Share

Bab 9

Author: Abimana
"Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna.

"Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"

Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.

Benda itu adalah ....

Kotoran?

Kotoran!

Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering.

"Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"

Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.

Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.

Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?

"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"

Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.

Dia tidak akan membiarkan kejadian bulan lalu terulang lagi.

Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. "Disa, kamu itu perempuan. Jangan sedikit-sedikit ingin membunuh orang ...."

Saat Arjuna berbicara, Disa menyapukan tangannya ke depan Arjuna.

"Tak!"

Kotoran sapi yang kering pun retak karena jatuh.

"Aku ...." Arjuna merasa menyesal melihat kotoran sapi yang berserakan di lantai. "Sayang sekali barang berharga ini hancur."

Kotoran sapi kering merupakan bahan bakar yang bagus. Di dunianya, para penggembala di padang rumput menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar. Kotoran yang kering tidak bau.

Mungkin orang-orang di kerajaan ini belum tahu kalau kotoran sapi bisa dijadikan sebagai bahan bakar. Arjuna berjalan menyusuri dan menemukan banyak sekali. Karena sekarang musim dingin, sebagian besar kotoran sapi di tanah sudah kering.

"Tentu saja kamu merasa sayang." Disa menggertakkan gigi sembari berkata dengan marah. "Kamu tidak bisa lagi menggunakannya untuk mengerjai adikku, tentu saja kamu merasa sayang."

"Hah?" Arjuna berdiri, lalu menatap Disa dengan heran. Sesaat kemudian, dia baru mengerti.

"Hei, Disa, kamu salah paham. Daisha begitu lembut dan cantik, aku tidak tega mengerjainya."

Daisha, yang berdiri di samping Disa, mengangkat kepalanya untuk menatap Arjuna, dengan tatapan takut dan curiga. Ketika dia melihat Arjuna juga sedang melihatnya, dia segera menundukkan kepala lagi.

Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dia telah membuat Daisha takut lagi.

"Daisha, jangan takut!"

Mendengarkan kata-kata Arjuna, hati Daisha pun bergetar.

Sejak menikah dengan Arjuna, Arjuna tidak pernah memanggil Daisha dengan nama. Dia selalu memanggil Daisha dengan "wanita jalang".

Daisha, Daisha.

Hari ini Arjuna telah memanggilnya beberapa kali. Selain itu, suaranya terdengar lembut dan rendah.

Sebelumnya Daisha tidak menyadari bahwa suara Arjuna begitu indah.

Wajah Daisha menjadi sedikit merah, dia berkata dengan malu-malu. "Terima kasih karena tidak menghukum saya, Tuan."

"Uh ...." Arjuna merasa sedikit tidak nyaman. Dia menggaruk kepalanya sambil berkata, "Tidak perlu berterima kasih padaku. Dulu aku yang salah."

"Kenapa kamu mengatakan kalau kotoran sapi itu berharga?" Disa masih tidak mau memanggil Arjuna dengan tuan, tetapi nadanya sudah jauh lebih lembut, tidak lagi terdengar galak.

Hampir setiap keluarga di Kerajaan Bratajaya memelihara sapi, tetapi tidak ada yang tahu bahwa kotoran sapi adalah bahan bakar yang baik.

Arjuna tersenyum tipis.

Disa bersikap ketus kepadanya, tetapi Arjuna tidak keberatan.

Bagaimanapun, Arjuna yang dulu sangat keterlaluan. Agak sulit bila dia meminta Disa mengubah pandangannya terhadap Arjuna.

"Tentu saja kotoran sapi kering sangat berharga. Mari kita cari lagi, seingatku masih ada," kata Arjuna, kemudian dia mulai mencari lagi.

"Tidak perlu mencari seperti ini, aku tahu ada di mana," ucap Disa.

Arjuna mengikuti Disa pergi ke lereng bukit kecil di belakang desa. Sebuah pagar kayu persegi dibangun di lereng bukit. Di balik pagar tersebut penuh dengan kotoran sapi yang dibuang oleh desa. Tahun ini jarang turun hujan, setelah memasuki musim dingin, cuaca makin kering sehingga kotoran-kotoran ini sudah kering dan merupakan bahan bakar yang sangat baik.

Melihat kotoran sapi kering di balik pagar kayu, Arjuna merasa senang sekaligus terkejut.

Senang karena kotoran-kotoran ini bisa membantu mereka bertahan melewati musim dingin. Terkejut karena ....

"Kenapa pupuk alami sebagus ini tidak digunakan di lahan pertanian?"

Disa dan Daisha tidak mengerti apa yang tadi Arjuna katakan tentang bahan bakar. Mereka tidak mungkin tidak tahu bahwa kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk, bukan?

"Pupuk? Apa itu?" tanya Disa dan Daisha secara serempak, dengan ekspresi yang sama. Mereka menatap Arjuna dengan bingung.

Arjuna terdiam.

Apa? Masyarakat di tempat ini masih belum tahu bahwa kotoran sapi bisa dijadikan pupuk?

"Menaruhnya di lahan pertanian?" Ekspresi Disa menjadi masam lagi. Dia memandang Arjuna dengan jijik. "Kalau kotoran sebau ini ditaruh di lahan pertanian, bukankah hasil panen akan menjadi bau juga? Pengetahuan sesederhana ini saja tidak tahu. Kamu memang pecundang yang hanya tahu makan dan minum."

"Kak Disa." Daisha dengan pelan menarik ujung pakaian Disa, memberi isyarat untuk tidak membuat Arjuna marah.

Daisha benar-benar takut. Dia takut Arjuna kembali menjadi iblis seperti sebelum jatuh ke jurang.

Arjuna tersenyum saja.

Arjuna yang dulu benar-benar pecundang, sedangkan Arjuna yang sekarang baru saja tiba di tempat ini. Kedua gadis ini tidak mengerti, tidak masalah.

Setelahnya, Arjuna menemukan bahwa tempat ini adalah dunia yang berbeda. Meskipun terlihat mirip dengan negaranya pada zaman kuno, ada beberapa spesies yang berbeda dengan negaranya. Kotoran sapi di tempat ini mengandung unsur yang tidak Arjuni ketahui namanya, tidak cocok dijadikan sebagai pupuk.

Namun, kotoran sapi ini memang bahan bakar yang bagus.

Arjuna meminta Disa pulang untuk mengambil alat yang bisa menampung kotoran. Disa mengambil empat keranjang yang terbuat dari bambu.

Empat keranjang besar diisi kotoran sapi. Disa mengambil dua keranjang terbesar, masih ada dua keranjang. Arjuna refleks mengambil tongkat.

Tindakan bawah sadarnya mengejutkan kedua saudari itu. Disa tanpa sadar berdiri di depan Daisha.

"Kalian ... aish!" Arjuna tersenyum tak berdaya. "Aku bukan mau memukul kalian, aku hanya mau mengambil kotoran sapi yang tersisa."

"..."

Disa dan Daisha menatap Arjuna dengan tercenung lagi. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar Arjuna akan bekerja sejak mereka menikah dengan Arjuna.

"Jangan diam saja." Arjuna gemetar. "Sekarang sudah malam dan dingin, cepat kita pulang."

Tubuh ini lemah sekali, sama sekali tidak tahan dingin.

"Tuan!" Daisha tersadar, kemudian dia segera mengambil tongkat dari tangan Arjuna. "Bagaimana boleh kami membiarkan Anda bekerja? Biar saya saja."

"Kakimu sakit, biar aku saja."

"Biar saya saja, Tuan."

Tangan Daisha masih memegang tongkat itu. Matanya berkaca-kaca.

"Kamu ...."

Arjuna tampak bingung. Kenapa Daisha menangis? Dia tidak melakukan apa pun. Pada saat yang sama, dia juga merasa sedikit aneh. Disa terus melindungi Daisha dan mengawasi Arjuna ketika Arjuna melakukan apa pun.

Namun saat Daisha hendak mengambil kotoran sapi, Disa hanya melihat tanpa mengatakan apa-apa.

"Tuan, saya bisa melakukannya. Saya benar-benar bisa bekerja." Tatapan Daisha penuh dengan permohonan.

"Sudah kuduga kamu berniat jahat!"

Disa menatap Arjuna dengan marah. "Apakah kamu ingin membunuh Dik Daisha melalui pemerintah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
keren mantap
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus..Arjuna sdh muali sadar akan tanggung jawabnya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 394

    "Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 393

    "Sugi!" Eshan sangat marah hingga dia memanggil nama Sugi secara langsung. "Kamu memutarbalikkan fakta! Pembunuh bayaran itu ingin menembak dan membunuh Arjuna. Jelas-jelas kalian yang mengatur pembunuh bayaran itu!""Haha!" Sugi tertawa. "Aku mengatur pembunuh bayaran di Kabupaten Damai? Apakah kamu sedang mengatakan bahwa aku hebat atau sedang mengatakan bahwa pengawasan Kabupaten Damai terlalu buruk sehingga begitu mudah bagiku untuk mengatur para pembunuh?""Hanya karena kamu bilang kamu tidak melakukannya, bukan berarti Hendra tidak melakukannya. Kamu dan aku sama-sama tahu bahwa Hendra sangat kaya. Jangankan ahli bela diri, bahkan bandit pun dia bisa ...."Begitu Eshan menyebut-nyebut tentang bandit, Sugi menyela, "Ha, Yang Mulia Eshan, omonganmu menarik. Kalau pembunuh bayaran benar-benar diatur oleh Hendra, bukankah itu berarti semua polisi dan petugas di Kabupaten Damai kalah dengan seorang pengusaha sehingga membiarkan seorang pengusaha dengan mudah membawa pembunuh ke tempat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 392

    Seseorang dari Kabupaten Sentosa membantah, orang dari Kabupaten Damai langsung melawan."Intinya, kepala daerah Kabupaten Sentosa yang penakut.""Selain bau kencing, aku juga mencium bau tinja.""Maksudmu ... kepala daerah Kabupaten Sentosa bukan hanya mengompol, tapi juga buang air besar di celana?""Sebenarnya aku juga menciumnya!""Ketakutan sampai kencing dan berak? Mulai sekarang, panggil saja dia Kepala Daerah Kotoran dan Kencing." Seorang warga pemberani berkata demikian, kata-katanya menimbulkan tawa."Kepala Daerah Kotoran dan Kencing, nama yang bagus! Haha!""Haha!"Menghadapi ejekan-ejekan ini, tidak ada seorang pun dari Kabupaten Sentosa yang berani membantah.Karena Sugi memang ketakutan sampai kencing dan buang air besar."Aish ... kalau dibandingkan, Arjuna dari Kabupaten Damai jauh lebih hebat. Mengingat berapa banyak anak panah yang ditembakkan kepadanya tadi, dia tetap tenang. Kalau itu aku, aku pasti sudah tertembak hingga menjadi landak.""Lupakan soal anak panah.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 391

    "Lindungi Yang Mulia, lindungi Yang Mulia!" teriak penasihat hukum Sugi yang telah berbalik.Banyak penjaga dan petugas pemerintah yang dibawa Sugi ikut dalam tim yang bergegas menuju Arjuna.Mereka mundur dengan tergesa-gesa, menjatuhkan orang di sekitar mereka dalam kepanikan. Sedangkan orang yang jatuh menjatuhkan yang lain.Peristiwa itu seperti jatuhnya kartu domino, sebagian besar wilayah runtuh.Anak panah yang ditembakkan Arjuna masih melesat maju dengan cepat.Ketika sudah mau mengenai Sugi."Yang Mulia!"Bawahan Sugi berteriak putus asa.Gawat.Eshan terus menggelengkan kepalanya. Jika Arjuna menembak mati Sugi, itu sama saja seperti membunuh pejabat kekaisaran. Riwayat Arjuna akan tamat.Nyawa harus diganti nyawa.Hal itu tidak setimpal.Arjuna, apakah kamu tidak tahu bakatmu sendiri?'Nyawamu jauh lebih penting dari nyawa Sugi,' batin Eshan."Ah!"Teriakan keras terdengar dari samping Eshan.Setelah bertarung dengan Sugi selama hampir dua puluh tahun, Eshan tahu itu suara S

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 390

    "Arjuna tidak bisa memenangkan kompetisi, jadi dia mengatur pembunuh untuk menembak Hendra dari Kabupaten Sentosa.""Arjuna harus membayar dengan nyawanya. Sebagai orang tua negara, Kepala Daerah Kabupaten Damai, Eshan, harus mengundurkan diri!"Saat kemarahan publik mencapai puncaknya, Sugi meneriakkan slogan terakhir."Nyawa ganti nyawa.""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya."Penasihat hukum Sugi menimpali, dia mengangkat tangannya sambil berteriak kepada kerumunan yang marah."Nyawa ganti nyawa!""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya!"Warga Kabupaten Sentosa meneriakkan slogan-slogan sembari mendesak maju ke arah Arjuna dan Eshan."Mereka benar-benar membalikkan hitam menjadi putih. Jelas-jelas mereka yang ingin membunuh Arjuna, tapi malah bilang kita yang mengatur orang-orang itu!""Kalau kalian ingin membunuh Arjuna, langkahi dulu mayatku!"Magano berteriak, kemudian bergegas keluar untuk menghalangi Arjuna."Langkahi juga mayatku!" timpal Ravin."Aku juga!""

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 389

    "Dalam kompetisi ini, Hendra dari Kabupaten Sentosa melakukan pelanggaran, Arjuna dari Kabupaten Damai menang!"Setelah jasad Hendra dibawa pergi, Tomo yang mewakili gubernur pun mengumumkan dengan suara keras."Berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, seluruh harta keluarga Tamael akan dikembalikan ke Kabupaten Sentosa, ditambah dua toko daging milik keluarga Bani di Kabupaten Damai."Begitu Tomo selesai berbicara, Sugi melangkah maju lalu berkata, "Pak Tomo, ada pembunuh di lokasi kompetisi. Kabupaten Damai tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan menyebabkan hilangnya nyawa. Pertandingan ini tak bisa dihitung.""Tak bisa dihitung!""Tak bisa dihitung!"Warga Kabupaten Sentosa melambaikan bendera sembari bersorak.Melihat kejadian ini, penasihat hukum Sugi segera mengangkat tangannya lalu berteriak, "Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!"Sebagian besar penont

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 388

    "Buk!"Hendra yang sedang bersandar di kursi ditabrak oleh kudanya, kemudian melayang ke arah Arjuna.Ketika Arjuna dan Hendra berjarak beberapa sentimeter."Siu!"Anak panah keenam menusuk pelipis Hendra.Sebelum Hendra sempat berteriak, dia sudah meninggal.Eshan menunjuk ke tempat asal anak panah ditembakkan, kemudian memerintahkan Daud. "Lereng bukit di seberang sana! Cepat bawa orang pergi mencari!""Tuan!""Hendra!"Keluarga Arjuna dan keluarga Hendra bergegas mendekat secara terpisah. Mereka mengelilingi kedua pria itu dengan heboh.Satu keluarga senang, satu keluarga sedih.Alsava bersaudari dan keluarga Arkana memeluk Arjuna sembari menangis bahagia.Keluarga Hendra memeluk jenazah Hendra sambil menangis sekeras-kerasnya.Penonton yang menyaksikan pertandingan itu tercengang. Mereka datang untuk menonton pertandingan untuk melihat bagaimana Hendra menang dan menabrak Arjuna sampai mati.Tak disangka, Hendra kalah. Tidak hanya kalah, dia juga melakukan pelanggaran.Dalam perlom

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 387

    "Tuan, hati-hati!""Arjuna, hati-hati!""Bam!"Suara anak panah yang mengenai suatu benda dan suara Alsava bersaudari terdengar bersamaan.Mata orang-orang fokus pada mobil uap Arjuna.Di kereta uap ....Tidak ada sosok Arjuna."Di mana Arjuna?""Jangan-jangan dia tertembak anak panah, kemudian jatuh dari tebing."Meskipun Arjuna memutarbalikkan mobil uapnya melalui drifting yang ekstrem, dia tidak jauh dari tebing."Itu sangat mungkin. Kecepatan anak panah itu tidak terasa seperti ditembakkan dari busur biasa, lebih seperti busur silang.""Itu memang busur silang."Beberapa petugas penangkap berdiskusi."Busur silang?""Kalau terkena anak panah yang ditembakkan dari busur silang, wajar kalau Arjuna terjatuh dari tebing.""Tuan!"Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, Disa menerjang menuju tebing."Tuan!"Daisha dan Dinda mengikuti, mereka berlari menuju tebing."Cepat pergi!" Sugi memberi isyarat kepada para pengawal di sekitarnya."Arjuna!" Eshan dan sekelompok pejabat Kabupa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 386

    Ada belokan ke kiri di depan, kereta Hendra ada di sebelah kiri. Arjuna tidak bisa berbelok ke kiri untuk menghindari Hendra, dia juga tidak bisa berbelok ke kanan, karena ....Ada tebing di sebelah kanan."Hendra, ini pelanggaran!""Ya, itu pelanggaran. Dia kalah!""Wasit, Hendra sudah kalah!""Kabupaten Damai menang. Kedua belah pihak segera berhenti!" teriak wasit dengan keras.Akan tetapi, Hendra yang bertekad membunuh Arjuna sama sekali tidak mendengarkan."Akan kulihat ke mana dia akan bersembunyi kali ini!""Dia akan mati!"Orang-orang dari Kabupaten Sentosa yang menonton tidak peduli apakah itu pelanggaran atau tidak. Mereka hanya ingin Arjuna mati, wajah mereka dipenuhi dengan kegembiraan yang kental.Ekspresi Sugi, yang berdiri di panggung penonton, bahkan lebih ganas daripada penonton yang berdiri di bawah.Dia sangat ingin Hendra membunuh Arjuna dan tidak mau menunggu sedetik pun."Tuan pasti bisa selamat seperti dua kali sebelumnya! Pasti, pasti!"Disa terus menghibur adik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status