Share

Bab 11

Author: Abimana
Tidak mungkin, bukan?

Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.

Hangat dan harum.

Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.

Kuat dan hangat!

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.

Para pria di negara ini sungguh bahagia.

Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.

Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.

Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.

Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa.

"Uhuk, uhuk!"

"Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh.

"Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.

Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.

Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'

Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.

Ada suara gemerisik di lantai, Arjuna pun menoleh ke arah suara.

Disa dan Daisha membentangkan tikar jerami di pojokan. Mereka meringkuk di atas tikar jerami, selimut mereka lebih tipis dan rusak daripada milik Arjuna.

Daisha takut dingin, jadi Disa memberikan sebagian besar selimut kepada Disa.

Arjuna melihatnya dan merasa sangat tidak nyaman.

Meski ada perapian, suhunya sangat rendah pada malam hari. Demi menghemat, Arjuna tidak memasukkan banyak kotoran sapi kering.

"Kenapa kalian tidak tidur di sini?"

"Aku jamin tidak akan menyentuh kalian."

Karena takut mereka salah paham, Arjuna pun menambahkan satu kalimat lagi.

Kedua perempuan itu memandang Arjuna seolah-olah mereka tidak mengenalinya.

Sejak menikah, mereka selalu tidur di lantai. Bukannya mereka tidak mau tidur di atas perapian, tetapi Arjuna tidak mengizinkannya.

"Aish!"

Arjuna menepuk keningnya. Dia baru kepikiran bahwa Arjuna yang sebelumnya tidak mengizinkan Disa dan Daisha tidur di atas tempat tidur.

"Aku memerintahkan kalian untuk tidur di atas perapian mulai hari ini. Kalian harus mematuhinya."

Setelah Arjuna menekankan tiga kali, Disa dan Daisha baru pindah ke atas tempat tidur dengan gelisah. Mereka berbaring di tempat yang paling jauh dari Arjuna.

Malam itu, Arjuna tidak tahu apakah kedua istrinya itu tidur, tetapi yang jelas dia tidak bisa tidur.

Dia merapikan ingatan dalam benaknya untuk waktu yang lama barulah menemukan alasan Arjuna yang sebelumnya tidak menyentuh mereka.

Waktu kecil, Arjuna yang sebelumnya pernah ditindas oleh gadis yang lebih besar darinya. Sejak saat itu, dia pun trauma.

Selain dialokasikan oleh pemerintah kerajaan, tujuan Arjuna yang sebelumnya menikah adalah untuk dinafkahi dan dilayani oleh istrinya.

...

Begitu ayam berkokok, Disa langsung bangun, kemudian dia menoleh ke arah Daisha yang ada di sampingnya.

Mungkin karena hangatnya perapian, wajah Daisha memerah, dia tidur dengan nyenyak.

Alangkah baiknya jika selalu seperti ini.

Hati Disa menegang saat dia mengingat bahwa tong beras di rumah sudah kosong.

Dia tidak bisa lagi melihat adiknya menderita. Biarpun berbahaya, dia harus pergi berburu di Gunung Harimau hari ini.

Setelah menyelimuti Daisha, Disa bangkit dengan pelan-pelan.

"Disa."

Disa, yang baru saja turun dari tempat tidur, terkejut.

Saat ini, Arjuna membuka tirai pintu, kemudian berjalan masuk.

"Tuan, kamu sudah bangun?"

Dia tidak menyangka bahwa Arjuna akan bangun sepagi ini, jadi dia tidak menyadari bahwa Arjuna sudah tidak ada di atas tempat tidur.

"Hm." Arjuna mengangguk. "Aku sudah bangun cukup lama, aku sedang menunggumu."

"Menungguku?" Disa kebingungan.

"Ya." Arjuna duduk di pinggir perapian, kemudian mengenakan sepatu kain yang kokoh.

Perhatian Disa tertarik oleh selimut yang ada di belakang Arjuna.

Apakah Arjuna yang melipat selimut itu?

Ternyata dia bisa melipat selimut.

Dia melipatnya membentuk persegi yang rapi seperti tahu. Bagaimana dia melakukannya?

Setelahnya, Disa mencobanya secara diam-diam, tetapi bagaimana pun dia melipatnya, dia tidak dapat membuat hasil lipatan yang sama seperti Arjuna.

Bukan hanya Disa. Setelah Daisha bangun dan melihat selimut yang dilipat oleh Arjuna, dia juga meniru. Namun, hasilnya sama seperti Disa.

"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Bukankah kamu akan pergi berburu?"

"Oh, ya." Disa, yang tersadar, bergegas keluar. Akan tetapi, dia tiba-tiba berhenti di depan pintu. "Tuan, bagaimana kamu tahu kalau aku akan pergi berburu?"

Arjuna tersenyum. Karena takut membangunkan Daisha, jadi dia merendahkan suaranya ketika berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui pikiranmu?"

Tempat ini seperti zaman kuno di negara Arjuna, di mana orang menikah muda. Disa dan Daisha hanyalah gadis berusia belasan tahun.

Sedangkan Arjuna sudah berusia dua puluh lima tahun lebih di zaman modern.

Oleh karena itu, Disa hanyalah seorang gadis kecil di depannya.

"Aku juga tahu kalau kamu akan pergi ke Gunung Harimau."

Karena tidak bisa tidur tadi malam, Arjuna pun mengingat memori Arjuna yang sebelumnya.

Kendati belum lengkap, misalnya berapa istri yang dia miliki dan di mana mereka berada sekarang. Hal-hal itu belum dia ingat.

Namun, dia sudah mengingat lingkungan sekitarnya.

Alsava bersaudari memiliki hubungan yang baik. Takut Arjuna memarahi Daisha karena tidak ada nasi, Disa pasti akan pergi berburu pagi-pagi. Sementara tempat yang ada hewan buruannya adalah Gunung Harimau.

Gunung Harimau, seperti namanya, ada harimau di gunung tersebut. Dengar-dengar, ada setidaknya tiga ekor harimau. Bahkan pemburu berpengalaman pun tidak boleh pergi ke gunung itu sendirian. Meskipun Disa terampil dalam memanah, dia hanya berusia belasan tahun. Sangat berbahaya bila pergi sendiri.

Setelah Disa mandi, Arjuna keluar dari ruang utama.

"Ayo, aku akan pergi bersamamu."

"Trik apa yang sedang kamu mainkan?" Disa memandang Arjuna dengan waspada. "Apakah kamu ingin membiarkan orang dari Rumah Bordil Prianka datang membawa Dik Daisha pergi selagi aku tidak ada di rumah?"

"Hm?" Arjuna menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum sambil berkata, "Logikamu tidak masuk akal. Kamu akan pergi berburu, otomatis tidak ada di rumah. Kalau aku berniat membiarkan orang dari Rumah Bordil Prianka membawa Daisha pergi, untuk apa aku pergi ke Gunung Harimau bersamamu?"

Logika?

Apa itu?

"Ayo pergi." Ketika Disa tertegun, Arjuna menggandeng tangan Disa. "Kita harus cepat pergi agar bisa cepat pulang."

Karena jika terlalu lama, orang dari Rumah Bordil Prianka mungkin benar-benar akan datang.

Kemarin Arjuna hanya menakuti mereka untuk sementara. Arjuna yang sebelumnya telah menerima uang mereka, Rumah Bordil Prianka tidak akan diam saja.

"Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri."

Arjuna menoleh, lalu mendapati wajah Disa yang tampak malu-malu.

Pada saat ini, Arjuna mengurung niatnya untuk melepaskan tangan Disa.

Arjuna menambah kekuatan pada cengkeramannya. "Tidak mau."

"Kamu ...."

Disa menghentakkan kakinya sambil memelototi Arjuna.

"Kamu terlihat sangat cantik seperti ini."

Setelah mengatakan itu, Arjuna mengabaikan rona merah di wajah Disa. Dia berjalan sambil menggandeng tangan Disa.

Awalnya, Disa berjalan perlahan, tetapi ketika mereka belok di tikungan, berjalan melintasi desa, dia berjalan lebih cepat dari Arjuna.

Orang yang tidak tahu akan mengira Disa yang menggandeng dan menarik tangan Arjuna.

Arjuna tersenyum memandang Disa yang berjalan tergesa-gesa dengan kepala tertunduk.

Dia tahu gadis ini berjalan begitu cepat karena takut penduduk desa melihatnya.

Sepanjang jalan, Arjuna memegang tangan Disa dengan erat, tidak mau melepaskannya.

Awalnya, Arjuna sengaja menggoda Disa karena dia suka melihat Disa tersipu malu. Ketika mereka mendekati Gunung Harimau, Arjuna takut ada bahaya.

Tidak lama setelah mereka masuk ke gunung, terdengar suara auman harimau dari depan.

Tampaknya Gunung Harimau lebih berbahaya dari yang Arjuna bayangkan.

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 16

    Disa berdiri di depan Daisha dan menarik busurnya.Wajah Tamael tampak tidak senang. "Bawa dia pergi, aku tidak percaya dia berani macam-macam!"Kedua pria itu bergerak maju, Disa terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Dia sudah hampir menabrak Daisha."Siapa pun yang berani membawa adikku, akan aku panah!" teriak Disa seraya menarik busur di tangannya hingga melengkung maksimal."Jangan, Kak Disa!"Daisha memeluk Disa. "Masalahnya sudah begini, aku akan ikut mereka. Jangan menyia-nyiakan nyawamu."Daisha memejamkan matanya dengan pasrah. Dia pikir setelah menghindar dari Raditya, masalahnya beres.Bagaimana dia bisa lupa bahwa dia telah dijual ke Rumah Bordil Prianka?"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sini kalau berani!" Mata Disa merah padam, dia menggertakkan gigi, kemudian berteriak keras. "Mari kita mati bersama!""Apanya yang mati?" Arjuna mengambil anak panah dari tangan Disa. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu itu seorang gadis, jangan ingin membunuh orang setiap h

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 17

    "Oh ya, aku akan mengingatkan kalian. Tadi aku menghajar wajah kalian, kali ini bukan, melainkan ...."Tatapan Arjuna tertuju pada mata Tamael.Tamael secara naluriah melindungi matanya, lalu berkata dengan sedikit takut. "Siapa yang coba kamu takuti?"Arjuna berkata dengan santai. "Coba saja maka kamu akan tahu."Sebelum mengalami transmigrasi, Arjuna baru saja pensiun dari tim operasi khusus di suatu negara.Jika bukan karena tubuh ini kurang latihan, kayu bakar yang tadi mengenai wajah Tamael bukan hanya menyakiti Tamael, tetapi akan membuatnya berdarah.Tamael tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Arjuna yang ada di depan jelas-jelas seorang rakyat miskin.Akan tetapi, entah kenapa kata-kata dan tatapan santai Arjuna membuat Tamael merasa takut.Teman-teman Raditya telah membangunkan Raditya.Dia dihajar sampai pingsan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna memukulnya dengan kuat hingga Raditya kesakitan, Arjuna mengendalikan tenaganya sehingga Raditya tidak akan mati, dirinya j

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 18

    Tamael melihat anak panah yang mengenai mata anak buah itu, keringat dingin muncul di dahinya.Untungnya, bukan dia yang dihajar Arjuna. Jika tidak, matanya ....Arjuna mengeluarkan anak panah lagi dari tempat anak panah Disa, kemudian menatap para preman itu dengan dingin.Sebelum dia bersuara, para preman itu mundur satu demi satu."Dasar sekelompok pengecut! Kenapa mundur? Serang!""Serang!!!"Tidak peduli bagaimana Tamael berteriak, tidak ada satu pun preman yang berani menyerang. Mereka terus melangkah mundur.Apa daya, semua orang mengkhawatirkan mata mereka."Arjuna, apakah kamu pikir kamu sangat hebat? Apakah kamu lebih hebat dari hukum Kerajaan Bratajaya? Aku akan menuntutmu!"Bagaimanapun, Tamael adalah pemilik Rumah Bordil Prianka. Dia tidak pernah begitu marah sebelum bertemu Arjuna."Aku akan mengembalikan uangnya, kamu akan menggunakan alasan apa untuk menuntutku?""Alasan apa?""Hahaha! Jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Seratus kali lipatnya seratus sen sama deng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 19

    Arjuna menyeka keringat yang terus mengalir di wajahnya, kemudian berbalik untuk melihat kondisi Disa dan Daisha. Alhasil, dia menemukan bahwa kedua kakak adik itu sedang ribut."Dik Daisha, kalaupun harus pergi, aku yang harus pergi. Aku lebih sehat darimu.""Kak Disa, namakulah yang tertera di kontrak itu, tentu saja aku yang pergi.""Tidak bisa, tubuhmu ...."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Kedua gadis ini lagi-lagi tidak menganggap keberadaannya."Berhentilah berdebat! Kalian berdua tidak boleh pergi. Aku yang menerima uangnya, maka aku yang akan menyelesaikannya."Disa membalas kata-kata Arjuna dengan marah. "Apakah kamu sadar kalau itu adalah sepuluh tael perak, bukan seratus sen?!""Aku tidak buta maupun tuli. Aku tahu itu sepuluh tael perak.""Baiklah, katakan padaku, dari mana kamu akan mendapatkan sepuluh tael perak dalam dua hari?""Biar aku pikir sebentar, solusi pasti lebih banyak daripada masalah.""Solusi lebih banyak daripada masalah? Huh!" Kemarahan

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 99

    Arjuna tidak mengantar pada hari pertama, jadi dia pikir Arjuna akan mengantarkannya pada hari kedua.Alhasil, pada hari ketiga, keempat, kelima, Arjuna tak kunjung datang.Sebelumnya di rumah Shaka, dia mengatakan Arjuna tidak berguna. Sekarang seingin apa pun, Oki tak bisa menurunkan harga dirinya untuk pergi meminta."Aku cerewet? Memangnya mendidik cucu seperti itu salahku?"Ranjani menjadi lebih marah."Kenapa bukan salahmu? Dulu aku menyuruhmu untuk jangan terlalu jahat padanya.""Jahat? Aku?"Ranjani dan Oki berdebat tanpa henti....Setelah makan malam, Arkana dan keluarganya kembali ke rumah. Disa dan Daisha berada di dapur, bergumam untuk waktu yang lama, tidak kunjung keluar.Wanita banyak bicara, tetapi Arjuna tidak peduli. Dia mengatakan sesuatu kepada dua saudara perempuan di dapur, lalu keluar.Magano bilang, dia menemukan sebuah danau baru dan meminta Arjuna untuk pergi melihat apakah kualitas ikan di danau itu bagus.Ketika Arjuna pulang, rumah sudah sepi. Kedua istrin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 98

    Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 97

    "Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 96

    Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 95

    Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 94

    "Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 93

    "Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 92

    Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 91

    Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status