Share

Bab 12

Author: Abimana
Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.

Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.

Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.

Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli.

"Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."

Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."

Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci.

"Siu!"

Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi.

"Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu.

"Disa, kembali ...."

"Aum ...."

Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.

Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di depan mereka. Matanya tertuju pada Arjuna dan Disa.

Disa refleks mengangkat busur yang ada di tangannya.

"Jangan bergerak!" teriak Arjuna kepada Disa.

Rerumputan di belakang harimau itu bergerak.

Setidaknya ada dua ekor harimau di depan mereka, termasuk satu ekor yang mereka lihat sekarang.

"Jangan takut, jangan bergerak." Arjuna menenangkan Disa sambil mengamati kondisi harimau dengan cermat.

Baik dia maupun Disa datang ke Gunung Harimau untuk pertama kalinya, jadi mereka tidak mengetahui situasi di gunung ini. Saat ini, sepertinya mereka telah masuk ke wilayah perburuan harimau.

Untung saja mereka tidak terlalu sial. Perut harimau itu sedikit membuncit, jadi ia bukan harimau yang sedang lapar. Ia seharusnya baru saja makan.

Ia bergegas keluar hanya nalurinya untuk melindungi makanan.

"Disa, lakukan apa yang aku katakan." Arjuna merendahkan suaranya agar tidak membuat harimau kesal. "Turunkan tanganmu, jangan menatapnya, lalu melangkah mundur secara pelan-pelan."

Setelah melarikan diri dari harimau, Arjuna akan membawa Disa segera meninggalkan Gunung Harimau.

Walau ada banyak hewan dan makanan di Gunung Harimau, nyawa mereka lebih penting.

"Kalau aku tidak mendapatkan hewan buruan, maka aku tidak bisa menukar beras di kota. Nanti kamu ...."

Disa terdiam sejenak, lalu dia segera mengusulkan, "Bagaimana kalau aku masuk sendiri ke Gunung Harimau. Langkahku sangat pelan, harimau-harimau itu seharusnya tidak akan menyadari keberadaanku."

"Kembalilah!" Arjuna meraih Disa. "Aku tidak ingin di saat aku baru mengalami transmigrasi, biniku langsung mati satu."

"Transmigrasi? Bini mati satu? Siapa itu bini?" tanya Disa sambil menatap Arjuna dengan penuh tanda tanya.

"Bini itu kamu, transmigrasi adalah .... Aish! Aku jelaskan sekalipun, kamu tidak mengerti. Biar aku yang berpikir saja soal makanan."

Arjuna dan Disa mengelilingi gunung lain beberapa kali. Jangankan hewan, tumbuhan saja sangat sedikit.

Hewan-hewan sudah diburu hingga nyaris punah, sedangkan pohon-pohon besar ditebang dan diangkut ke kota untuk dijual sebagai kayu bakar.

Kemarin mereka hanya makan sedikit, pagi ini mereka melakukan perjalanan jauh. Saat ini mereka tidak hanya lapar, tetapi juga haus.

"Minumlah sedikit air." Disa memberikan air kepada Arjuna.

"Terima kasih!" Tangan Arjuna yang menerima air tiba-tiba membeku di udara.

"Aku belum meminum airnya." Disa mengira Arjuna mempermasalahkan bekas air liurnya.

Arjuna tidak merespons ucapan Disa, tetapi berkata dengan penuh semangat. "Hei! Di mana ada air, di situ ada ikan. Kita bisa menangkap ikan untuk dimakan. Kenapa aku tidak kepikiran? Di mana ada sungai atau danau, Disa?"

Arjuna yang dulu tidak pernah bekerja sejak kecil. Karena itu, dia tidak tahu di mana ada sungai atau danau.

"Ada danau di dekat sini, tapi pegunungan dingin sehingga danaunya membeku," jawab Disa.

"Membeku? Baguslah." Jika tidak membeku, sulit untuk menangkap ikan.

"Di mana? Cepat bawa aku ke sana!"

"Di ...." Disa sontak terdiam. "Kamu makan ikan?"

Bukan hanya Arjuna yang sebelumnya, tetapi Disa dan yang lainnya juga tidak suka makan ikan. Di sepenjuru Kerajaan Bratajaya, hanya orang berkuasa dan para pedagang yang suka makan ikan, tidak dengan rakyat biasa.

Orang zaman itu kekurangan minyak dan garam sehingga ikan tidak bisa digoreng. Biasanya rasa ikan menjadi pahit dan amis jika direbus dengan air biasa. Selain itu juga banyak tulang. Orang-orang lebih pilih makan sayuran liar ketimbang ikan.

"Tentu saja, ikan begitu enak, kenapa tidak?"

Arjuna punya banyak cara untuk memasak ikan dalam benaknya.

Disa benar-benar curiga ada yang salah dengan telinganya selama dua hari terakhir. Jika tidak, mengapa dia selalu mendengar kata-kata aneh dari mulut Arjuna?

Arjuna mengikuti Disa menuju danau.

Orang-orang di tempat ini tidak suka makan ikan sehingga ada banyak ikan di danau. Arjuna membuat lubang di permukaan es, kemudian menangkapnya tanpa menggunakan alat apa pun.

Arjuna menangkap sepuluh ekor ikan. Jika bukan karena sudah tidak bisa membawanya, dia masih ingin menangkap lebih banyak.

Setelah menangkap ikan, Arjuna menemukan tanaman apsintus di sekitar. Dalam kondisi kekurangan minyak dan garam, serta tidak ada jahe, tanaman apsintus adalah bahan ajaib untuk membuat ikan.

Saat mencari tanaman apsintus, Arjuna juga menemukan singkong liar, yaitu singkong inti kuning yang dapat dimakan dan tidak beracun.

Di tempat ini, sebagian besar singkong liar memiliki inti berwarna putih dan beracun sehingga masyarakat setempat tidak memakannya.

Singkong yang dapat dimakan mengandung banyak pati, serta protein, asam amino, vitamin dan gula.

...

Arjuna dan Disa masih jauh dari rumah ketika Daisha menghampiri mereka dengan tertatih-tatih.

Dia bergegas menuju Arjuna, tetapi tiba-tiba berputar ke arah Disa saat dia berjarak dua atau tiga meter dari Arjuna.

Daisha ingin sekali masuk ke dalam pelukan Arjuna, tetapi dia tetap tidak berani dan tidak bisa.

Perubahan dan kelembutan Arjuna adalah hal yang dia impikan, tetapi dia takut semuanya hanya mimpi.

"Kak Disa, kalian pergi ke mana saja?"

Daisha memeluk Disa dengan erat, air mata mengalir di wajahnya. Dia merasa kesal.

Tuhan tahu betapa paniknya Daisha ketika dia bangun dan tidak melihat Arjuna maupun Disa. Arjuna tidak pernah bangun lebih awal darinya. Daisha takut sekali Disa telah membunuh Arjuna tengah malam, lalu membawa pria itu pergi untuk dikubur pada pagi hari.

Arjuna tentu saja tidak tahu apa yang dipikirkan Daisha. Dia pikir Daisha khawatir dirinya menindas Disa.

"Daisha, jangan menangis lagi. Kakakmu baik-baik saja. Selain memegang tangannya saat pergi ke Gunung Harimau, aku tidak melakukan apa pun padanya."

Perspektif wanita terhadap masalah selalu berbeda dengan pria. Fokus Daisha hanya tertuju pada Arjuna yang memegang tangan Disa.

"Kak Disa, Tuan terus memegang tanganmu?" tanya Daisha dengan heran.

Disa, yang memiliki kepribadian galak dan selalu tomboi, tersipu. Dia menjawab dengan tidak jelas.

"Gunung Harimau terlalu berbahaya. Aku tidak tenang, jadi menggandeng tangannya. Ya, 'kan, Disa?"

"Siapa yang membutuhkan perlindunganmu?" Disa menyembunyikan wajahnya, kemudian berlari menuju rumah.

Arjuna terhibur. "Lihat, kakakmu sangat pemalu."

Sesampainya di rumah, Arjuna mengurung kelinci dan burung pegar. Hewan-hewan itu tidak bisa dimakan, jadi akan dijual ke kota untuk mendapatkan uang.

Setelah mengurung kelinci dan burung pegar, Arjuna langsung sibuk lagi.

Dia meminta Daisha pergi ke dapur untuk mengambil talenan, pisau, kemudian baskom berisi air.

Setelah menerimanya dari Daisha, Arjuna pun berjongkok dan mulai bekerja.

Dia membelah perut ikan, membuang empedunya, mengikis sisik, membersihkan isi perut ikan dengan tanaman apsintus, lalu menggunakan kayu bakar yang baru dibawa pulang untuk membakar dan memanggang ikan.

Disa dan Daisha menyaksikan dengan tercengang.

Arjuna bisa membersihkan ikan, gerakannya bahkan begitu terampil.

Apakah ini benar-benar Arjuna yang tidak pernah bekerja dan tidak memiliki pengetahuan?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus sekali ceritanya.Ada hikmahnya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 18

    Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 19

    Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 20

    Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 205

    "Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 204

    Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status