Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan
Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h
"Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j
Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng
Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan
Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Apakah dia harus melihat adiknya pergi lagi?Sejak pertama kali bertemu Disa, Disa selalu seperti landak berduri, galak dan angkuh, tidak peduli apa pun yang dihadapi.Ini adalah pertama kalinya Arjuna melihat Disa tampak tak bernyawa begini.Dia merasa iba sekaligus sayang."Bodoh!" Arjuna mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Disa. "Tenang saja, oke? Kalian masih punya aku.""Aku tidak bodoh!"Disa memalingkan wajah dengan cepat.Meskipun dia telah menikah dengan Arjuna selama setahun lebih, dulu Arjuna hanya tahu memukul, memarahi, serta memaksanya pergi bekerja untuk mendapatkan uang.Disa tidak pernah merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Ketika tangan Arjuna menyentuh wajahnya, dia menemukan bahwa tangan itu begitu hangat, jantungnya menjadi berdetak tak terkendali.Wajahnya terasa panas. Wajah yang baru saja disentuh oleh Arjuna memerah dan mencerminkan air mata di wajahnya, seperti bunga mawar yang mekar. Dia t
"Te ... tentu saja boleh."Arjuna tergagap karena dia terlalu terkejut.Meskipun Arjuna telah memberi tahu Daisha selama dua hari terakhir bahwa dia tidak akan memukul Daisha lagi.Namun, Daisha masih setakut tikus melihat kucing ketika melihat Arjuna.Apalagi melakukan kontak fisik.Saat ini, dia tiba-tiba ingin tidur di sebelah Arjuna.Hal ini agak mengejutkan.Disa juga merasa bahwa Daisha tidak normal, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.Daisha kembali ke tempat dia tidur kemarin untuk mengambil selimut tipis, kemudian kembali ke sisi Arjuna, berbaring di samping Arjuna.Begitu berbaring, Daisha baru ingat bahwa dia harus berbagi selimut dengan Disa. Lantas, dia duduk, lalu melambaikan tangan kepada Disa."Kak Disa, kemarilah juga.""..."Arjuna terdiam sesaat, mereka bertiga akan tidur berbaris seperti ini?Uhuk.Apakah orang zaman dulu begitu bebas?Akan tetapi ....Dia menyukainya!Malam sudah larut, selimut yang digunakan oleh kedua perempuan itu terlalu tipis. Arjuna ingin m
"Um ...."Dagu Daisha dicengkeram dengan keras oleh Arjuna, diserang.Napasnya sedikit terengah, sensasi mati rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dari daun telinga hingga tulang ekornya.Bibir dan tubuh yang lembut, serta wangi tubuh Daisha menyerang garis pertahanan Arjuna sedikit demi sedikit.Tidak, tidak.Sekarang bukan waktunya. Daisha masih belum sehat.Arjuna tiba-tiba melepaskan Daisha, lalu meletakkan satu tangannya di dinding."Masih mau lari?"Arjuna telah mencoba yang terbaik untuk mengendalikannya, tetapi suaranya masih bergetar.Mata Daisha terus berkedip, ada kelembutan, tetapi lebih banyak keluhan."Buk!"Daisha masuk ke dalam pelukan Arjuna, lalu terus meninju Arjuna.Air matanya menetes ke pakaian Arjuna, dia terus mengeluh."Kenapa? Kenapa? Aku sudah menunggumu lebih dari setahun, kenapa kamu tidak berubah lebih cepat? Kenapa kamu baru berubah di saat situasinya sudah tidak tertolong?""Kenapa tidak tertolong? Bukankah sudah kukatakan ada ide?"Dai
Arjuna tidak mengantar pada hari pertama, jadi dia pikir Arjuna akan mengantarkannya pada hari kedua.Alhasil, pada hari ketiga, keempat, kelima, Arjuna tak kunjung datang.Sebelumnya di rumah Shaka, dia mengatakan Arjuna tidak berguna. Sekarang seingin apa pun, Oki tak bisa menurunkan harga dirinya untuk pergi meminta."Aku cerewet? Memangnya mendidik cucu seperti itu salahku?"Ranjani menjadi lebih marah."Kenapa bukan salahmu? Dulu aku menyuruhmu untuk jangan terlalu jahat padanya.""Jahat? Aku?"Ranjani dan Oki berdebat tanpa henti....Setelah makan malam, Arkana dan keluarganya kembali ke rumah. Disa dan Daisha berada di dapur, bergumam untuk waktu yang lama, tidak kunjung keluar.Wanita banyak bicara, tetapi Arjuna tidak peduli. Dia mengatakan sesuatu kepada dua saudara perempuan di dapur, lalu keluar.Magano bilang, dia menemukan sebuah danau baru dan meminta Arjuna untuk pergi melihat apakah kualitas ikan di danau itu bagus.Ketika Arjuna pulang, rumah sudah sepi. Kedua istrin
Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal
"Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga
Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa
Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m
"Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi
"Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat
Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r
Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem