedang memasak dengan kepala menunduk, tidak memperhatikan perubahan dua bersaudari itu. Setelah memasukkan sayuran liar, dia juga menuangkan sepiring nasi yang tersisa, menumisnya sebentar, menaburi garam, menumis lagi, lalu menggunakan spatula untuk mencicipinya.

Hm, meski tidak enak, rasanya jauh lebih baik daripada hanya makan sayuran liar tanpa rasa.

Arjuna membagi nasi di panci menjadi tiga piring, kemudian menaruhnya di atas meja kecil.

"Ayo duduk dan makan bersama." Setelah Arjuna duduk, dia meminta kedua wanita tersebut untuk makan bersamanya.

"..."

Makan nasi?

Arjuna membiarkan mereka makan nasi?

Reaksi pertama mereka adalah Arjuna mungkin mencampurkan obat dalam makanan agar bisa menjual mereka.

Arjuna tidak memperhatikan ekspresi mereka. Dia mengambil sepiring nasi goreng, kemudian makan sambil berujar, "Sekarang sudah malam, ditambah aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan, jadi kita makan ini dulu untuk malam ini. Besok aku akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan enak."

Aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan.'

Kenapa omongan Arjuna begitu aneh? Dia asing dengan Desa Embun?

Aish, bukan itu poin pentingnya, melainkan Arjuna tidak hanya membiarkan mereka makan malam ini, tetapi dia juga akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan untuk mereka besok?

Mereka tidak sedang bermimpi, bukan?

Daisha bahkan mencubit pahanya sendiri.

"Apakah sakit?" tanya Arjuna.

"Hah? Sakit ...." jawab Daisha yang kemudian sadar bahwa Arjuna sedang bertanya padanya.

"Kalau begitu, kamu masih mau mencubitnya?"

"..."

Melihat tatapan lembut Arjuna serta mendengar nada penuh kasih sayangnya, mata Daisha berkedip. Rasa sedih tiba-tiba membanjiri hatinya, air mata langsung mengaburkan pandangannya.

Apakah ....

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Apakah dia benar-benar tidak sedang bermimpi?

Setetes air mata jatuh, kebetulan menetes di atas tangan Arjuna.

Air mata hangat mengalir dari telapak tangan Arjuna.

Arjuna tidak merasa bahwa dia adalah orang lembut, tetapi ketika dia merasakan kehangatan di tangannya, hatinya melunak.

"Bodoh!" Arjuna mencubit wajah Daisha dengan pelan. "Kenapa kamu menangis? Cepat makan."

Dua bersaudari itu masih belum duduk. Salah satunya menangis, sedangkan satu lagi memandang Arjuna dengan curiga.

Tak berdaya, Arjuna pun hanya bisa meninggikan nadanya.

"Kenapa masih diam? Haruskah aku menyuapi kalian?"

Barulah mereka berdua segera duduk.

Ada potongan daging dalam nasi goreng. Disa dan Daisha sudah beberapa tahun tidak makan daging. Akan tetapi, Disa tidak memakannya dengan lahap, dia masih gelisah.

Apakah Arjuna benar-benar berubah menjadi baik? Atau ada tujuan lain?

Arjuna selesai makan dulu, kemudian dia duduk di atas kompor, memejamkan mata untuk beristirahat. Dia merapikan ingatan Arjuna yang sebelumnya sembari memikirkan cara menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya.

Cuaca makin dingin.

"Aduh!"

Disa tiba-tiba berteriak, meninggalkan makanannya, lalu berlari keluar.

"Kak Disa, kamu mau pergi ke mana?"

"Kayu bakarku masih di pintu masuk desa!"

Bukan hanya beras, tetapi kayu bakar di rumah juga sudah habis.

Sekarang sudah memasuki musim dingin, suhu pada siang dan malam hari sangat tinggi. Tanpa perapian, mereka tidak bisa tidur.

Disa bisa melewati malam tanpa kayu bakar, tetapi tubuh Daisha sangat lemah sehingga dia tidak tahan dingin. Demikian juga Arjuna.

Arjuna tidak berolahraga untuk jangka panjang sehingga tubuhnya lemah. Bukan hanya membutuhkan perapian, tetapi perapiannya juga harus besar.

Jika tidak ada api ....

Disa merasa takut ketika memikirkan Arjuna mencambuk mereka. Dia saja tidak bisa menahannya, apalagi Daisha.

Hari ini ketika dia tiba di pintu masuk desa, dia mendengar bahwa Daisha dijual ke Rumah Bordil Prianka. Raditya telah membawa orangnya untuk membawa Daisha pergi. Jadi, Disa langsung meninggalkan kayu bakar yang ada di tangannya, lalu berlari pulang.

"Kak Disa! Kak Disa!" Daisha dengan tertatih-tatih berlari keluar.

"Hei, kalian ...." Arjuna ingin menghentikan mereka, tetapi begitu dia berbicara, mereka berdua sudah menghilang.

Sekarang adalah musim dingin, ditambah tahun ini relatif kering sehingga kayu bakar sulit didapat. Jika dibiarkan begitu lama di gerbang desa, kayu bakarnya pasti sudah diambil oleh orang lain.

Arjuna pergi ke dapur untuk melihat. Kayu bakar di dapur benar-benar sisa sedikit. Jangankan membuat perapian, untuk memasak saja tidak cukup.

Hembusan angin bertiup, Arjuna menggigil kedinginan.

Tubuh ini benar-benar lemah.

Berdasarkan pengalamannya di zaman modern, Arjuna memperkirakan bahwa suhu saat ini di bawah nol dan mungkin akan lebih dingin lagi saat larut malam.

Dengan pakaian katun compang-camping dan selimut tipis di rumah, dia tidak mungkin bisa bertahan tanpa perapian pada malam hari.

Dia harus memikirkan ide.

Dia tidak mungkin bisa menemukan solusi di rumah, jadi Arjuna ikut keluar, kemudian berjalan ke gerbang desa berdasarkan ingatannya yang tidak jelas.

Seperti yang Arjuna tebak, kayu bakar Disa telah hilang. Ketika dia tiba, Disa sedang memaki di depan gerbang desa.

Namun sekeras apa pun makiannya, orang yang mencuri kayu bakarnya tidak akan mengembalikannya juga.

Ada banyak penduduk di desa ini, bagaimana mereka bisa tahu siapa yang mencurinya?

"Disa, jangan berteriak. Aku punya ide. Aku tidak akan membiarkan kalian tidur dalam kondisi kedinginan malam ini."

Dua bersaudari itu tertegun lagi. Mereka membeku di tempat untuk waktu yang lama, kemudian Disa berbicara lebih dulu.

"Dik Daisha, kurasa otaknya pasti mengalami masalah ketika dia jatuh ke jurang."

Kalau tidak, mengapa dia seperti menjadi orang yang berbeda?

"Kak Disa, bagaimana kamu bisa mengatai Tuan seperti itu? Ayo kita pergi." Daisha menarik tangan Disa. "Apakah otak Tuan bermasalah atau tidak, kita akan tahu setelah menyusulnya."

Daisha yang pendiam berbicara dengan cepat untuk pertama kalinya.

Perubahan Arjuna membuatnya merasa senang, tetapi dia tidak berani menunjukkannya karena dia takut ini hanya ilusinya.

Daisha dan Disa menyusul, kemudian menemukan Arjuna sedang berjalan kembali. Dia melihat lantai seolah sedang mencari sesuatu.

Daisha sedikit bingung.

Inikah ide Arjuna?

Akan tetapi, jalan ini adalah jalan desa, bagaimana mungkin ada kayu bakar?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus,sudah mulai adanya kerja sama.lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 234

    "Kamu yang membuatnya, Nak.""Bukan, sungguh.""Jangan terlalu rendah hati.""Aku tidak bersikap rendah hati.""Kamu memang rendah hati."Saat ini, Arjuna baru menyadari bahwa penjelasannya sama sekali tidak berguna."Nak, apakah kamu sudah daftar untuk mengikuti ujian di musim semi tahun depan?" tanya sang pria tua.Arjuna menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak begitu ingin mengikutinya sekarang.""Bagaimana boleh tidak ikut? Kamu harus ikut!"Pria tua itu tiba-tiba berbicara dengan nada keras, membuat Arjuna terkejut.Bukan hanya keras, tetapi dia juga tampak cemas.Reaksi lelaki tua itu mengingatkan Arjuna akan ayahnya di zaman modern.Ada masa ketika Arjuna memberontak dan tidak mau sekolah waktu SMP. Ayahnya berteriak kepadanya dengan cemas seperti ini. "Bagaimana boleh kamu tidak sekolah? Kamu harus sekolah!"Berada di dunia yang berbeda tiba-tiba ada seseorang yang begitu peduli padanya, Arjuna agak terharu.Namun, tempat ini bukan zaman modern, Arjuna juga bukan lagi anak b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 233

    "Mungkin aku tidak mengatakannya dengan cukup jelas tadi. Hebat yang kumaksud adalah orang yang lebih tinggi dariku di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh."Pria tua itu berusaha menjelaskan, ekspresinya bahkan sedikit cemas."Oh." Ekspresi Arjuna berubah menjadi serius. "Orang yang lebih tinggi darimu di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh?""Ya, tidak lebih dari sepuluh." Melihat perubahan raut wajah Arjuna, lelaki tua itu mulai bersikap arogan. Dia mengangkat kepala dan membusungkan dadanya.Arjuna mengacungkan jempol pada lelaki tua itu. "Kalau begitu kamu memang hebat."Kemudian dia lanjut berujar, "Tapi itu tidak ada kaitannya denganku."Lelaki tua itu menjadi pejabat pada usia 20 tahun dan telah menjabat selama puluhan tahun. Dia pernah bertemu dengan berbagai jenis orang, mengalami banyak hal.Akan tetapi ....Dia benar-benar tak pernah bertemu orang seperti Arjuna dan mengalami hal seperti ini.Dia melambang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 232

    Bulan ingin mengantar Arjuna ke gerbang desa, tetapi Arjuna menolak.Cuaca sangat dingin, kesehatan Bulan juga tidak begitu baik. Sebelumnya, Bulan diperlakukan kasar oleh Keluarga Kosasih sehingga tangan dan kakinya mengalami radang dingin."Oh ya!"Tatapan Arjuna melewati Bulan, kemudian berlabuh pada Salma yang meringkuk di pojok seperti burung puyuh."Tante, jangan bersikap lunak. Jual saja dia setelah ini."Bulan adalah istri sah, sedangkan Salma hanya selir. Istri memiliki hak untuk mengusir atau menjual selir."Arjuna, tenang saja, aku akan melakukannya." Bulan menatap Salma dengan penuh kebencian.Tidak apa-apa jika Salma menindasnya, tetapi dia menindas putri-putri Bulan. Bulan tidak akan mengampuninya."Kalau begitu aku pulang dulu, Tante." Daisha dan yang lainnya masih menungguku di rumah."Begitu Arjuna berpamitan kepada Bulan, kereta lelaki tua itu langsung menghalangi jalannya.Pria tua itu membuka tirai jendela kereta, lalu dia menatap Arjuna sambil tersenyum dan berkata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 231

    Melihat Arjuna berjalan ke luar, sekretaris daerah segera mengikutinya. "Arjuna, tadi aku mendengar dari tantemu bahwa kamu kemari dengan jalan kaki. Aku punya kuda, kamu boleh menunggangnya untuk pulang."Kedua pria tua itu memandang Arjuna begitu penting, dia harus menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Arjuna.Dia telah menjabat sebagai sekretaris daerah selama hampir dua puluh tahun, tak kunjung naik jabatan. Bukankah itu karena dia tidak memiliki dukungan?Arjuna mungkin bisa menjadi kesempatannya untuk naik jabatan."Terima kasih, Yang Mulia, tapi aku tidak bisa menunggang kuda."Arjuna menolak sekaligus menyatakan kebenaran.Dia yang berasal dari era modern benar-benar tidak bisa menunggang kuda.Arjuna tahu bahwa sekretaris daerah ingin memanfaatkannya untuk mendekati kedua pria tua tersebut.Tidak peduli apa latar belakang kedua lelaki tua itu, Arjuna tidak tertarik untuk mengetahuinya.Mereka membantunya kali ini, jadi Arjuna akan membalas budi, kemudian lunas. Dia tidak

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 230

    Para pelayan Keluarga Kosasih melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.Ketika Arjuna dan Bulan kembali, anggota Keluarga Kosasih berdiri dengan sikap arogan.Namun hanya dalam waktu sejenak, dua dari tiga anggota Keluarga Kosasih terbaring di depan Arjuna dan Bulan.Susanto, yang berdiri pun, tidak terlihat lebih baik.Ketika petugas pengadilan mencoba menutup mulutnya, Susanto menolak. Atas perintah sekretaris daerah, petugas pengadilan memukulinya dengan sangat keras hingga wajah dan hidungnya memar.Dia benar-benar kehilangan wibawa seorang kepala Keluarga Kosasih.Sekretaris daerah menghampiri Bulan. "Mulai sekarang, perlakukan nyonya ini seperti memperlakukanku. Kalau kalian tidak menghormatinya, berarti kalian tidak menghormatiku."Sekretaris daerah awalnya akan mengucapkan kalimat tersebut di samping Arjuna. Namun, Arjuna memberikan lencana tersebut kepada Bulan."Paman, apakah kamu gila?"Wajah Kurnia penuh dengan keterkejutan dan ketidakterimaan.Jika begitu, bukankah Bul

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 229

    "Ibu, Ibu!"Kurnia mencoba untuk berdiri."Dik, kakak sepupumu tidak lagi muda. Sepuluh kali cambuk terlalu banyak. Dia bisa ....""Seseorang!"Sebelum Susanto sempat menyelesaikan perkataannya, suara dingin sekretaris daerah terdengar. "Tutup mulut Susanto dan Kurnia."Kalau saja pria tua itu tidak memerintahkannya untuk membiarkan Neha tetap terjaga, sekretaris daerah pasti langsung memberi perintah sebanyak dua puluh cambuk.Selain itu bukan hanya Neha, melainkan seluruh anggota keluarganya.Apakah keluarga ini merasa jabatannya jatuh kurang cepat?Saat ini, Susanto sudah merasakan ada yang tidak beres. Dua lelaki tua di luar ....Sayangnya, sudah terlambat baginya untuk menyadarinya.Susanto dan Kurnia yang tergeletak di lantai dan tidak dapat bangun, mulutnya disumpal.Neha dicambuk hingga dia terus menjerit kesakitan.Sekretaris daerah berjalan mendekati Arjuna, kemudian menyerahkan lencana perak dengan kedua tangannya. "Arjuna, seorang pria tua di luar menyuruhku untuk memberika

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 228

    "Yang Mulia."Begitu sekretaris daerah melangkah masuk ke aula, Bulan berlari mendekat. "Semua salahku, tidak ada hubungannya dengan Arjuna. Yang Mulia, tangkap aku saja.""Dasar wanita jalang, kamu memang harus ditangkap. Sekarang kamu bahkan menghalangi Yang Mulia menyelidiki kasus. Kamu menambah kejahatan lagi.""Enyahlah!"Kurnia menarik Bulan, kemudian menyeretnya ke sisi lain."Buk!"Cangkir teh yang ada di tangan Arjuna tiba-tiba terbang, kemudian mengenai wajah Kurnia."Aduh, aduh!"Kurnia menjerit kesakitan.Kali ini cangkir teh dilempar lebih keras dari sebelumnya. Kurnia jatuh ke lantai dan tidak bisa berdiri.Sebelumnya, Arjuna berbelas kasihan, dia tidak menggunakan terlalu banyak kekuatan.Sekarang dia sudah hendak pergi, jadi biarkanlah Kurnia berbaring saja."Oh, Kurnia! Kurnia-ku!" Neha berlari mendekat. "Ya Tuhan, ini benar-benar melanggar hukum.""Yang Mulia." Susanto segera berkata kepada sekretaris daerah. "Dia berani menyakiti orang di depan Anda. Dia benar-benar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 227

    Sekretaris daerah mendatangi lelaki tua itu. Posisinya membungkuk, dia juga tak berani mengangkat kepalanya. "Ada apa, Tuan?""Lebih dekat."Entah apa yang pria tua itu katakan kepada sekretaris daerah, wajah sekretaris daerah menjadi sangat pucat.Setelah lelaki tua itu selesai berbicara kepada sekretaris daerah, dia menoleh ke arah pelayannya. "Berikan lencanamu kepadanya.""Hah?"Pelayan itu secara naluriah melindungi lencana yang ada di pinggangnya. "Kenapa?""Berikan saja. Banyak sekali pertanyaanmu."Pelayan itu dengan berat hati menyerahkan lencananya kepada sekretaris daerah.Sekretaris daerah membungkuk, kemudian mengambil lencana perak dari pelayan itu dengan kedua tangannya.Begitu dia menerima lencana, Susanto keluar dari Kediaman Kosasih bersama anak buahnya.Begitu melihat Susanto, lelaki tua itu segera menatap sekretaris daerah dengan tajam. Dia memberi isyarat agar sekretaris daerah tidak mengatakan apa pun.Pelayan itu pun mengubah ekspresi seriusnya menjadi seorang ku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 226

    "Tahukah kamu apa yang sedang kamu bicarakan?"Seorang polisi berwajah garang menghardik si pelayan. "Dia adalah Yang Mulia Sekretaris Daerah. Berani-beraninya kamu menyuruh Yang Mulia memberi kudamu jalan?""Oh?!" Pelayan itu tampak terkejut. Dia menatap sekretaris daerah. "Kamu adalah sekretaris daerah Kabupaten Damai?"Setelah itu, si pelayan menoleh untuk berkata kepada lelaki tua di dalam kereta. "Tuan, dia adalah sekretaris daerah Kabupaten Damai.""Lancang!"Polisi itu menghardik lagi. "Kamu sudah tahu, maka cepat singkirkan kereta kudamu, kemudian turun untuk bersujud kepada Yang Mulia!""Tuan, maukah kita bersujud?""Hah?" Tirai kereta terangkat dari dalam, seorang lelaki tua yang lebih tua dari si pelayan pun muncul di depan para petugas pengadilan dan polisi.Orang tua itu menunjuk telinganya. "Apa yang kamu katakan? Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Katakan sekali lagi.""Mereka bilang." Sang pelayan menunjuk sekretaris daerah yang menunggang kuda. "Dia adalah sekre

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status