Share

Bab 4

Author: Abimana
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain.

"Buk!"

"Beranikah aku menghajarmu?"

"Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan.

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.

Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.

Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.

Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?

Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.

Kenapa sekarang ....

"Buk, buk, buk!" Arjuna masih menghajar Raditya.

"Tuan, Tuan!" Daisha berjongkok di samping Arjuna. "Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi! Kamu bisa membunuhnya!"

Dalam sebuah keluarga tidak bisa tidak ada kepala keluarga. Jika Arjuna masuk penjara, mereka akan menjadi wanita tanpa pemilik.

Siapa pun bisa menindas wanita yang tidak memiliki pemilik.

"Kalian!" Arjuna berhenti, kemudian memandang dua pria dari Rumah Bordil Prianka itu dengan tatapan dingin.

Wajah Arjuna berlumuran darah Raditya, badannya juga sama.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka ketakutan hingga melangkah mundur.

Sepanjang hidup mereka, ini adalah pertama kalinya mereka melihat seseorang menghajar orang lain dengan begitu sadis.

"Bawa dia pergi, jangan mengotori rumahku!"

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka segera menyeret Raditya pergi.

Setelah Raditya dibawa pergi, Arjuna menyeka darah dari wajahnya. Dia berbalik, lalu berjalan ke arah Daisha yang masih duduk di lantai.

"Lantai dingin, Daisha. Tubuhmu lemah, cepat bangun!"

Tangan Arjuna yang terulur dihindari oleh Daisha.

"Tuan, duduklah. Saya akan mengambil air untuk mencuci wajah Anda."

Suara Daisha masih lemah lembut, demikian pula raut wajahnya. Namun, Arjuna bisa merasakan kesan jaga jarak dalam nada Daisha.

Daisha masih marah karena Arjuna menjualnya.

Tunggu.

Pemilik tubuh Arjuna sebelumnya yang menjual Daisha, bukan Arjuna yang sekarang.

"Bukan aku ...."

Daisha tidak mendengarkan penjelasan Arjuna. Dia langsung keluar untuk mengambil air.

Melihat punggung Daisha yang berjalan dengan pincang, dia mengedikkan bahu dengan tak berdaya.

Lupakan saja, dia tidak perlu menjelaskannya, toh dia juga tidak bisa menjelaskannya dengan jelas. Sekarang Arjuna menggunakan tubuh pria berengsek itu, dia hanya bisa menjadi kambing hitam untuk sementara.

Setelah Daisha membersihkan darah dari wajah Arjuna, dia kembali sibuk membersihkan rumah.

Arjuna tidak membantu. Pertama, Daisha tidak ingin melihatnya sekarang. Kedua, tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Dia baru saja mengalami transmigrasi zaman, ingatan pemilik tubuh sebelumnya begitu berantakan dan membingungkan hingga kepalanya pusing. Sebelum dia mencernanya, Raditya membawa dua orang kemari.

Tubuh Arjuna kurus dan lemah. Tadi dia menghajar Raditya dengan sepenuh tenaga, sekarang dia agak lelah.

Tiba-tiba terdengar keroncongan di dalam rumah.

Daisha menoleh ke arah Arjuna dengan ekspresi tegang.

Arjuna memegang perutnya, lalu terkekeh. "Uh ... tadi mengerahkan terlalu banyak tenaga, sekarang perutku agak lapar."

"Tuan, saya akan segera memasak."

Daisha segera menghentikan pekerjaan yang sedang dia lakukan, lalu buru-buru berjalan keluar pintu. Kakinya memang tidak bagus, begitu berjalan cepat, Daisha langsung jatuh ke lantai.

"Kenapa kamu begitu ceroboh?" Arjuna segera mendekat.

Sebelum Arjuna tiba di depan Daisha, Daisha sudah bangun dengan panik lalu berkata, "Maaf, Tuan, maaf. Saya begitu ceroboh, membuat Tuan kelaparan tanpa ada makanan yang bisa dimakan. Tolong jangan marah."

"Aku ...." Melihat Daisha yang terus meminta maaf kepadanya, Arjuna tampak tak berdaya.

Apakah ada yang salah dengan ekspresinya sehingga Daisha merasa bahwa dia sedang marah?

Sebuah kenangan muncul di benak Arjuna.

Sebelum Arjuna mengalami transmigrasi, jika pemilik tubuh sebelumnya lapar dan Daisha tidak menyajikan hidangan tepat waktu, dia akan langsung melakukan kekerasan lagi.

Sekarang Daisha ketakutan. Menurutnya, setiap gerakan yang dilakukan Arjuna adalah hendak memukulnya.

"Tuan, mohon tunggu sebentar, makanan akan segera jadi."

Daisha berlari lebih cepat daripada tadi. Dia berjalan dengan pincang, tubuhnya gemetar, tampak makin tidak stabil.

Melihat pemandangan tersebut, tenggorokan Arjuna tercekat.

Sungguh orang yang malang.

Matahari telah terbenam di lereng gunung.

Daisha sedang sibuk di dapur. Arjuna yang merasa sedikit bosan di rumah pun berjalan ke halaman.

Begitu banyak hal terjadi setelah dia mengalami transmigrasi, dia belum sempat melihat seperti apa rumahnya.

Ada lima ruangan, ditambah sebuah dapur. Semuanya terbuat dari bata.

Namun ....

Selain ruangan di mana dia berada tadi, ruangan lainnya tidak memiliki ubin maupun dinding berlubang.

Jika angin bertiup kencang akan terdengar suara berderak.

Jangankan musim dingin, bila ada angin kencang belum tentu bisa menahannya.

Sedangkan interiornya ....

Jangankan furnitur, pakaian saja tidak ada yang layak. Orang lain yang mengalami transmigrasi akan menjadi pangeran atau bangsawan, kenapa dirinya malah ....

Permulaan yang berengsek.

"Tuan."

Terdengar panggilan lembut, Arjuna pun berbalik. Daisha sudah masuk ke ruang tamu, dia berdiri di dekat kusen pintu untuk memanggil Arjuna.

Pijaran matahari terbenam menerpa tubuh Daisha, memantulkan lingkaran cahaya yang lembut.

Wajah cantik, tubuh indah.

Sungguh pemandangan yang enak dilihat.

Wanita secantik ini masih perawan.

Sungguh luar biasa.

Meskipun Arjuna tidak dapat mengingat alasan pemilik tubuh sebelumnya tidak menyentuh Daisha, ingatannya yang ada memberitahunya bahwa pemilik tubuh sebelumnya memang tidak menyentuh istrinya itu.

"Tuan."

Daisha memanggil tiga kali berturut-turut.

"Ya, aku datang."

Arjuna segera pergi.

Daisha sudah menghidangkan makanan.

Begitu masuk ke ruang utama, Arjuna langsung mengerutkan kening.

Ada sepiring daging panas dan sepiring nasi di atas meja kecil.

Jika Arjuna tidak salah, daging itu adalah daging yang jatuh ke lantai ketika dia berkelahi dengan Raditya tadi.

Daisha memungut, mencuci, kemudian memasaknya lagi untuk Arjuna.

Keluarga ini ... mungkin lebih miskin dari yang dia lihat.

Setelah Arjuna duduk, Daisha segera berlutut di depannya.

Arjuna baru saja hendak bertanya kepada Daisha mengapa dia berlutut lagi. Sebelum Arjuna bertanya, Daisha sudah mengambil sendok dari atas meja. Dia mengambil lauk bersama nasi, lalu mengangkatnya ke depan mulut Arjuna.

"Tuan, silakan makan."

"..."

"Tuan."

Setelah Arjuna mengambil makanan dari tangan Daisha, Daisha berkata lagi. "Setelah Anda selesai makan, panggil saja saya. Saya akan datang berberes."

Usai berbicara, Daisha berdiri, kemudian berjalan menuju luar.

"Daisha, kamu juga duduk, kita makan bersama," kata Arjuna.

Tangan Daisha yang memegang tirai pintu pun berhenti sebentar. "Tuan, saya adalah wanita, tidak boleh duduk satu meja dengan Anda."

Setelah itu, Daisha pergi tanpa menunggu jawaban Arjuna.

"Aish ...."

Arjuna akhirnya menurunkan tangannya yang terangkat.

Dia menyerah. Daisha tidak tahu bahwa Arjuna bukanlah Arjuna yang dulu. Daisha sangat takut pada suaminya hingga tidak berani duduk satu meja dengannya.

Lupakan, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru.

Bau apek tercium di mana-mana dalam rumah, Arjuna bangun untuk mengikat tirai pintu.

Saat ini, Daisha sedang makan di depan pintu dapur makan. Dia agak terkejut saat melihat Arjuna.

"Apakah ada masalah, Tuan?" tanya Daisha, lalu dia meletakkan piringnya dan mendekat.

"Tidak apa-apa." Arjuna buru-buru menghentikannya. "Kamu makan saja, abaikan aku."

Arjuna makan di ruang utama, sedangkan Daisha makan di depan pintu dapur. Mereka saling melihat dari kejauhan.

Dari awal hingga akhir, Daisha tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Arjuna.

Entah makanan apa yang ada di dalam piring Daisha. Akan tetapi, dari ekspresi menderita Daisha dapat diketahui bahwa makanan yang ada di dalam piringnya bukanlah makanan enak.

Apa yang para istrinya makan biasanya? Arjuna makan sambil mengingat-ingat.

Makin mengingat, dada Arjuna makin sesak.

Jika tebakannya benar, makanan yang sedang Daisha makan adalah dedak padi atau sayuran liar.

Arjuna yang dulu adalah seorang penjudi, makanan di rumah disita karena dia kalah berjudi.

Beras di rumah tidak cukup, sedangkan Arjuna yang dulu harus makan nasi. Jadi kalau tidak ada nasi, dia akan memukul Daisha dan yang lainnya.

Agar Arjuna yang dulu bisa makan nasi, Daisha dan yang lainnya tidak berani makan. Mereka biasanya hanya makan dedak dan sayur-sayuran liar. Sebenarnya dedak pun jarang, mereka lebih sering makan sayuran liar.

Melihat tubuh lemah Daisha, Arjuna yang kesulitan menelan pun meletakkan alat makannya.

"Tuan, apakah Anda sudah selesai makan?"

Daisha juga segera meletakkan alat makannya, kemudian mendekat. Ketika dia melihat masih ada makanan di dalam piring Arjuna, dia pun tertegun.

"Tuan ...."

"Duduk, habiskan makanan ini!" ucap Arjuna dengan nada memerintah.

Dia tahu jika dia tidak galak, Daisha yang sangat takut padanya tidak akan patuh.

"Hah?" Daisha memandang Arjuna dengan tidak percaya.

Hari ini Arjuna benar-benar berbeda. Pria itu tidak memukul atau memarahinya, menghajar Raditya karena dirinya, sekarang bahkan menyuruhnya makan nasi.

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Tidak, tidak!

Daisha menggelengkan kepalanya dengan keras. 'Daisha, Daisha, jangan memiliki angan-angan seperti itu. Kalian sudah menikah selama setengah tahun, apakah kamu belum cukup dipukul dan dimarahi?'

Hari ini dia bahkan hampir menjualmu.'

Jual!

Daisha memandang Arjuna dengan waspada.

Arjuna tiba-tiba bersikap baik terhadapnya, jangan-jangan ada niat terselubung?

"Untuk apa kamu melihatku? Cepat makan!" Kali ini suara Arjuna naik satu oktaf. Jika Daisha tidak segera makan, makanannya akan dingin.

"Arjuna sialan, bisa-bisanya kamu menjual adikku yang keempat ketika aku tidak ada di rumah!"

Begitu Arjuna selesai berbicara, suara melengking terdengar dari luar pintu.

Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
begitulah kesetiaan seorang istri,lanjutannya ?
goodnovel comment avatar
Muhammad Yusran
bagus lanjut kan
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 205

    "Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 204

    Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 203

    "Tulisannya ... haha! Aku awalnya tak ingin tertawa, tapi aku benar-benar tak bisa menahannya.""Aku juga tidak bisa menahannya. Dia sudah berlatih selama sepuluh hari, tapi tulisannya masih hampir sama dengan keponakanku yang berusia lima tahun.""Jangan tertawa dulu, mari kita lihat apa yang dia tulis."Kali ini, Arjuna diperlakukan sama seperti Shaka. Dia tidak perlu membaca syairnya sendiri, murid-murid yang membacakannya."Bait pertama: Kenang masa lalu, penyewa rumah, pria lajang, penuh penderitaan. Bait kedua: Melihat masa kini, rumah besar, istri cantik, penuh kebahagiaan. Bait horizontal: Transmigrasi zaman ini tak sia-sia!""Apa-apaan ini?""Bait kedua masih bisa dimengerti, tapi apa yang ditulis pada bait horizontal? Transmigrasi zaman? Sungguh tidak sambung dan tidak jelas. Bait pertama lebih aneh lagi. Penyewa rumah, pria lajang. Apa-apaan?""Sepertinya dia mengatai dirinya belum kawin?"Semua orang memandang Arjuna.Arjuna mengusap kepalanya lalu tersenyum polos. "Dua bul

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 202

    "Hm! Marvin menulis dengan baik." Meskipun Cakra mengangguk, dia kurang puas.Berdasarkan level Marvin, dia seharusnya bisa menulis lebih baik.Para pelajar juga menyadari ketidakpuasan Cakra. Meskipun mereka tidak menunjukkannya, mereka diam-diam merasa senang.Marvin yang telah lulus ujian dan menjadi siswa unggul saja hanya selevel itu. Kalau begitu, mereka tidak punya tekanan."Selanjutnya.""Aku!"Damar dari Desa Naga adalah orang kedua yang berjalan mendekati sang guru."Bait pertama: Bahagia tinggal di tanah yang penuh harta selama seribu tahun. Bait kedua: Semoga keluarga diberkati dan semuanya akan sejahtera. Bait horizontal: Sambut Festival Musim Semi dengan sukacita.""Bagus, bagus!"Cakra mengangguk dengan puas. "Damar mengalami kemajuan besar tahun ini. Syairnya lebih baik daripada tahun lalu.""Terima kasih, Pak Guru!"Damar dipenuhi rasa gembira saat dia berjalan kembali ke tempat duduknya.Tahun ini dia menulis lebih baik dari Marvin.Dia seharusnya memiliki peluang bag

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status