Share

Bab 14

Author: Abimana
Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.

Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.

Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.

Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.

Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa.

"Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"

Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.

Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.

Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.

Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus ceritanya.Tanggung jawab sebagai suami sudah mulai nampak
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 18

    Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 19

    Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 20

    Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 21

    "Te ... tentu saja boleh."Arjuna tergagap karena dia terlalu terkejut.Meskipun Arjuna telah memberi tahu Daisha selama dua hari terakhir bahwa dia tidak akan memukul Daisha lagi.Namun, Daisha masih setakut tikus melihat kucing ketika melihat Arjuna.Apalagi melakukan kontak fisik.Saat ini, dia tiba-tiba ingin tidur di sebelah Arjuna.Hal ini agak mengejutkan.Disa juga merasa bahwa Daisha tidak normal, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.Daisha kembali ke tempat dia tidur kemarin untuk mengambil selimut tipis, kemudian kembali ke sisi Arjuna, berbaring di samping Arjuna.Begitu berbaring, Daisha baru ingat bahwa dia harus berbagi selimut dengan Disa. Lantas, dia duduk, lalu melambaikan tangan kepada Disa."Kak Disa, kemarilah juga.""..."Arjuna terdiam sesaat, mereka bertiga akan tidur berbaris seperti ini?Uhuk.Apakah orang zaman dulu begitu bebas?Akan tetapi ....Dia menyukainya!Malam sudah larut, selimut yang digunakan oleh kedua perempuan itu terlalu tipis. Arjuna ingin m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 22

    "Um ...."Dagu Daisha dicengkeram dengan keras oleh Arjuna, diserang.Napasnya sedikit terengah, sensasi mati rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dari daun telinga hingga tulang ekornya.Bibir dan tubuh yang lembut, serta wangi tubuh Daisha menyerang garis pertahanan Arjuna sedikit demi sedikit.Tidak, tidak.Sekarang bukan waktunya. Daisha masih belum sehat.Arjuna tiba-tiba melepaskan Daisha, lalu meletakkan satu tangannya di dinding."Masih mau lari?"Arjuna telah mencoba yang terbaik untuk mengendalikannya, tetapi suaranya masih bergetar.Mata Daisha terus berkedip, ada kelembutan, tetapi lebih banyak keluhan."Buk!"Daisha masuk ke dalam pelukan Arjuna, lalu terus meninju Arjuna.Air matanya menetes ke pakaian Arjuna, dia terus mengeluh."Kenapa? Kenapa? Aku sudah menunggumu lebih dari setahun, kenapa kamu tidak berubah lebih cepat? Kenapa kamu baru berubah di saat situasinya sudah tidak tertolong?""Kenapa tidak tertolong? Bukankah sudah kukatakan ada ide?"Dai

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 428

    Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 427

    "Mereka benar-benar membawa karung pasir. Mereka bersusah payah menyerang kita di malam hari hanya untuk membunuh kita dengan karung pasir?" kata pemimpin ketiga, Kera, sambil berusaha menahan tawa."Haha!" Pemimpin kelima, Rajo, tidak dapat menahan tawanya. "Aish, kita begitu rapuh hingga tak bisa menahan serangan satu karung pasir.""Buka gerbang!" teriak Kera. "Aku akan keluar, lalu memenggal kepala mereka untuk kita jadikan bola kaki.""Kera, tunggu." Galih buru-buru menghentikannya. "Ini jelas tidak sesederhana itu.""Tuan Galih, bukankah kamu terlalu waspada? Tadi kita sudah melihat dengan jelas, orangnya hanya sekitar seratus. Dan mereka tampak seperti pemuda yang kurang berpengalaman dalam pertempuran. Masing-masing menggantung ....""Sudah padam. Mereka sudah memadamkan obornya."Sebelum Kera menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah teriakan kaget."Memangnya kenapa kalau dia memadamkan obor? Siapa yang akan ikut denganku untuk menangkapnya hidup ....""Krek ....""Krek, krek,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 426

    "Serangan malam?" Galih adalah orang pertama yang berdiri. "Berapa banyak orang yang datang?""Aku tidak melihat dengan jelas, sepertinya ...." Prajurit itu memiringkan kepalanya, wajahnya bertaut. "Hanya ada seratus orang, tapi juga seperti lebih dari itu. Lebih seperti lima atau enam ratus orang, bahkan lebih, mungkin seribu ke atas.""Buk!"Mangkuk anggur mengenai prajurit tersebut."Berengsek!" maki Naga Bermata Satu. "Ada berapa orang pun tidak bisa melihat dengan jelas? Dasar bajingan tak berguna!"Mereka telah berakar di Gunung Magmora selama hampir sepuluh tahun dan mengalami banyak sekali operasi penumpasan bandit.Dari puluhan perwira dan prajurit hingga ribuan perwira dan prajurit.Serangan malam hari, serangan siang hari, hujan anak panah, bahkan serangan api. Mereka sudah pernah mengalami berbagai waktu dan cara penyerangan.Sekarang anak buahnya memberitahunya bahwa mungkin ada seratus, lima atau enam ratus, bahkan ribuan orang. Apa-apaan itu?! Memangnya Arjuna bisa sihir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 425

    Sekarang, Arjuna adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai. Dia adalah seorang pelajar yang mulia, juga orang terkaya di Kabupaten Damai.Dalam persepsi mereka dulu, orang-orang seperti itu adalah orang yang angkuh dan berkuasa. Alih-alih bekerja dengan mereka, orang-orang berkuasa itu bahkan tidak mau memandang mereka."Kendi pasir dan karung pasir. Apakah dunia itu benar-benar melawan bandit dengan menggunakan benda-benda ini? Kamu tidak bercanda, 'kan?" Tamael mulai bergumam lagi."Kak Tamael." Arjuna yang tengah duduk di bangku kecil sambil mengisi karung pasir berkata sambil tersenyum. "Daripada bergumam di sana, kenapa kamu tidak mengisi karung pasir bersama kami?"Ketika karung pasir hampir siap, Arjuna meminta Tamael untuk menemui Eshan. Dia ingin meminjam tempat latihan kuda."Uh ...."Setelah Eshan menyelesaikan tugasnya hari ini, dia bergegas ke peternakan pelatihan kuda. Pagi ini, Arjuna meminta Tamael untuk menyampaikan peminjaman peternakan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 423

    "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa menembak mati Naga Bermata Satu?" Disa membuka matanya lebar-lebar, menatap Arjuna dengan naif.Dari tiga Alsava bersaudari, Disa adalah yang paling pemarah, tetapi dia juga yang paling sederhana pikirannya."Kamu diam saja di sisiku. Ketika aku menyuruhmu serang, kamu baru serang.""Hm." Disa mengangguk patuh. "Tuan, apakah masih ada urusan lain?""Tidak ada lagi.""Kalau begitu aku akan lanjut latihan memanah.""Aish ...."Melihat punggung tinggi Disa, Arjuna merasa tidak berdaya.Bukankah tadi dia sudah menyuruh Disa untuk berhenti berlatih? Kenapa gadis ini melupakannya setelah mereka bicara sejenak?"Tuan."Pembantu bernama Peony berjalan mendekati Arjuna, kemudian membungkukkan badannya untuk memberi hormat."Hm." Arjuna mengangguk, lalu memberi isyarat kepadanya untuk berdiri."Air panas sudah disiapkan untuk Tuan, silakan pergi mandi.""Oke."Hari ini banyak kerjaan, Arjuna memang belum mandi dengan baik."Semuanya, keluarlah." Setelah ma

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 422

    "Seratus orang?"Suara Eshan begitu keras hingga Arjuna merasakan gendang telinganya bergetar.Arjuna mengulas senyum. "Ya. Satu orang seratus sen per hari, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar.""Arjuna, aku tahu kamu sangat pintar, tapi ini bukan saatnya bercanda." Wajah Eshan tampak muram.Arjuna pun berhenti tersenyum. "Yang Mulia, aku tidak bercanda, seratus orang sudah cukup."Tamael pernah menggambar peta topografi Gunung Magmora untuk Arjuna.Hanya ada satu jalan setapak yang lebarnya kurang dari sepuluh meter yang mengarah ke gunung. Di beberapa tempat sempit, lebarnya bahkan kurang dari lima meter. Sisanya berupa tebing curam.Jika seribu orang yang pergi, maka banyak dari mereka mungkin akan mati sebelum perang.Kerugian sebelum perang merupakan hal yang tabu dalam strategi militer.Arjuna pergi ke Restoran Kebon Sirih untuk memilih seratus orang.Seratus dari seribu orang, seharusnya dapat memilih beberapa orang yang sangat kuat.Alhasil, membuat Arjuna agak kec

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 421

    Galih tidak memiliki kekuatan militer, tetapi dia jauh lebih berwibawa daripada Naga Bermata Satu. Begitu dia berbicara, Kera dan Rajo segera terdiam."Kita tidak boleh menganggap remeh Arjuna kali ini. Jangan biarkan dia naik gunung. Begitu dia muncul, kita harus segera membunuhnya," kata Galih."Bahkan Komandan Kota Perai sendiri yang memimpin pasukannya ke sini, tidak dapat menerobos gerbang gunung kita. Apa yang perlu ditakuti dari seorang pelajar?""Benar sekali. Kalau ini sampai tersebar, orang-orang akan menertawakan kita. Seorang pelajar saja bisa membuat kita takut seperti ini. Siapa yang akan takut pada kita kelak?"Kera dan Rajo yang tadinya berdebat sengit, kini berbisik-bisik dengan kompak."Galih, bukankah kamu sudah terlalu waspada?" Naga Bermata Satu juga mengajukan keberatan."Bos, aku pernah melihat Arjuna di Kabupaten Damai. Dia jelas bukan orang bodoh. Dia bahkan bisa menghindari anak panah Rizal."Wajah Galih tampak serius. Jika Eshan yang datang, dia sama sekali t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 420

    "Untuk apa kamu meminta begitu banyak kendi anggur? Untuk memberanikan diri?"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Tamael mulai mengoceh lagi. "Tidak bisa mengalahkan bandit-bandit itu, maka tidak bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli berapa banyak alkohol yang kamu minum, itu tidak ada gunanya.""Aish ...." Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kak Tamael, usiamu baru 25 atau 26 tahun, tapi kamu sudah memasuki masa menopause dini? Kamu cerewet sekali, seperti ibuku.""Apa itu menopause? Aku mirip ibumu? Siapa ibumu?" Tamael punya kebiasaan untuk menanyakan segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya."Dia adalah orang yang sangat penting bagiku, tapi dia seperti pembantu senior di rumahmu yang suka mengomel sepanjang hari." Setelah berkata demikian, Arjuna berkata dalam hati. 'Ibu, maafkan aku. Ibu adalah ibu terbaik bagiku. Walaupun Ibu cerewet, aku tetap menyayangi Ibu.'"Arjuna, apa maksudmu? Aku seperti wanita tua? Bukankah ini karena aku mengkhawatirkanmu? Kamu ....""Kak Tamael, Kak Tamael,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status