Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan
Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t
"Te ... tentu saja boleh."Arjuna tergagap karena dia terlalu terkejut.Meskipun Arjuna telah memberi tahu Daisha selama dua hari terakhir bahwa dia tidak akan memukul Daisha lagi.Namun, Daisha masih setakut tikus melihat kucing ketika melihat Arjuna.Apalagi melakukan kontak fisik.Saat ini, dia tiba-tiba ingin tidur di sebelah Arjuna.Hal ini agak mengejutkan.Disa juga merasa bahwa Daisha tidak normal, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.Daisha kembali ke tempat dia tidur kemarin untuk mengambil selimut tipis, kemudian kembali ke sisi Arjuna, berbaring di samping Arjuna.Begitu berbaring, Daisha baru ingat bahwa dia harus berbagi selimut dengan Disa. Lantas, dia duduk, lalu melambaikan tangan kepada Disa."Kak Disa, kemarilah juga.""..."Arjuna terdiam sesaat, mereka bertiga akan tidur berbaris seperti ini?Uhuk.Apakah orang zaman dulu begitu bebas?Akan tetapi ....Dia menyukainya!Malam sudah larut, selimut yang digunakan oleh kedua perempuan itu terlalu tipis. Arjuna ingin m
"Um ...."Dagu Daisha dicengkeram dengan keras oleh Arjuna, diserang.Napasnya sedikit terengah, sensasi mati rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dari daun telinga hingga tulang ekornya.Bibir dan tubuh yang lembut, serta wangi tubuh Daisha menyerang garis pertahanan Arjuna sedikit demi sedikit.Tidak, tidak.Sekarang bukan waktunya. Daisha masih belum sehat.Arjuna tiba-tiba melepaskan Daisha, lalu meletakkan satu tangannya di dinding."Masih mau lari?"Arjuna telah mencoba yang terbaik untuk mengendalikannya, tetapi suaranya masih bergetar.Mata Daisha terus berkedip, ada kelembutan, tetapi lebih banyak keluhan."Buk!"Daisha masuk ke dalam pelukan Arjuna, lalu terus meninju Arjuna.Air matanya menetes ke pakaian Arjuna, dia terus mengeluh."Kenapa? Kenapa? Aku sudah menunggumu lebih dari setahun, kenapa kamu tidak berubah lebih cepat? Kenapa kamu baru berubah di saat situasinya sudah tidak tertolong?""Kenapa tidak tertolong? Bukankah sudah kukatakan ada ide?"Dai
"Pergi ke kota?"Disa tiba-tiba berhenti melangkah. "Bukankah kita akan menghasilkan uang untuk membayar Rumah Bordil Prianka?""Hm, sekarang kita akan menghasilkan uang. Uang sebanyak itu hanya bisa dihasilkan di kota."Usai berbicara, Arjuna lanjut berjalan.Desa Embun terletak cukup jauh dari pusat pemerintahan kabupaten. Jika mereka tidak cepat berangkat, mereka tidak akan bisa tiba sebelum sore hari.Daisha bangun setelah mereka berjalan beberapa saat, tetapi Arjuna merasa jalannya lambat sehingga dia tidak menurunkan Daisha.Dia menggendong Daisha dan terus berjalan. Dulu berlari sepuluh kilometer dengan beban berat adalah hal paling mendasar di ketentaraan. Daisha bahkan lebih ringan daripada beban yang Arjuna bawa di zaman modern.Hanya saja Arjuna yang dulu malas dan kurang olahraga sehingga tubuhnya kurang kuat. Arjuna meminta Disa untuk gantian menggendong Daisha di tengah jalan.Setelah mendaki dua gunung dan tiba di jalan kota, jalannya menjadi lebih mudah dilewati.Sebelu
Tamael bergegas masuk dari halaman belakang. Ketika dia melihat si pembuat onar, dia langsung santai.Dia pikir bandit.Dalam situasi yang buruk, bandit lebih sulit dihadapi dibandingkan pejabat."Kupikir siapa, ternyata kamu, pecundang!" Tamael makan kacang dengan ekspresi mencemooh.Kemarin dia kurang persiapan, hari ini mereka ada di wilayahnya.Dia akan membuat Arjuna membayarnya dengan darah."Baguslah, kamu datang sendiri, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi."Tamael melemparkan kulit kacang ke lantai. "Pengawal!"Begitu dia berteriak, puluhan preman kekar bergegas ke lobi, mengepung Tamael."Arjuna, kalau kamu berlutut untuk memohon, kemudian memanggilku bos sekarang, aku akan berbaik hati menyuruh mereka menghajarmu lebih pelan.""Ternyata dia datang untuk membuat onar karena tidak bisa membayar utang.""Tapi, apakah dia tidak takut dirinya mati dengan mengenaskan sehingga dia berani datang ke sini untuk membuat masalah?""Kudengar orang itu punya sedikit keahlian, dia mungki
Melihat niat membunuh dalam mata Tamael, Arjuna mengangkat sudut bibirnya. "Hm, bisa sedikit."Setelah itu, dia membalikkan sisi botol dengan karakter di atasnya ke Tamael dan bertanya kepadanya, "Apakah yang terakhir adalah karakter obat?"Oh!Tanpa menunggu jawaban Tamael, Arjuna segera bertindak seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang besar. Dia memandang Tamael dan berkata, "Saya tahu mengapa bisnis Anda di Pengadilan Rumah Bordil Prianka begitu bagus. Anda pasti diam-diam menambahkan barang selundupan kepada para tamu. ' minuman. , hukum Bratajaya kami memiliki peraturan..."Sejak pemerintahan Kaisar Ganida dari Dinasti Bratajaya, rumah pelacuran dilarang keras menggunakan obat-obatan seperti narkotika dan cinta untuk menarik pelanggan.Pelanggar dapat dikenakan larangan, atau dalam kasus yang serius, rumahnya dapat disita.Tamael tidak berniat mendengarkan apa yang dikatakan Arjuna selanjutnya.Anak ini tidak hanya bisa membaca tapi juga mengerti hukum?Tidak seperti ini saa
Saat pintu halaman barat didobrak oleh pejabat, Tamael keluar, lalu melihat pemimpin dari pejabat. Dia segera mendekat, kemudian berkata, "Kapten Lingga, kami beroperasi secara legal, tidak melakukan hal-hal ilegal."Lingga dengan cepat berujar, "Aku tahu kalau Tuan Tamael selalu mematuhi aturan. Hari ini, aku datang karena menerima laporan bahwa kamu mengalami perampokan. Di luar kacau balau, para pelanggan bilang mereka melihat perampok, bawahanmu memberitahuku kalau perampoknya masuk ke sini.""Aish!" Tamael membungkuk kepada Lingga, kemudian dia berkata sambil tersenyum. "Salah paham, salah paham! Orang itu adalah sepupu jauh saya. Dia minum terlalu banyak hari ini, jadi membuat keributan. Sekarang dia sudah sadar dan pulang.""Hanya begitu?""Hanya begitu. Kalau dia benar-benar perampok, saya pasti sudah membawanya ke tempat Anda, mana perlu menunggu Anda repot-repot datang.""Baiklah kalau tidak ada masalah." Lingga berbalik, lalu berteriak, "Kembali!""Maaf sudah merepotkan Kapt
"Baik.""Hia!" Pelayan itu mencambuk kudanya, kereta itu pun segera melaju menuju Kabupaten Damai.Ketika melewati persimpangan jalan yang dilalui Arjuna, pelayan itu tersenyum.Rubah kecil, kamu masih belum bisa mengalahkan rubah tua yang ada di dalam kereta ini.'Namun, dia senang melihat hasil ini.Kelak pertarungan antara rubah kecil dan rubah tua pasti sangat seru....Setelah kembali dari Desa Kenari, Arjuna menjalani kehidupannya seperti sebelumnya.Sederhana, tetapi bahagia.Sesekali, dia mendengar makian dari rumah sebelah.Makian terhadap Bulan.Katanya Bulan mendapat suami yang baik. Setelah mereka membesarkannya, dia malah melupakan budi jasa keluarganya. Sungguh merupakan gadis jahat yang tak tahu diri.Karena tidak peduli berapa kali Oki menyuruh orang untuk memberi tahu Bulan, Bulan tidak juga pulang.Bahkan ketika Oki sendiri yang pergi ke Desa Kenari, dia tidak mendapatkan benda yang diinginkan Shaka.Mungkin karena omongan Oki di Desa Kenari terlalu kasar, Bulan langs
"Sebenarnya, kamu tidak perlu menjadi bawahanku. Kalau kamu tidak mengikuti ujian karena aku, maka dinasti kita akan kehilangan seorang kader yang sangat berbakat. Aku akan merasa bersalah kepada kaisar dan dinasti kita."Bagus, dia bahkan berakting memelas.Bukan hanya sang pria tua yang bisa berakting memelas, Arjuna juga bisa."Aish ... aku sangat menghargai kebaikan Tuan. Sebenarnya aku mengatakan hal-hal itu karena merasa bersalah. Tuan, aku akan memberitahumu yang sebenarnya. Aku hanya seorang penjual ikan. Aku bahkan tak bisa menulis, bagaimana mungkin aku lulus ujian kekaisaran?""Nak, kamu memang pandai bercanda. Kamu bisa membuat puisi yang begitu indah, bagaimana mungkin kamu tidak bisa menulis?""Beberapa puisi itu benar-benar bukan karyaku. Aku tak sengaja melihatnya dari sebuah buku. Aku hanya memiliki ingatan yang bagus sehingga mengingatnya setelah membacanya.""Aku tidak percaya.""Kalau kamu tidak percaya, aku akan menulis untuk kamu lihat.""Ini."Pria tua itu menyer
"Kamu yang membuatnya, Nak.""Bukan, sungguh.""Jangan terlalu rendah hati.""Aku tidak bersikap rendah hati.""Kamu memang rendah hati."Saat ini, Arjuna baru menyadari bahwa penjelasannya sama sekali tidak berguna."Nak, apakah kamu sudah daftar untuk mengikuti ujian di musim semi tahun depan?" tanya sang pria tua.Arjuna menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak begitu ingin mengikutinya sekarang.""Bagaimana boleh tidak ikut? Kamu harus ikut!"Pria tua itu tiba-tiba berbicara dengan nada keras, membuat Arjuna terkejut.Bukan hanya keras, tetapi dia juga tampak cemas.Reaksi lelaki tua itu mengingatkan Arjuna akan ayahnya di zaman modern.Ada masa ketika Arjuna memberontak dan tidak mau sekolah waktu SMP. Ayahnya berteriak kepadanya dengan cemas seperti ini. "Bagaimana boleh kamu tidak sekolah? Kamu harus sekolah!"Berada di dunia yang berbeda tiba-tiba ada seseorang yang begitu peduli padanya, Arjuna agak terharu.Namun, tempat ini bukan zaman modern, Arjuna juga bukan lagi anak b
"Mungkin aku tidak mengatakannya dengan cukup jelas tadi. Hebat yang kumaksud adalah orang yang lebih tinggi dariku di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh."Pria tua itu berusaha menjelaskan, ekspresinya bahkan sedikit cemas."Oh." Ekspresi Arjuna berubah menjadi serius. "Orang yang lebih tinggi darimu di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh?""Ya, tidak lebih dari sepuluh." Melihat perubahan raut wajah Arjuna, lelaki tua itu mulai bersikap arogan. Dia mengangkat kepala dan membusungkan dadanya.Arjuna mengacungkan jempol pada lelaki tua itu. "Kalau begitu kamu memang hebat."Kemudian dia lanjut berujar, "Tapi itu tidak ada kaitannya denganku."Lelaki tua itu menjadi pejabat pada usia 20 tahun dan telah menjabat selama puluhan tahun. Dia pernah bertemu dengan berbagai jenis orang, mengalami banyak hal.Akan tetapi ....Dia benar-benar tak pernah bertemu orang seperti Arjuna dan mengalami hal seperti ini.Dia melambang
Bulan ingin mengantar Arjuna ke gerbang desa, tetapi Arjuna menolak.Cuaca sangat dingin, kesehatan Bulan juga tidak begitu baik. Sebelumnya, Bulan diperlakukan kasar oleh Keluarga Kosasih sehingga tangan dan kakinya mengalami radang dingin."Oh ya!"Tatapan Arjuna melewati Bulan, kemudian berlabuh pada Salma yang meringkuk di pojok seperti burung puyuh."Tante, jangan bersikap lunak. Jual saja dia setelah ini."Bulan adalah istri sah, sedangkan Salma hanya selir. Istri memiliki hak untuk mengusir atau menjual selir."Arjuna, tenang saja, aku akan melakukannya." Bulan menatap Salma dengan penuh kebencian.Tidak apa-apa jika Salma menindasnya, tetapi dia menindas putri-putri Bulan. Bulan tidak akan mengampuninya."Kalau begitu aku pulang dulu, Tante." Daisha dan yang lainnya masih menungguku di rumah."Begitu Arjuna berpamitan kepada Bulan, kereta lelaki tua itu langsung menghalangi jalannya.Pria tua itu membuka tirai jendela kereta, lalu dia menatap Arjuna sambil tersenyum dan berkata
Melihat Arjuna berjalan ke luar, sekretaris daerah segera mengikutinya. "Arjuna, tadi aku mendengar dari tantemu bahwa kamu kemari dengan jalan kaki. Aku punya kuda, kamu boleh menunggangnya untuk pulang."Kedua pria tua itu memandang Arjuna begitu penting, dia harus menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Arjuna.Dia telah menjabat sebagai sekretaris daerah selama hampir dua puluh tahun, tak kunjung naik jabatan. Bukankah itu karena dia tidak memiliki dukungan?Arjuna mungkin bisa menjadi kesempatannya untuk naik jabatan."Terima kasih, Yang Mulia, tapi aku tidak bisa menunggang kuda."Arjuna menolak sekaligus menyatakan kebenaran.Dia yang berasal dari era modern benar-benar tidak bisa menunggang kuda.Arjuna tahu bahwa sekretaris daerah ingin memanfaatkannya untuk mendekati kedua pria tua tersebut.Tidak peduli apa latar belakang kedua lelaki tua itu, Arjuna tidak tertarik untuk mengetahuinya.Mereka membantunya kali ini, jadi Arjuna akan membalas budi, kemudian lunas. Dia tidak
Para pelayan Keluarga Kosasih melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.Ketika Arjuna dan Bulan kembali, anggota Keluarga Kosasih berdiri dengan sikap arogan.Namun hanya dalam waktu sejenak, dua dari tiga anggota Keluarga Kosasih terbaring di depan Arjuna dan Bulan.Susanto, yang berdiri pun, tidak terlihat lebih baik.Ketika petugas pengadilan mencoba menutup mulutnya, Susanto menolak. Atas perintah sekretaris daerah, petugas pengadilan memukulinya dengan sangat keras hingga wajah dan hidungnya memar.Dia benar-benar kehilangan wibawa seorang kepala Keluarga Kosasih.Sekretaris daerah menghampiri Bulan. "Mulai sekarang, perlakukan nyonya ini seperti memperlakukanku. Kalau kalian tidak menghormatinya, berarti kalian tidak menghormatiku."Sekretaris daerah awalnya akan mengucapkan kalimat tersebut di samping Arjuna. Namun, Arjuna memberikan lencana tersebut kepada Bulan."Paman, apakah kamu gila?"Wajah Kurnia penuh dengan keterkejutan dan ketidakterimaan.Jika begitu, bukankah Bul
"Ibu, Ibu!"Kurnia mencoba untuk berdiri."Dik, kakak sepupumu tidak lagi muda. Sepuluh kali cambuk terlalu banyak. Dia bisa ....""Seseorang!"Sebelum Susanto sempat menyelesaikan perkataannya, suara dingin sekretaris daerah terdengar. "Tutup mulut Susanto dan Kurnia."Kalau saja pria tua itu tidak memerintahkannya untuk membiarkan Neha tetap terjaga, sekretaris daerah pasti langsung memberi perintah sebanyak dua puluh cambuk.Selain itu bukan hanya Neha, melainkan seluruh anggota keluarganya.Apakah keluarga ini merasa jabatannya jatuh kurang cepat?Saat ini, Susanto sudah merasakan ada yang tidak beres. Dua lelaki tua di luar ....Sayangnya, sudah terlambat baginya untuk menyadarinya.Susanto dan Kurnia yang tergeletak di lantai dan tidak dapat bangun, mulutnya disumpal.Neha dicambuk hingga dia terus menjerit kesakitan.Sekretaris daerah berjalan mendekati Arjuna, kemudian menyerahkan lencana perak dengan kedua tangannya. "Arjuna, seorang pria tua di luar menyuruhku untuk memberika
"Yang Mulia."Begitu sekretaris daerah melangkah masuk ke aula, Bulan berlari mendekat. "Semua salahku, tidak ada hubungannya dengan Arjuna. Yang Mulia, tangkap aku saja.""Dasar wanita jalang, kamu memang harus ditangkap. Sekarang kamu bahkan menghalangi Yang Mulia menyelidiki kasus. Kamu menambah kejahatan lagi.""Enyahlah!"Kurnia menarik Bulan, kemudian menyeretnya ke sisi lain."Buk!"Cangkir teh yang ada di tangan Arjuna tiba-tiba terbang, kemudian mengenai wajah Kurnia."Aduh, aduh!"Kurnia menjerit kesakitan.Kali ini cangkir teh dilempar lebih keras dari sebelumnya. Kurnia jatuh ke lantai dan tidak bisa berdiri.Sebelumnya, Arjuna berbelas kasihan, dia tidak menggunakan terlalu banyak kekuatan.Sekarang dia sudah hendak pergi, jadi biarkanlah Kurnia berbaring saja."Oh, Kurnia! Kurnia-ku!" Neha berlari mendekat. "Ya Tuhan, ini benar-benar melanggar hukum.""Yang Mulia." Susanto segera berkata kepada sekretaris daerah. "Dia berani menyakiti orang di depan Anda. Dia benar-benar