Share

Bab 4

Author: Abimana
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain.

"Buk!"

"Beranikah aku menghajarmu?"

"Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan.

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.

Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.

Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.

Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?

Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.

Kenapa sekarang ....

"Buk, buk, buk!" Arjuna masih menghajar Raditya.

"Tuan, Tuan!" Daisha berjongkok di samping Arjuna. "Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi! Kamu bisa membunuhnya!"

Dalam sebuah keluarga tidak bisa tidak ada kepala keluarga. Jika Arjuna masuk penjara, mereka akan menjadi wanita tanpa pemilik.

Siapa pun bisa menindas wanita yang tidak memiliki pemilik.

"Kalian!" Arjuna berhenti, kemudian memandang dua pria dari Rumah Bordil Prianka itu dengan tatapan dingin.

Wajah Arjuna berlumuran darah Raditya, badannya juga sama.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka ketakutan hingga melangkah mundur.

Sepanjang hidup mereka, ini adalah pertama kalinya mereka melihat seseorang menghajar orang lain dengan begitu sadis.

"Bawa dia pergi, jangan mengotori rumahku!"

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka segera menyeret Raditya pergi.

Setelah Raditya dibawa pergi, Arjuna menyeka darah dari wajahnya. Dia berbalik, lalu berjalan ke arah Daisha yang masih duduk di lantai.

"Lantai dingin, Daisha. Tubuhmu lemah, cepat bangun!"

Tangan Arjuna yang terulur dihindari oleh Daisha.

"Tuan, duduklah. Saya akan mengambil air untuk mencuci wajah Anda."

Suara Daisha masih lemah lembut, demikian pula raut wajahnya. Namun, Arjuna bisa merasakan kesan jaga jarak dalam nada Daisha.

Daisha masih marah karena Arjuna menjualnya.

Tunggu.

Pemilik tubuh Arjuna sebelumnya yang menjual Daisha, bukan Arjuna yang sekarang.

"Bukan aku ...."

Daisha tidak mendengarkan penjelasan Arjuna. Dia langsung keluar untuk mengambil air.

Melihat punggung Daisha yang berjalan dengan pincang, dia mengedikkan bahu dengan tak berdaya.

Lupakan saja, dia tidak perlu menjelaskannya, toh dia juga tidak bisa menjelaskannya dengan jelas. Sekarang Arjuna menggunakan tubuh pria berengsek itu, dia hanya bisa menjadi kambing hitam untuk sementara.

Setelah Daisha membersihkan darah dari wajah Arjuna, dia kembali sibuk membersihkan rumah.

Arjuna tidak membantu. Pertama, Daisha tidak ingin melihatnya sekarang. Kedua, tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Dia baru saja mengalami transmigrasi zaman, ingatan pemilik tubuh sebelumnya begitu berantakan dan membingungkan hingga kepalanya pusing. Sebelum dia mencernanya, Raditya membawa dua orang kemari.

Tubuh Arjuna kurus dan lemah. Tadi dia menghajar Raditya dengan sepenuh tenaga, sekarang dia agak lelah.

Tiba-tiba terdengar keroncongan di dalam rumah.

Daisha menoleh ke arah Arjuna dengan ekspresi tegang.

Arjuna memegang perutnya, lalu terkekeh. "Uh ... tadi mengerahkan terlalu banyak tenaga, sekarang perutku agak lapar."

"Tuan, saya akan segera memasak."

Daisha segera menghentikan pekerjaan yang sedang dia lakukan, lalu buru-buru berjalan keluar pintu. Kakinya memang tidak bagus, begitu berjalan cepat, Daisha langsung jatuh ke lantai.

"Kenapa kamu begitu ceroboh?" Arjuna segera mendekat.

Sebelum Arjuna tiba di depan Daisha, Daisha sudah bangun dengan panik lalu berkata, "Maaf, Tuan, maaf. Saya begitu ceroboh, membuat Tuan kelaparan tanpa ada makanan yang bisa dimakan. Tolong jangan marah."

"Aku ...." Melihat Daisha yang terus meminta maaf kepadanya, Arjuna tampak tak berdaya.

Apakah ada yang salah dengan ekspresinya sehingga Daisha merasa bahwa dia sedang marah?

Sebuah kenangan muncul di benak Arjuna.

Sebelum Arjuna mengalami transmigrasi, jika pemilik tubuh sebelumnya lapar dan Daisha tidak menyajikan hidangan tepat waktu, dia akan langsung melakukan kekerasan lagi.

Sekarang Daisha ketakutan. Menurutnya, setiap gerakan yang dilakukan Arjuna adalah hendak memukulnya.

"Tuan, mohon tunggu sebentar, makanan akan segera jadi."

Daisha berlari lebih cepat daripada tadi. Dia berjalan dengan pincang, tubuhnya gemetar, tampak makin tidak stabil.

Melihat pemandangan tersebut, tenggorokan Arjuna tercekat.

Sungguh orang yang malang.

Matahari telah terbenam di lereng gunung.

Daisha sedang sibuk di dapur. Arjuna yang merasa sedikit bosan di rumah pun berjalan ke halaman.

Begitu banyak hal terjadi setelah dia mengalami transmigrasi, dia belum sempat melihat seperti apa rumahnya.

Ada lima ruangan, ditambah sebuah dapur. Semuanya terbuat dari bata.

Namun ....

Selain ruangan di mana dia berada tadi, ruangan lainnya tidak memiliki ubin maupun dinding berlubang.

Jika angin bertiup kencang akan terdengar suara berderak.

Jangankan musim dingin, bila ada angin kencang belum tentu bisa menahannya.

Sedangkan interiornya ....

Jangankan furnitur, pakaian saja tidak ada yang layak. Orang lain yang mengalami transmigrasi akan menjadi pangeran atau bangsawan, kenapa dirinya malah ....

Permulaan yang berengsek.

"Tuan."

Terdengar panggilan lembut, Arjuna pun berbalik. Daisha sudah masuk ke ruang tamu, dia berdiri di dekat kusen pintu untuk memanggil Arjuna.

Pijaran matahari terbenam menerpa tubuh Daisha, memantulkan lingkaran cahaya yang lembut.

Wajah cantik, tubuh indah.

Sungguh pemandangan yang enak dilihat.

Wanita secantik ini masih perawan.

Sungguh luar biasa.

Meskipun Arjuna tidak dapat mengingat alasan pemilik tubuh sebelumnya tidak menyentuh Daisha, ingatannya yang ada memberitahunya bahwa pemilik tubuh sebelumnya memang tidak menyentuh istrinya itu.

"Tuan."

Daisha memanggil tiga kali berturut-turut.

"Ya, aku datang."

Arjuna segera pergi.

Daisha sudah menghidangkan makanan.

Begitu masuk ke ruang utama, Arjuna langsung mengerutkan kening.

Ada sepiring daging panas dan sepiring nasi di atas meja kecil.

Jika Arjuna tidak salah, daging itu adalah daging yang jatuh ke lantai ketika dia berkelahi dengan Raditya tadi.

Daisha memungut, mencuci, kemudian memasaknya lagi untuk Arjuna.

Keluarga ini ... mungkin lebih miskin dari yang dia lihat.

Setelah Arjuna duduk, Daisha segera berlutut di depannya.

Arjuna baru saja hendak bertanya kepada Daisha mengapa dia berlutut lagi. Sebelum Arjuna bertanya, Daisha sudah mengambil sendok dari atas meja. Dia mengambil lauk bersama nasi, lalu mengangkatnya ke depan mulut Arjuna.

"Tuan, silakan makan."

"..."

"Tuan."

Setelah Arjuna mengambil makanan dari tangan Daisha, Daisha berkata lagi. "Setelah Anda selesai makan, panggil saja saya. Saya akan datang berberes."

Usai berbicara, Daisha berdiri, kemudian berjalan menuju luar.

"Daisha, kamu juga duduk, kita makan bersama," kata Arjuna.

Tangan Daisha yang memegang tirai pintu pun berhenti sebentar. "Tuan, saya adalah wanita, tidak boleh duduk satu meja dengan Anda."

Setelah itu, Daisha pergi tanpa menunggu jawaban Arjuna.

"Aish ...."

Arjuna akhirnya menurunkan tangannya yang terangkat.

Dia menyerah. Daisha tidak tahu bahwa Arjuna bukanlah Arjuna yang dulu. Daisha sangat takut pada suaminya hingga tidak berani duduk satu meja dengannya.

Lupakan, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru.

Bau apek tercium di mana-mana dalam rumah, Arjuna bangun untuk mengikat tirai pintu.

Saat ini, Daisha sedang makan di depan pintu dapur makan. Dia agak terkejut saat melihat Arjuna.

"Apakah ada masalah, Tuan?" tanya Daisha, lalu dia meletakkan piringnya dan mendekat.

"Tidak apa-apa." Arjuna buru-buru menghentikannya. "Kamu makan saja, abaikan aku."

Arjuna makan di ruang utama, sedangkan Daisha makan di depan pintu dapur. Mereka saling melihat dari kejauhan.

Dari awal hingga akhir, Daisha tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Arjuna.

Entah makanan apa yang ada di dalam piring Daisha. Akan tetapi, dari ekspresi menderita Daisha dapat diketahui bahwa makanan yang ada di dalam piringnya bukanlah makanan enak.

Apa yang para istrinya makan biasanya? Arjuna makan sambil mengingat-ingat.

Makin mengingat, dada Arjuna makin sesak.

Jika tebakannya benar, makanan yang sedang Daisha makan adalah dedak padi atau sayuran liar.

Arjuna yang dulu adalah seorang penjudi, makanan di rumah disita karena dia kalah berjudi.

Beras di rumah tidak cukup, sedangkan Arjuna yang dulu harus makan nasi. Jadi kalau tidak ada nasi, dia akan memukul Daisha dan yang lainnya.

Agar Arjuna yang dulu bisa makan nasi, Daisha dan yang lainnya tidak berani makan. Mereka biasanya hanya makan dedak dan sayur-sayuran liar. Sebenarnya dedak pun jarang, mereka lebih sering makan sayuran liar.

Melihat tubuh lemah Daisha, Arjuna yang kesulitan menelan pun meletakkan alat makannya.

"Tuan, apakah Anda sudah selesai makan?"

Daisha juga segera meletakkan alat makannya, kemudian mendekat. Ketika dia melihat masih ada makanan di dalam piring Arjuna, dia pun tertegun.

"Tuan ...."

"Duduk, habiskan makanan ini!" ucap Arjuna dengan nada memerintah.

Dia tahu jika dia tidak galak, Daisha yang sangat takut padanya tidak akan patuh.

"Hah?" Daisha memandang Arjuna dengan tidak percaya.

Hari ini Arjuna benar-benar berbeda. Pria itu tidak memukul atau memarahinya, menghajar Raditya karena dirinya, sekarang bahkan menyuruhnya makan nasi.

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Tidak, tidak!

Daisha menggelengkan kepalanya dengan keras. 'Daisha, Daisha, jangan memiliki angan-angan seperti itu. Kalian sudah menikah selama setengah tahun, apakah kamu belum cukup dipukul dan dimarahi?'

Hari ini dia bahkan hampir menjualmu.'

Jual!

Daisha memandang Arjuna dengan waspada.

Arjuna tiba-tiba bersikap baik terhadapnya, jangan-jangan ada niat terselubung?

"Untuk apa kamu melihatku? Cepat makan!" Kali ini suara Arjuna naik satu oktaf. Jika Daisha tidak segera makan, makanannya akan dingin.

"Arjuna sialan, bisa-bisanya kamu menjual adikku yang keempat ketika aku tidak ada di rumah!"

Begitu Arjuna selesai berbicara, suara melengking terdengar dari luar pintu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad Yusran
bagus lanjut kan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 99

    Arjuna tidak mengantar pada hari pertama, jadi dia pikir Arjuna akan mengantarkannya pada hari kedua.Alhasil, pada hari ketiga, keempat, kelima, Arjuna tak kunjung datang.Sebelumnya di rumah Shaka, dia mengatakan Arjuna tidak berguna. Sekarang seingin apa pun, Oki tak bisa menurunkan harga dirinya untuk pergi meminta."Aku cerewet? Memangnya mendidik cucu seperti itu salahku?"Ranjani menjadi lebih marah."Kenapa bukan salahmu? Dulu aku menyuruhmu untuk jangan terlalu jahat padanya.""Jahat? Aku?"Ranjani dan Oki berdebat tanpa henti....Setelah makan malam, Arkana dan keluarganya kembali ke rumah. Disa dan Daisha berada di dapur, bergumam untuk waktu yang lama, tidak kunjung keluar.Wanita banyak bicara, tetapi Arjuna tidak peduli. Dia mengatakan sesuatu kepada dua saudara perempuan di dapur, lalu keluar.Magano bilang, dia menemukan sebuah danau baru dan meminta Arjuna untuk pergi melihat apakah kualitas ikan di danau itu bagus.Ketika Arjuna pulang, rumah sudah sepi. Kedua istrin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 98

    Di bawah tekanan kuat dari semua orang, Raditya hanya bisa menundukkan kepalanya, meminta maaf kepada Arjuna, kemudian ...."Guk, guk, guk!""Mirip sekali!""Hahaha! Kurasa Raditya mungkin memang seekor anjing di kehidupan sebelumnya."Ketika Arjuna membawa iga pulang, dia mendengar suara tiruan anjing menggonggong dan suara tawa di belakangnya.Di tengah kerumunan yang tertawa, Raditya melihat punggung Arjuna dengan tatapan tajam.Kamu tunggu saja, Arjuna!'...Daisha tidak tahu cara memasak iga, jadi Arjuna yang menjadi koki untuk malam ini.Aroma yang menggugah selera terus tercium dari dapur.Daisha mencium aroma harum sambil menatap Arjuna yang sedang sibuk di depan kompor. Rasa bahagia muncul di hatinya."Kak Arjuna!"Hari ini Arjuna mengundang keluarga Arkana untuk makan bersama. Begitu mereka tiba di rumah Arjuna, Naya bergegas ke dapur karena mencium aroma makanan lezat. Dia bertanya apa yang sedang Arjuna masak.Melati menggelengkan kepalanya. "Gadis ini makin tidak terkendal

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 97

    "Siapa yang kamu maki, Anan?""Buk!"Tinju Magano menghantam wajah Anan dengan keras.Tadi Anan memperlakukannya dengan buruk dan menghinanya, dia bisa menoleransinya.Namun, Anan mengatai Arjuna.Magano tidak bisa terima.Tanpa Arjuna, bagaimana dia bisa punya uang untuk membeli lemak daging?"Magano, kamu ....""Buk!"Tinju lainnya menghantam wajah Anan dengan keras, kali ini Ravin yang melakukannya."Buk, buk, buk!"Ravin yang muda tidak hanya melontarkan satu pukulan."Bisa-bisanya Anan menghina Kak Arjuna. Kurasa dia minta dihajar. Kawan-kawan, ayo kita hajar!"Ketika Ravin berteriak, seluruh penduduk desa yang menangkap ikan untuk Arjuna pun bergegas maju.Anan dihajar dengan sangat parah hingga wajahnya memar dan bengkak. Dia terus memohon belas kasihan, barulah semua orang dengan berat hati melepaskannya."Buk!"Magano melempar sebuah kantong kain kecil di atas talenan daging Anan. "Dasar manusia sombong! Hitung saja uang di dalamnya dan lihat apakah aku sanggup membeli setenga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 96

    Pembeli itu adalah Ravin. Dia memperoleh uang dari membantu Arjuna menangkap ikan hari ini, jadi dia ingin membeli daging paha depan untuk istrinya yang sedang dalam masa nifas setelah melahirkan.Sebelum hari ini, Ravin adalah seorang pria miskin yang terkenal di Desa Embun. Sebagai seorang tukang daging yang berkeliling dari desa ke desa, Anan tentu mengetahui situasi keluarga Ravin.Jangankan daging bagian perut, bagian daging termurah saja, Ravin tak sanggup membelinya."Anan, apakah ada lemak daging?"Orang kedua yang datang ke hadapan Anan adalah Magano. Keluarganya telah makan nasi tanpa minyak selama tiga bulan. Mereka begitu menginginkannya. Lauk apa pun akan terasa enak bila diberi minyak.Anan memandang Ravin dan Magano yang berdiri di depannya.Dia merasa kesal, memandang Ravin dan Magano dengan sinis.Nasib buruk apa yang dialaminya hari ini?Begitu datang, dia bertemu dengan dua orang miskin dari Desa Embun.Selain itu, apa yang dikatakan oleh dua pria miskin ini?Yang sa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 95

    Sudahlah. Jangan bawal lagi, kalian berdua. Cepat pulang, lalu bawa tangki air dan gerobak kemari. Aku harus mengantar ikan ke kabupaten.""Oke, oke, kami dengarkanmu.""Kami dengarkan Kak Arjuna."Di bawah tatapan iri semua orang, Magano dan Ravin segera berlari pulang.Ravin dapat memperoleh penghasilan tambahan sepuluh sen sehari, Magano dapat penghasilan tambahan dua puluh sen.Kedua pria ini adalah tulang punggung keluarga, mereka diam-diam menyeka air mata selama dua hari terakhir.Mereka akhirnya membuat kehidupan keluarga mereka lebih baik.Semua penduduk desa yang membantu Arjuna menangkap ikan menerima uang dari rumah Arjuna dan pulang dengan gembira.Orang-orang yang berdiri di luar rumah Arjuna menyaksikan kesenangan itu.Melihat penduduk desa yang menerima uang dan pulang ke rumah, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan apa pun. Mereka pulang dengan lesu.Beberapa orang bahkan disalahkan oleh istrinya ketika mereka kembali ke rumah.Katanya, mereka seharusnya tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 94

    "Aku tidak!"Karel biasanya anak yang sangat lincah, tetapi ketika berbicara tentang Vian, dia mulai gagap."Aku ... aku malas bicara dengan kalian. Aku akan membawa uang pulang untuk ibuku beli beras."Usai berbicara, Karel pun berlari keluar.Saat berlari, satu tangan Karel memegang erat sakunya. Ada dua belas sen yang baru saja dia terima di dalam saku."Aku juga mau pulang, istriku sedang menunggu.""Ayahku juga sedang menunggu. Saat aku meninggalkan rumah pagi ini, dia memarahiku, katanya Arjuna pasti menipu kita. Aku akan membawa uang pulang, lihat apa yang bisa dia katakan lagi.""Aku juga. Aku tak hanya memberi tahu keluargaku, tapi aku akan memberi tahu semua orang kalau Arjuna memberi kita uang. Sekarang Arjuna adalah orang yang baik.""Ya, ya, ya!"Penduduk desa yang menerima uang mengucapkan terima kasih kepada Arjuna, kemudian pulang."Kak Magano, Ravin!"Arjuna menghentikan Magano dan Ravin.Setelah ikan dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengantar.Untuk mengurangi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 93

    "Hari ini ada sembilan belas orang. Masing-masing dari kalian harus menangkap tiga puluh ekor ikan kap dan enam ekor ikan koan."Artinya ada 570 ekor ikan kap dan 114 ekor koan.Jumlah ikan harus lebih banyak dari kebutuhan sebenarnya. Karena Arjuna memasak ikan hidup, beberapa ikan mungkin saja mati di perjalanan.Selain itu, Tamael bukanlah tipe pengusaha yang tidak akan membayar jika pesanannya sedikit lebih dari yang seharusnya.Begitu Arjuna selesai berbicara, Magano dan yang lainnya langsung menghitung, "Tiga puluh ikan kap, lima ekor satu sen. Enam ikan koan, satu ekor satu sen ...."Orang-orang yang datang pada dasarnya adalah orang-orang miskin di desa yang kurang banyak belajar berhitung. Mereka berhitung bersama dalam waktu yang lama."Aduh, lama sekali," protes Vian."Tiga puluh ikan kap, tiap orang mendapat enam sen. Enam ikan koan, tiap orang juga mendapat enam sen. Kalau ditotal, kalian bisa mendapat dua belas sen sehari.""Dua belas sen?!"Penduduk desa mendongak, menat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 92

    Gembira karena Arjuna akan mempekerjakan mereka untuk menangkap ikan.Cemas karena tidak yakin apakah Arjuna benar-benar punya uang untuk membayar mereka."Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali? Kenapa tidak mengetuk pintu? Di luar begitu dingin."Banyak orang kedinginan hingga mukanya memerah dan badannya menggigil."Uh ...." Magano menggaruk kepalanya dengan malu. "Karena takut membangunkanmu."Orang-orang ini tidak tidur nyenyak tadi malam. Ketika Arjuna melihat mereka, mereka telah berjongkok di luar selama setidaknya setengah jam."Ya, takut membangunkan kalian." Ravin tersenyum polos, tangannya merah karena kedinginan."Aish, kalian ...."Arjuna buru-buru mendorong pintu rumahnya selebar mungkin."Semuanya, masuklah, di luar dingin."Disa dan Daisha yang mendengar suara pun turun dari tempat perapian, kemudian keluar dari kamar."Disa, Daisha, cepat buat dua api unggun."Tidak ada cukup bangku di rumah, jadi Arjuna ingin meminta Disa dan Daisha untuk memindahkan kayu bakar dari r

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 91

    Hari ini mereka menerima 208 tael untuk mengajarkan keterampilan memasak ikan, 201 sen untuk menjual 67 ekor ikan bakar. Ditambah sisa 400 sen dari sebelumnya, seharusnya mereka memperoleh 208 tael 601 sen hari ini.Dia membayar keluarga Arkana 50 sen untuk memancing, menghabiskan 30 tael untuk membeli kereta, serta menghabiskan 3 tael untuk membeli gandum, daging, minyak dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Saldo di rekening mereka sekarang adalah 175 tael 551 sen."Hm."Arjuna mengangguk puas. "Kita punya cukup uang untuk memperbaiki lima rumah.""Ya!" Daisha juga sangat senang. "Nanti aku dan Kak Disa bisa tidur di kamar lain.""Hm?"Arjuna tiba-tiba membuka matanya.Ada yang salah!"Kenapa? Kalian tidak mau tidur sekamar denganku?"Kalau begitu untuk apa dia merenovasi begitu banyak kamar?Dia harus merenovasi tiga kamar seperti yang direncanakan semula. Satu kamar tidur, satu ruang utilitas dan satu dapur sudah cukup."Bukan, bukan!" Daisha menggelengkan kepalanya berulang kali, kem

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status