Share

Bab 7

Author: Abimana
Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar.

"Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."

Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.

Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.

Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.

Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.

Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.

Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.

Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ....

"Plak!"

Arjuna membanting sendok ke atas meja.

Seperti dugaannya, Daisha yang ada di dapur langsung berdiri dengan ketakutan. Disa juga berdiri, dia melindungi Daisha di belakangnya.

"Nasinya begitu sedikit, mana cukup untuk mengenyangkan perutku? Tadi aku baru saja bertarung, lapar. Masakkan dua piring nasi lagi."

Arjuna bukan Arjuna yang dulu, dia tidak bisa makan sendiri.

Setelah nasi jadi, maka dia bisa menyuruh mereka berdua makan.

Berdasarkan informasi yang Arjuna peroleh dari ingatannya, jika dia berteriak seperti ini, Daisha pasti akan segera bertindak. Namun saat ini, wanita itu hanya bergeming.

Arjuna mengerutkan kening, lalu berteriak lagi. "Kenapa kamu diam saja?!"

Setelah sekian lama, Daisha baru masuk ke ruang utama. Dia menundukkan kepalanya sembari meremas ujung bajunya, tidak berani menatap Arjuna. "Tuan, beras di rumah sudah ... habis."

Daisha mengucapkan kata terakhir dengan gemetar sehingga Arjuna tidak mendengarnya dengan jelas.

Arjuna yang dulu selalu ingin makan nasi. Jika tidak ada nasi, Daisha akan dijadikan samsak lagi.

"Aku akan berburu sekarang!" Disa tiba-tiba berjalan mendekat. Dia membawa busur dan anak panah. "Tuan ...."

Disa yang galak dan keras kepala tiba-tiba berlutut di depan Arjuna.

"Hei! Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri!" Arjuna tersentak.

Astaga!

Dua bersaudari ini sedikit-sedikit berlutut, sungguh membuat Arjuna merasa tidak nyaman.

Disa tidak bangun, bahkan bersujud kepada Arjuna sambil berkata, "Saya mohon kepada Tuan, jangan pukul Dik Daisha lagi. Kali ini saya akan mendapat hewan buruan untuk ditukar dengan beras."

Usai berbicara, dia pun berdiri, lalu berjalan keluar.

"Kak Disa!" Daisha menarik Disa. "Langit sudah gelap, besok saja baru pergi."

Binatang buas muncul pada malam hari. Sangat berbahaya bila Disa pergi saat ini.

Biarkan saja jika Arjuna akan memukulnya, dia tidak takut. Nyawa Disa lebih penting bagi Daisha.

"Besok tidak keburu." Disa tentu akan berada dalam bahaya bila dia pergi saat ini, tetapi ini juga merupakan waktu yang bagus.

Tubuh Daisha tidak sanggup menerima pukulan lagi. Sebelum pergi, kakak pertama dan kakak keduanya telah berpesan pada Disa untuk menjaga adik-adik mereka.

Adik kelimanya sudah ....

Disa tidak boleh membiarkan Daisha mengikuti jejak adik kelima mereka.

Melihat dua bersaudari itu seolah akan menghadapi kematian, Arjuna pun menggelengkan kepalanya tanpa daya.

"Apakah kalian mengabaikan keberadaanku? Aku ini kepala keluarga. Tidak ada beras di rumah, maka aku akan memikirkan cara untuk mendapatkannya. Mencari uang adalah tugas pria."

"..."

Disa dan Daisha menatap Arjuna, lalu mereka saling memandang.

Arjuna, yang selalu mengeluh mereka menghasilkan sedikit uang sehingga dia tidak bisa hidup nyaman serta memarahi dan memukul mereka, mengatakan bahwa ... dia akan mencari uang?

Soal uang bisa dibahas nanti, sekarang dia harus mengisi perutnya dulu.

Arjuna keluar dari ruang utama. Dia hendak pergi ke dapur untuk melihat apakah ada yang bisa dimakan di rumah ini.

Begitu masuk ke dapur, Arjuna pun tertegun.

Pemandangan di dapur benar-benar berbeda dengan ruang utama di mana dia berada tadi. Dapur ini bersih dan rapi. Meski kumuh, rasanya sangat hangat dan nyaman.

Terdapat sebuah toples berisi tanaman yang telah dipangkas di dekat jendela.

Bisa dilihat bahwa orang yang mengurus dapur ini adalah wanita cantik yang lembut, pekerja keras dan sedikit romantis.

Arjuna tidak perlu berpikir keras untuk tahu bahwa wanita cantik yang lembut itu adalah ....

Arjuna menoleh ke arah Daisha yang menatapnya dengan takut di depan pintu dapur.

"Daisha, kamu yang merapikan tempat ini, bukan? Nyaman sekali, sama seperti dirimu yang nyaman dilihat. Lain kali rapikan juga ruang utama."

"Hah?" Daisha menatap Arjuna dengan tatapan kosong.

Sebelumnya, Arjuna tidak pernah masuk ke dapur. Dia juga melarang mereka masuk ke ruang utama karena merasa terganggu, apalagi membiarkan Daisha merapikannya.

Selain itu, Arjuna juga mengatakan bahwa dia nyaman dilihat?

Dulu, kata-kata favorit Arjuna adalah: Pergi, menyebalkan sekali melihat penampilanmu itu!

Arjuna mengabaikan keterkejutan dan kebingungan Daisha. Dia berjalan menuju kompor, lalu melihat dua piring yang berisi entah makanan apa di atas kompor.

Makanan itu adalah apa yang Daisha dan Disa makan tadi.

Makanan di dalam piring itu berwarna hijau, Arjuna menebak bahwa itu adalah sayuran liar.

Arjuna mengambil sedikit, kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Puih!" Begitu sayuran liar masuk ke dalam mulutnya, Arjuna langsung memuntahkannya.

Sayur apa ini? Pahit dan amis.

"Kenapa kalian makan ini?"

"Apakah kepalamu ...." Disa ragu sejenak sebelum menunjuk kepalanya sendiri. "Apakah kepalamu belum pulih setelah jatuh ke jurang? Kami makan ini setiap hari."

"Setiap hari? Tidak bisa!" Arjuna menggelengkan kepalanya. "Bagaimana kalian bisa makan ini setiap hari?"

Arjuna berjalan menuju tong beras yang berada di pojok, membukanya, kemudian hatinya mencelos.

Kosong melompong seperti kata Daisha.

Sekarang langit sudah gelap, tidak praktis untuk keluar mencari makanan. Namun, hati nurani Arjuna memberontak melihat mereka terus makan sayuran liar.

Bagaimana ini?

Arjuna melihat sayuran liar yang ada di atas piring, kemudian melihat makanan yang ada di ruang utama.

Aha!

Arjuna membawa nasi dan daging dari ruang utama ke dapur.

"Daisha, tolong nyalakan api."

"Kenapa kamu diam saja? Cepat nyalakan api!"

Arjuna meninggikan suaranya, Daisha baru tersadar dari lamunannya.

"Baik." Daisha berlari mendekat, lalu pantatnya mendarat di bangku kecil. Akan tetapi, dia berdiri lagi. Dia menatap Arjuna sambil bertanya dengan hati-hati. "Tuan, apakah makanannya dingin lagi? Biar saya saja yang memanaskannya."

Meskipun Daisha bertindak hati-hati, nada dalam kata-katanya mengandung keraguan.

Memangnya Arjuna bisa memasak?

Sebaiknya dia jangan menyia-nyiakan kayu bakar dan makanan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
keren mantap
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus.Sekeras hati seorang laki2 tp ada kebaikannya juga.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 13

    "Kak Disa, tumbuhan yang dimasukkan ke dalam perut ikan itu rumput cincau, bukan? Apakah rumput itu bisa dimakan?"Disa menggelengkan kepalanya yang artinya dia tidak tahu. Dia tidak pernah mendengar bahwa rumput cincau bisa dimakan."Kak Disa!" Daisha menunjuk tumpukan singkong di halaman. "Apa itu?""Tidak tahu." Disa menggelengkan kepalanya."Seperti akar pohon, apakah mau dijadikan kayu bakar?""Bukan." Disa menggelengkan kepalanya lagi. "Tuan bilang untuk dimakan.""Untuk dimakan? Apakah akar pohon bisa dimakan?""Tentu saja bisa, itu bukan akar pohon, tapi singkong." Arjuna berdiri, kemudian pergi mengambil tiga batang singkong yang panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. "Sini, kupas kulit tiga batang singkong ini, kemudian dimasak."Singkong dalam panci matang dengan cepat, ikan di atas arang mengeluarkan bunyi bakar. Arjuna menaburkan sedikit garam, aroma ikan bakar langsung memenuhi seluruh halaman."Wangi sekali."Meskipun Daisha sudah menikah, dia masih kecil. Dia tidak bi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 14

    Setelah sarapan, Arjuna dan Disa hendak pergi ke kota untuk menjual burung pegar dan kelinci.Daisha dibiarkan menjaga rumah karena tubuhnya lemah.Desa Embun berada di Kota Triana. Jarak dari Desa Embun ke pasar yang ada di kota tersebut hanya belasan mil, tidak jauh.Masyarakat pedesaan bangun pagi. Ketika Arjuna dan Disa tiba di pasar, pasar sudah sangat ramai dengan suara di mana-mana.Menjual burung pegar dan kelinci sudah menjadi aktivitas yang familiar bagi Disa."Nak Disa, kamu datang. Hewan apa yang kamu dapat?"Ada seorang wanita paruh baya yang menjual sayuran di sebelah. Ketika dia melihat Disa, dia bertanya dengan gembira.Saat wanita paruh baya itu melihat Arjuna yang ada di belakang Disa, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Tatapannya terhadap Arjuna dipenuhi dengan rasa jijik.Dulu, Arjuna hanya fokus mengumpulkan uang. Begitu mendapat uang, dia langsung pergi berjudi. Semua orang tidak menyukainya.Disa mengangkat burung pegar yang ada di tangannya. "Hari ini aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 15

    Kesadaran Daisha makin menghilang, dia makin lengket ketika merasakan aura maskulin Arjuna yang mendekat.Dia melingkarkan lengannya di leher Arjuna, lalu menekannya.Daisha yang biasanya pemalu dan cantik kini sangat panas."Tuan, Tuan ...."Panggilan terus keluar dari bibir kecil Daisha.Arjuna juga menahannya dengan susah payah. Karena Daisha sangat bersemangat, dia pun tidak bersikap seperti pria sejati lagi.Ketika sudah akan berhasil ....Tiba-tiba ....Arjuna melihat darah mengalir keluar.Daisha menangis kesakitan, desakannya menghilang digantikan oleh tangisan melas.Dengan berlinangan air mata, dia menatap Arjuna dengan sedih. "Tuan, bisakah kamu lebih lembut?"Daisha hanya merasa perutnya bergejolak, terutama perut bagian bawahnya seperti ditusuk pisau.Mata Daisha seolah bisa berbicara, Arjuna dengan mudah memahami keluhannya.Namun, Arjuna juga merasa tak berdaya dan dituduh.Sakit yang Daisha rasakan bukan karena diklaim.Arjuna ingin melakukan sesuatu, tetapi dia bahkan

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 423

    "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa menembak mati Naga Bermata Satu?" Disa membuka matanya lebar-lebar, menatap Arjuna dengan naif.Dari tiga Alsava bersaudari, Disa adalah yang paling pemarah, tetapi dia juga yang paling sederhana pikirannya."Kamu diam saja di sisiku. Ketika aku menyuruhmu serang, kamu baru serang.""Hm." Disa mengangguk patuh. "Tuan, apakah masih ada urusan lain?""Tidak ada lagi.""Kalau begitu aku akan lanjut latihan memanah.""Aish ...."Melihat punggung tinggi Disa, Arjuna merasa tidak berdaya.Bukankah tadi dia sudah menyuruh Disa untuk berhenti berlatih? Kenapa gadis ini melupakannya setelah mereka bicara sejenak?"Tuan."Pembantu bernama Peony berjalan mendekati Arjuna, kemudian membungkukkan badannya untuk memberi hormat."Hm." Arjuna mengangguk, lalu memberi isyarat kepadanya untuk berdiri."Air panas sudah disiapkan untuk Tuan, silakan pergi mandi.""Oke."Hari ini banyak kerjaan, Arjuna memang belum mandi dengan baik."Semuanya, keluarlah." Setelah ma

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 422

    "Seratus orang?"Suara Eshan begitu keras hingga Arjuna merasakan gendang telinganya bergetar.Arjuna mengulas senyum. "Ya. Satu orang seratus sen per hari, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar.""Arjuna, aku tahu kamu sangat pintar, tapi ini bukan saatnya bercanda." Wajah Eshan tampak muram.Arjuna pun berhenti tersenyum. "Yang Mulia, aku tidak bercanda, seratus orang sudah cukup."Tamael pernah menggambar peta topografi Gunung Magmora untuk Arjuna.Hanya ada satu jalan setapak yang lebarnya kurang dari sepuluh meter yang mengarah ke gunung. Di beberapa tempat sempit, lebarnya bahkan kurang dari lima meter. Sisanya berupa tebing curam.Jika seribu orang yang pergi, maka banyak dari mereka mungkin akan mati sebelum perang.Kerugian sebelum perang merupakan hal yang tabu dalam strategi militer.Arjuna pergi ke Restoran Kebon Sirih untuk memilih seratus orang.Seratus dari seribu orang, seharusnya dapat memilih beberapa orang yang sangat kuat.Alhasil, membuat Arjuna agak kec

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 421

    Galih tidak memiliki kekuatan militer, tetapi dia jauh lebih berwibawa daripada Naga Bermata Satu. Begitu dia berbicara, Kera dan Rajo segera terdiam."Kita tidak boleh menganggap remeh Arjuna kali ini. Jangan biarkan dia naik gunung. Begitu dia muncul, kita harus segera membunuhnya," kata Galih."Bahkan Komandan Kota Perai sendiri yang memimpin pasukannya ke sini, tidak dapat menerobos gerbang gunung kita. Apa yang perlu ditakuti dari seorang pelajar?""Benar sekali. Kalau ini sampai tersebar, orang-orang akan menertawakan kita. Seorang pelajar saja bisa membuat kita takut seperti ini. Siapa yang akan takut pada kita kelak?"Kera dan Rajo yang tadinya berdebat sengit, kini berbisik-bisik dengan kompak."Galih, bukankah kamu sudah terlalu waspada?" Naga Bermata Satu juga mengajukan keberatan."Bos, aku pernah melihat Arjuna di Kabupaten Damai. Dia jelas bukan orang bodoh. Dia bahkan bisa menghindari anak panah Rizal."Wajah Galih tampak serius. Jika Eshan yang datang, dia sama sekali t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 420

    "Untuk apa kamu meminta begitu banyak kendi anggur? Untuk memberanikan diri?"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Tamael mulai mengoceh lagi. "Tidak bisa mengalahkan bandit-bandit itu, maka tidak bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli berapa banyak alkohol yang kamu minum, itu tidak ada gunanya.""Aish ...." Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kak Tamael, usiamu baru 25 atau 26 tahun, tapi kamu sudah memasuki masa menopause dini? Kamu cerewet sekali, seperti ibuku.""Apa itu menopause? Aku mirip ibumu? Siapa ibumu?" Tamael punya kebiasaan untuk menanyakan segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya."Dia adalah orang yang sangat penting bagiku, tapi dia seperti pembantu senior di rumahmu yang suka mengomel sepanjang hari." Setelah berkata demikian, Arjuna berkata dalam hati. 'Ibu, maafkan aku. Ibu adalah ibu terbaik bagiku. Walaupun Ibu cerewet, aku tetap menyayangi Ibu.'"Arjuna, apa maksudmu? Aku seperti wanita tua? Bukankah ini karena aku mengkhawatirkanmu? Kamu ....""Kak Tamael, Kak Tamael,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 419

    "Benar, Yang Mulia. Aku baru saja menerima informasi yang akurat.""Anak itu ...." Sugi dengan pelan menekan cangkir tehnya. "Otaknya lumayan cerdas. Hanya dengan beberapa patah kata, dia dengan mudah menghilangkan krisis Eshan.""Meski begitu, kalau Eshan tidak mengirim orang untuk memberantas para bandit, dia melanggar perintah. Kita bisa melaporkannya kepada Yang Mulia Bupati." Merasa memegang kelemahan Eshan, Kepala Urusan Administrasi Kabupaten Sentosa merasa bersemangat.Sugi mengangkat tangannya. "Tidak perlu, kita bisa menonton keseruannya. Akan kulihat bagaimana Arjuna melawan Gunung Magmora."Dia ingin melihat bagaimana Arjuna mati pada akhirnya.Sejujurnya, dia lebih ingin melihat hasil seperti itu.Jika Arjuna meninggal, akan mudah untuk menjatuhkan Eshan.Tanpa Arjuna, Eshan pasti sudah lama mengundurkan diri.Ada kilatan jahat di mata Sugi.Bocah, kamu memang cukup pintar, tapi kamu terlalu muda sehingga muda arogan. Apakah kamu pikir melawan Gunung Magmora sama seperti m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 418

    "Bos, jangan menakuti anak kecil."Pria yang duduk tidak jauh dari Naga Bermata Satu berkata dengan suara lembut.Begitu lelaki itu bicara, Naga Bermata Satu memelotot pria yang berlutut di lantai, kemudian dia mengambil mangkuk anggur, lanjut minum anggurnya."Jangan takut, Rangga. Berdirilah, lalu lanjut bicara."Pria itu meletakkan buku yang ada di tangannya. Dia mengenakan pakaian putih, berkulit cerah dan bersih. Dia lembut dan anggun, tidak cocok dengan gua yang berasap dan busuk itu.Pria bernama Rangga itu, tidak, lebih tepatnya anak laki-laki.Anak laki-laki itu berambut abu kekuningan, kurus dan kecil, tampak kurang gizi."Tu ... Tuan Galih." Tubuh kurus bocah lelaki itu bergetar lebih hebat daripada ketika dia berbicara dengan Naga Bermata Satu.Tuan Galih yang dia maksud adalah Galih, pemimpin kedua di Gunung Magmora.Galih selalu terlihat baik dan lembut, tetapi semua orang di Gunung Magmora tahu bahwa kekejamannya jauh lebih mengerikan daripada Naga Bermata Satu.Penyiksa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 417

    "Makanya aku bilang, kalian pasti salah dengar.""Kalian tidak salah dengar!"Arjuna berjalan maju dari belakang Eshan, kemudian berdiri dengan tenang."Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Yang Mulia Eshan. Kurasa ...."Tatapan Arjuna dengan tenang menyapu sekelompok orang di depannya."Di antara kalian, pasti ada orang dari Gunung Magmora. Sekarang aku ingin meminta kalian untuk menyampaikan kepada pemimpin kalian. Mari kita bertanding sebagai rakyat biasa. Beranikah dia menerima tantangan? Menang atau kalah adalah urusan antara kita berdua, tidak ada kaitannya dengan rakyat Kabupaten Damai."Setelah Arjuna selesai berbicara, suasana kembali hening. Bahkan kedua pria yang menghasut pun tercengang.Mereka tidak menyangka akan menjadi seperti ini.Pria berbaju abu-abu itu menoleh ke arah kereta kuda yang ada di seberang kantor kepala daerah. Orang di dalam kereta itu menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar dia tidak bertindak gegabah."Arjuna, kamu hanya seorang pelajar, kamu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 416

    "Kamu mau pergi? Apakah kamu gila? Jangan ikut campur dalam masalah ini." Tamael adalah orang pertama yang menolak."Arjuna, pemberantasan bandit sama sekali berbeda dari kompetisi dengan Kabupaten Sentosa, juga bukan ujian kekaisaran, tapi melibatkan pedang dan senjata. Tidak ada peluang untuk memulai lagi kalau gagal. Kalau gagal, bisa berakhir mati." Mois juga melarang."Benar, memberantas bandit sebenarnya sama seperti bertempur di medan perang. Selain menguasai ilmu bela diri, kamu juga harus menguasai cara memimpin pasukan dalam pertempuran. Hal ini jauh lebih sulit daripada tiga pertandingan antara kamu dan Kabupaten Sentosa. Apakah kamu menguasai ilmu bela diri dan bisa memimpin pasukan dalam pertempuran?" Tamael menjadi makin menggebu-gebu ketika berbicara."Arjuna, meskipun perkataan Tamael tidak enak didengar, omongannya benar. Jangan ikut campur dalam masalah ini. Ini adalah utangku, aku tidak mungkin membiarkanmu ikut campur," timpal Eshan.Setelah Eshan selesai berbicara,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status