Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng
Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan
Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t
"Te ... tentu saja boleh."Arjuna tergagap karena dia terlalu terkejut.Meskipun Arjuna telah memberi tahu Daisha selama dua hari terakhir bahwa dia tidak akan memukul Daisha lagi.Namun, Daisha masih setakut tikus melihat kucing ketika melihat Arjuna.Apalagi melakukan kontak fisik.Saat ini, dia tiba-tiba ingin tidur di sebelah Arjuna.Hal ini agak mengejutkan.Disa juga merasa bahwa Daisha tidak normal, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.Daisha kembali ke tempat dia tidur kemarin untuk mengambil selimut tipis, kemudian kembali ke sisi Arjuna, berbaring di samping Arjuna.Begitu berbaring, Daisha baru ingat bahwa dia harus berbagi selimut dengan Disa. Lantas, dia duduk, lalu melambaikan tangan kepada Disa."Kak Disa, kemarilah juga.""..."Arjuna terdiam sesaat, mereka bertiga akan tidur berbaris seperti ini?Uhuk.Apakah orang zaman dulu begitu bebas?Akan tetapi ....Dia menyukainya!Malam sudah larut, selimut yang digunakan oleh kedua perempuan itu terlalu tipis. Arjuna ingin m
"Um ...."Dagu Daisha dicengkeram dengan keras oleh Arjuna, diserang.Napasnya sedikit terengah, sensasi mati rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dari daun telinga hingga tulang ekornya.Bibir dan tubuh yang lembut, serta wangi tubuh Daisha menyerang garis pertahanan Arjuna sedikit demi sedikit.Tidak, tidak.Sekarang bukan waktunya. Daisha masih belum sehat.Arjuna tiba-tiba melepaskan Daisha, lalu meletakkan satu tangannya di dinding."Masih mau lari?"Arjuna telah mencoba yang terbaik untuk mengendalikannya, tetapi suaranya masih bergetar.Mata Daisha terus berkedip, ada kelembutan, tetapi lebih banyak keluhan."Buk!"Daisha masuk ke dalam pelukan Arjuna, lalu terus meninju Arjuna.Air matanya menetes ke pakaian Arjuna, dia terus mengeluh."Kenapa? Kenapa? Aku sudah menunggumu lebih dari setahun, kenapa kamu tidak berubah lebih cepat? Kenapa kamu baru berubah di saat situasinya sudah tidak tertolong?""Kenapa tidak tertolong? Bukankah sudah kukatakan ada ide?"Dai
"Pergi ke kota?"Disa tiba-tiba berhenti melangkah. "Bukankah kita akan menghasilkan uang untuk membayar Rumah Bordil Prianka?""Hm, sekarang kita akan menghasilkan uang. Uang sebanyak itu hanya bisa dihasilkan di kota."Usai berbicara, Arjuna lanjut berjalan.Desa Embun terletak cukup jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Jika mereka tidak cepat berangkat, mereka tidak akan bisa tiba sebelum sore hari.Daisha bangun setelah mereka berjalan beberapa saat, tetapi Arjuna merasa jalannya lambat sehingga dia tidak menurunkan Daisha.Dia menggendong Daisha dan terus berjalan. Dulu berlari sepuluh kilometer dengan beban berat adalah hal paling mendasar di ketentaraan. Daisha bahkan lebih ringan daripada beban yang Arjuna bawa di zaman modern.Hanya saja Arjuna yang dulu malas dan kurang olahraga sehingga tubuhnya kurang kuat. Arjuna meminta Disa untuk gantian menggendong Daisha di tengah jalan.Setelah mendaki dua gunung dan tiba di jalan kota, jalannya menjadi lebih mudah dilewati.Sebelu
Tamael bergegas masuk dari halaman belakang. Ketika dia melihat si pembuat onar, dia langsung santai.Dia pikir bandit.Dalam situasi yang buruk, bandit lebih sulit dihadapi dibandingkan pejabat."Kupikir siapa, ternyata kamu, pecundang!" Tamael makan kacang dengan ekspresi mencemooh.Kemarin dia kurang persiapan, hari ini mereka ada di wilayahnya.Dia akan membuat Arjuna membayarnya dengan darah."Baguslah, kamu datang sendiri, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi."Tamael melemparkan kulit kacang ke lantai. "Pengawal!"Begitu dia berteriak, puluhan preman kekar bergegas ke lobi, mengepung Tamael."Arjuna, kalau kamu berlutut untuk memohon, kemudian memanggilku bos sekarang, aku akan berbaik hati menyuruh mereka menghajarmu lebih pelan.""Ternyata dia datang untuk membuat onar karena tidak bisa membayar utang.""Tapi, apakah dia tidak takut dirinya mati dengan mengenaskan sehingga dia berani datang ke sini untuk membuat masalah?""Kudengar orang itu punya sedikit keahlian, dia mungki
Melihat niat membunuh dalam mata Tamael, Arjuna mengangkat sudut bibirnya. "Hm, bisa sedikit."Setelah itu, dia membalikkan sisi botol dengan karakter di atasnya ke Tamael dan bertanya kepadanya, "Apakah yang terakhir adalah karakter obat?"Oh!Tanpa menunggu jawaban Tamael, Arjuna segera bertindak seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang besar. Dia memandang Tamael dan berkata, "Saya tahu mengapa bisnis Anda di Pengadilan Rumah Bordil Prianka begitu bagus. Anda pasti diam-diam menambahkan barang selundupan kepada para tamu. ' minuman. , hukum Bratajaya kami memiliki peraturan..."Sejak pemerintahan Kaisar Ganida dari Dinasti Bratajaya, rumah pelacuran dilarang keras menggunakan obat-obatan seperti narkotika dan cinta untuk menarik pelanggan.Pelanggar dapat dikenakan larangan, atau dalam kasus yang serius, rumahnya dapat disita.Tamael tidak berniat mendengarkan apa yang dikatakan Arjuna selanjutnya.Anak ini tidak hanya bisa membaca tapi juga mengerti hukum?Tidak seperti ini saa
Hanya ada setengah batang dupa waktu tersisa sebelum memasuki ruang ujian.Bagian luar ruang ujian sudah dipenuhi siswa yang datang untuk mengikuti ujian.Ini adalah ujian yang menyangkut nasib kehidupan seseorang. Ada yang gugup, ada yang cemas, ada yang penuh percaya diri.Sebagian orang masih memegang buku untuk belajar, sebagian lainnya mengatupkan tangan sambil bergumam, "Semoga Nabi Konfusius memberkatiku, semoga Tuhan memberkatiku."Makin dekat dengan waktu masuk ruang ujian, makin Arjuna menyadari bahwa Disa yang ada di sampingnya gemetar.Saat pertama kali melihat harimau di Gunung Harimau, dia tidak gemetar sedikit pun."Rileks, rileks!" Arjuna mencubit kedua bahu Disa dengan tangannya."Tuan, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku. Tubuhku gemetar sendiri." Disa mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba menenangkan diri.Namun makin dia mencoba menenangkan diri, makin sulit jadinya."Kamu ini gugup. Jangan gugup. Aku yang masuk ruang ujian, bukan kamu.""Aku juga tahu, tapi aku
Ketika langit baru terang, Kabupaten Damai sudah ramai.Hari ini adalah hari dimulainya ujian musim semi tahunan.Masih ada waktu sebelum ujian dimulai. Restoran Kebon Sirih dekat dengan tempat ujian, jadi tidak perlu terburu-buru ke lokasi ujian.Arjuna duduk di bangku santai dekat jendela sambil minum teh. Begitu minum setengah, Arjuna akhirnya tidak tahan. Dia meletakan cangkir teh."Hanya tiga batang kuas, sebuah tempat tinta dan sekotak tinta. Kenapa kamu menghitungnya berulang kali? Apakah barangnya bertambah setiap kali kamu berhitung?"Jika Arjuna ingat dengan benar, ini adalah keenam kalinya Disa menghitung barang yang ada di dalam keranjang bambu.Saat Arjuna sedang menanyainya, Disa menuang keluar barang-barang di dalam keranjang bambu, kemudian menghitungnya lagi. Dia juga bergumam, "Dik Daisha sudah berpesan. Katanya, ingatanku buruk dan suka ketinggalan sesuatu. Jadi, aku harus hitung beberapa kali agar tidak ada terlewat."Setelah Disa memasukkan barang ke keranjang bamb
"Siapa dia?"Perhatian orang-orang kembali ke Arjuna."Dia hanya orang biasa, tidak ada yang spesial.""Aku mengenalnya. Dia adalah Arjuna dari Desa Embun.""Oh, ternyata dia!"Banyak orang memasang ekspresi "aku mengerti".Tentu saja, banyak juga orang yang masih belum mengerti. Mereka bertanya kepada orang yang mengenal Arjuna. "Siapa Arjuna ini? Dia tampaknya cukup terkenal.""Memang terkenal ...."Orang-orang mulai berlomba-lomba membicarakan kejadian Arjuna di sekolah."Haha, syair macam apa itu!""Hahaha!"Terdengar suara gelak tawa di aula peramal."Kita benar-benar salah paham dengan diaken. Bagaimana kartu ramalan orang ini bisa ditafsirkan?""Benar sekali. Kalau diaken mengatakan bahwa kartunya adalah ramalan sangat baik, tetapi nanti dia tidak lulus, diaken akan dibilang membohonginya. Kalau diaken bilang kartunya adalah ramalan sangat buruk, itu akan membuatnya terpuruk.""Diaken benar-benar susah payah. Dia adalah diaken yang baik."Suasana di aula peramal terasa damai, pa
"Tuan."Diaken itu tiba-tiba berdiri, lalu membungkuk kepada Arjuna."Astaga! Apa yang terjadi? Diaken sampai berdiri!""Aku datang ke Kuil Konfusius ini selama sepuluh tahun berturut-turut dan tidak pernah melihat diaken berdiri.""Dia bahkan membungkuk kepada orang itu. Jangan-jangan itu ramalan terbaik sepanjang masa?""Mungkin.""Siapa dia? Dari desa mana dia?"Ketika orang-orang sedang berdiskusi, diaken itu angkat bicara. "Kartu ramalan ini ....""Hei, diamlah, diaken sudah bersuara."Ruang ramalan yang semula riuh, tiba-tiba menjadi sunyi. Semua orang menahan napas untuk mendengarkan dengan saksama.Diaken mengembalikan kartu tersebut kepada Arjuna. "Maaf, aku tidak bisa menafsirkan kartu ramalan ini.""...""!!!""???"Semua orang yang ada di aula ramalan saling memandang dengan bingung. Mereka takut telinga mereka yang bermasalah."Apakah kamu mendengarnya? Diaken bilang dia tidak bisa menafsirkannya.""Aku juga mendengarnya."Selama bertahun-tahun, orang-orang hanya pernah me
Pada saat ini, diaken dikelilingi oleh para pelajar yang akan mengikuti ujian besok.Entah karena tidak ingin merusak kepercayaan diri siswa terhadap ujian atau karena uang sumbangan. Mayoritas orang memperoleh ramalan bagus, bahkan sangat bagus. Hampir tidak ada ramalan buruk, apalagi sangat buruk.Mungkin dua-duanya.Kuil mendapat uang sumbangan, sedangkan para pelajar memperoleh ramalan bagus, menambah kepercayaan diri.Simbiosis mutualisme.Shaka, yang biasanya terlihat lembut dan sopan, tiba-tiba menjadi sangat kuat. Setelah beberapa saat, dia tiba di depan diaken."Ramalan yang sangat bagus! Kali ini, Anda pasti lulus ujian dan menjadi siswa unggul!"...Orang-orang di sekitar memandang Shaka dengan iri.Meskipun mereka juga mendapat ramalan yang bagus atau bahkan sangat terbaik. Diaken itu hanya mengatakan bahwa ujian musim semi mereka akan berjalan lancar, tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan lulus ujian dan menjadi siswa unggul."Terima kasih, Pak! Terima kasih, Pak!"Shak
Sebelum Arjuna mengatakan sepatah kata pun, Shaka tanpa malu-malu masuk ke dalam kamar Arjuna terlebih dahulu.Selain ingin makan gratis, Shaka juga punya tujuan lain, yaitu ingin melihat kamar khusus di Restoran Kebon Sirih.Kamar khusus di Restoran Kebon Sirih terkenal di Kabupaten Damai, hanya ada lima.Orang-orang yang tinggal di kamar khusus biasanya bangsawan kaya.Pelajar seperti mereka tidak bisa tinggal di kamar khusus seandainya mereka punya uang, kecuali mereka lulus ujian dan menjadi siswa unggul.Dengan kata lain, sekalipun Shaka lulus ujian dan menjadi seorang siswa unggul, dia tidak bisa tinggal di kamar khusus bila tak punya uang.Ketika dia mengetahui bahwa Tamael membiarkan Arjuna tinggal di kamar khusus, dia begitu iri.Saat dia masuk ke kamar khusus, mata Shaka langsung terbelalak.Kemewahan kamar khusus ini seratus kali lebih baik dari yang Shaka bayangkan.Arjuna hanya seorang pedagang ikan. Atas dasar apa dia menerima semua ini?Tamael membiarkan Arjuna tinggal d
Orang tua itu melangkah selangkah, lalu seketika mengurung niatnya.Dia berbalik lalu tersenyum. "Kamu benar, abaikan saja para pecundang itu."Lelaki tua itu naik ke kereta, kemudian menatap lantai tiga Restoran Kebon Sirih. "Menurutmu, apakah dia bisa menebak bahwa akulah yang mengusulkan agar semua siswa di Kabupaten Damai mengikuti ujian musim semi?""Kalau ...." Pelayan tersebut juga melihat lantai tiga penginapan. "Dia memang sepintar yang Tuan bilang, dia pasti menyadarinya.""Kalau begitu ...." Orang tua itu mengusap jenggotnya. "Akankah dia menyerahkan kertas kosong?"Pelayan itu mengangkat sebelah alisnya. "Menyerahkan kertas kosong? Bukankah itu sesuai dengan harapan Tuan?""Siapa bilang aku mengharapkannya?"Orang tua itu merasa agak malu karena pikirannya terbaca.Jika Arjuna menyerahkan kertas kosong, dia akan langsung tahu kertas mana milik Arjuna.Tidak peduli apa yang dia katakan atau lakukan, kepala daerah tidak berani menentang.Akan tetapi, dia yang menetapkan perat
Merinding.Mati rasa.Dorongan yang tidak dapat dijelaskan.Dia ingin ....Disa terkejut oleh pikirannya sendiri.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna.Bisa-bisanya dia ingin memeluk Arjuna di depan umum.Gila! Dia benar-benar gila!|"Tuan, aku ....""Kenapa?" tanya Arjuna dengan perhatian. Suaranya rendah, mengandung godaan yang mematikan."Tidak ... tidak apa-apa, a ... aku akan kembali ke kamar dulu."Disa berlari seperti kelinci, dia menghilang dalam sekejap mata.Melihat koridor tempat Disa menghilang, Arjuna tersenyum.Dia melakukannya dengan sengaja. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi gadis itu.Arjuna sangat puas dengan reaksi Disa.Siapa tahu dia benar-benar bisa "makan daging" dalam sebulan ini.Arjuna menyentuh perutnya yang rata. Dia benar-benar lapar."Sungguh menghina!""Tidak bermoral!""Abaikan dia. Dia tidak memenuhi standar.""Dia mengikuti ujian musim semi hanya untuk mempermalukan diri."Di tengah makian dan ejekan, Arjuna berjalan melewati lobi menuju dapur res
"Kakak-kakak dan teman-teman sekalian." Seseorang turun dari lantai dua, kemudian berjalan ke depan para pelajar dengan cepat.Orang ini adalah Shaka.Hari ini, dia mengenakan jubah brokat dan tampak sangat anggun. Dia menangkupkan tangan kepada para pelajar."Aku Shaka dari Desa Embun. Arjuna dan istri muda ini adalah keponakan dan keponakan menantuku.""Di sini." Shaka menangkupkan tangan kepada para pelajar lagi. "Aku minta maaf kepada semuanya. Keponakanku dan istrinya biasa menjual ikan. Kalian semua adalah murid Pak Cakra, tentu saja berbeda dengan keponakanku dan istrinya. Semoga kalian jangan perhitungan dengan mereka."Maksud Shaka adalah, Arjuna dan Disa hanyalah penjual ikan yang bodoh, sedangkan para pelajar menguasai kitab suci. Bagaimana mungkin Arjuna dapat dibandingkan dengan mereka?Inilah jahatnya Shaka.Dia tidak hanya menemukan jalan keluar bagi para pelajar, tetapi juga menginjak-injak Arjuna. Namun, Arjuna tidak bisa memarahinya, malah harus berterima kasih padany