Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat
Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan
Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di
"Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi
Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku
Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan
Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h
"Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j
Setelah bertengkar selama dua hari, Arga dan Danis tiba-tiba berdamai. Sebelum meninggalkan Kabupaten Damai, mereka masing-masing mencarikan lima tabib untuk Arjuna dan Alsava bersaudari.Awalnya Alsava bersaudari tidak tahu untuk apa tabib datang. Ketika mereka melihat sepuluh tabib mengelilingi Arjuna, mereka mengira Arjuna sakit parah.Daisha sempat meneteskan banyak air mata.Arjuna sangat marah hingga dia mengumpat, kemudian meminta Arga dan Danis untuk membawa pergi para tabib itu.Arga dan Danis mematuhi Arjuna untuk segala hal kecuali hal ini.Setelah sepuluh tabib mengatakan bahwa Arjuna dan Alsava bersaudari dalam keadaan sehat, dapat memiliki anak, kedua lelaki tua itu merasa lega.Mereka benar-benar lega, jika tidak ....Arjuna berdiri dengan linglung di depan gudang tempat keluarganya biasa menyimpan gandum selama tidak kurang dari lima menit.Kedua lelaki tua ini benar-benar tidak membiarkannya hidup tenang bahkan setelah mereka pergi."Arjuna, ternyata kamu di sini. Aku
"Yang Mulia Mois, bolehkah aku tahu dekrit yang dikeluarkan Yang Mulia Kaisar?"Tamael juga bertanya pada Mois dengan rasa ingin tahu."Tidak masalah. Tidak masalah juga kalau kamu mengetahuinya. Lagi pula, pengumuman daerah akan segera diumumkan. Dekrit kekaisaran itu sungguh ...."Mois menyerahkan salinan tulisan tangan dekrit kekaisaran kepada Tamael."Tidak adil. Bagaimana boleh Yang Mulia mengeluarkan dekrit seperti ini? Tidak adil bagi banyak orang, terutama bagi Arjuna. Benar-benar tidak adil."Setelah membaca isi dekrit kekaisaran, Tamael tidak dapat menerimanya dan merasa marah.Isi dari dekrit yang tidak bisa diterima Tamael dan membuatnya marah kira-kira sebagai berikut.Pada semua ujian daerah dan nasional di Bratajaya, prioritas akan diberikan kepada siswa yang memiliki anak laki-laki. Pelajar yang belum melahirkan anak boleh mengikuti ujian daerah dan nasional, tetapi tidak boleh mengikuti ujian perguruan tinggi.Dengan kata lain, Arjuna yang saat ini tidak mempunyai anak
"Yang Mulia sekalian, mohon berhenti sebentar." Arjuna mendatangi Danis dan Arga dengan membawa dekrit kekaisaran."Ada apa? Apakah kamu tidak melihat bahwa kami sedang sibuk?"Danis yang pemarah mengira itu adalah salah satu dari bawahan mereka, jadi dia berteriak marah.Dia sungguh kesal. Karena gangguan yang tiba-tiba ini, Arga melemparkan segenggam lumpur ke wajahnya.Dia telah bertarung dengan Arga selama dua hari, ini adalah pertama kalinya dia berhasil diserang oleh Arga. Bagaimana mungkin dia tidak marah?"Arjuna, dia memarahi kamu, jadi jangan ikuti dia ke Pasukan Serigala."Orang pertama yang mengetahui bahwa itu adalah Arjuna adalah Arga. Dia sangat senang melihat Danis memarahi Arjuna."Baiklah, aku akan mendengarkan Perdana Menteri. Aku tidak akan pergi ke Pasukan Serigala," sahut Arjuna sembari tersenyum.Danis meminta maaf kepada Arjuna dengan panik. "Oh, Arjuna, aku salah, aku salah. Aku tidak bermaksud begitu, aku tidak tahu kalau kamu yang datang.""Omong kosong! Arju
Kali ini Arga tidak berkunjung secara diam-diam, identitas Danis juga telah terungkap. Arjuna adalah seorang pelajar biasa, tetapi dia dilindungi oleh tiga lapis perlindungan.Mois, yang melihat pemandangan ini untuk pertama kalinya pun menarik napas dalam-dalam.Ngomong-ngomong, jika bukan karena Arjuna, Mois mungkin tidak akan pernah melihat pemandangan seperti itu sepanjang hidupnya.Arjuna benar-benar pembawa keberuntungan bagi dirinya dan Eshan.Mois merapikan seragamnya, kemudian bertanya kepada orang di sekitarnya. Setelah dia yakin penampilannya sudah rapi, dia baru berani melangkah ke dalam rumah Arjuna.Saat masuk ke halaman, Mois tidak melihat Arga dan Danis, tetapi hanya melihat Arjuna yang duduk di paviliun, minum teh sembari membaca buku.Mois berlari mendekat.Melihat Mois, Arjuna berdiri untuk memberi hormat."Jangan, jangan!" Mois segera menghentikannya.Dia menjadi kepala daerah berkat Arjuna. Jika bukan karena ada para pembantu dan penjaga, dia ingin memberi hormat p
"Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ....""Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?""Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."Danis melempar sebuah batu ke arah Arga."Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah."Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk
"Hormat kepada Perdana Menteri Kiri."Melihat lelaki tua itu, Raka segera berlutut.Pria tua itu mengabaikan Raka, berjalan cepat menuju Arjuna. Di tengah jalan, Danis berteriak padanya. "Arga, kenapa kamu ada di sini, tidak berada di pemerintah pengadilan?"Danis begitu marah. Jika pak tua ini tidak muncul, Arjuna pasti sudah menyetujuinya."Kalau aku tidak kemari, orangku sudah mau direbut pergi!"Saat berbicara, Arga sudah datang ke depan Arjuna. Dia menatap Arjuna dengan penuh semangat. "Arjuna, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu."Setelah kembali ke ibu kota dari Kabupaten Damai, Arga merasa bahwa hari berjalan dengan lambat. Dia menghitung hari, menantikan ujian perguruan tinggi.Hanya tersisa sekitar sebulan lebih, atau tiga puluh delapan hari, antara ujian nasional dan ujian perguruan tinggi. Akan tetapi, Arga merasa bahwa tiga puluh delapan hari ini sama panjangnya dengan tiga ratus delapan puluh hari.Karena khawatir terjadi sesuatu pada ujian perguruan tinggi,
Makin Danis berbicara, makin menyedihkan suaranya, makin keras dia menangis.Arjuna merasa tidak enak ketika mendengarnya. "Jangan menangis, Pak Tua. Bagaimana mungkin kamu punya ahli waris? Ada begitu banyak jenderal berbakat di Pasukan Serigala.""Banyak? Banyak dari mana? Mereka memang jago bertarung dan membunuh musuh. Tapi kalau soal taktik, mereka semua bodoh."Meskipun kata-kata Danis dilebih-lebihkan, para jenderal yang ganas dalam pasukannya memang kalah Arjuna.Saat Arjuna bilang tidak mau ikut dengannya, Danis benar-benar menangis. Namun setelahnya, dia hanya untuk menipu Arjuna.Alasan dia bisa sampai ke posisi sekarang, selain karena dia petarung yang handal, dia juga cukup tidak tahu malu.Dia meminta Pedang Sakti Penstabil Negara dari mendiang kaisar sebelumnya dengan tidak tahu malu."Bagaimana dengan Raka?" Arjuna menunjuk Raka yang berdiri di samping Danis. "Menurutku dia bagus. Dia pintar dan loyal padamu, sangat cocok menjadi penerusmu."Danis menyeka air matanya, k
Danis mengayunkan pedang di tangannya kemudian berkata, "Arjuna, apa pendapatmu tentang pedangku ini?"Tatapan Arjuna tertuju pada pedang Danis dengan tenang. "Bentuknya sangat indah, cahaya pedangnya jernih. Pedangnya tajam dan bagus. Kenapa? Marsekal mau membunuhku?""Aish!" Danis tampak tidak senang. "Arjuna, apa yang kamu bicarakan? Aku ingin memberimu pedang ini."Pada titik ini, Raka tidak dapat menahan diri lagi. Dia melangkah ke depan Arjuna kemudian berkata, "Marsekal, ini sama sekali tidak boleh.""Enyahlah!" Danis mendorong Raka menjauh. "Tidak boleh? Sejak kapan kamu yang mengajariku?"Sambil mendorong Raka, Danis memasukkan kembali pedang ke sarungnya, kemudian menyerahkannya kepada Arjuna.Arjuna melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata dengan acuh tak acuh. "Aku tidak layak menerimanya, tidak mau.""Bam!" Raka terjatuh ke lantai."Dasar tak berguna!" Danis menendang Raka. "Keluar dari sini.""Marsekal, Anda benar-benar harus mempertimbangkannya." Raka masih belu
"Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya