"Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa
Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun
"Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai
Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert
Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang
Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l
"Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia
"Pengusaha memang licik. Dia yang mengusulkan, sekarang dia ingin kabur!""Jangan biarkan dia lari!"Ketika Bani ditangkap oleh Magano dan rakyat dari Kabupaten Damai, rakyat Kabupaten Damai berteriak marah.Sugi membawa para pedagang dari Kabupaten Sentosa ke Kabupaten Damai untuk menindas dan mempermalukan Eshan. Orang-orang dari Kabupaten Damai telah lama menahan amarah.Sekarang mereka menemukan kesempatan untuk melampiaskan kemarahan mereka, orang-orang tidak akan membiarkan Bani pergi."Yang Mulia!"Panik, Bani pun meminta bantuan Sugi.Sugi menutup matanya, berpura-pura tidak mendengar.Masalah sudah terjadi, dia tidak mungkin membangkitkan kemarahan publik demi seorang Bani.Hanya bisa menyalahkan Bani sendiri memulai masalah."Cepat jilat!"Magano menarik Bani ke samping kaki Arjuna."Jilat! Kamu harus menjilat lumpur yang ada di sol sepatu Arjuna sampai bersih!""Jilat!""Cepat jilat!"Tak hanya warga Kabupaten Damai saja, warga dari kabupaten lain pun turut bersorak.Arjuna
"Pak Karyo, jangan banyak bicara lagi. Kita sudah terlambat. Menepilah, masukkan kereta ke dalamnya.""Baik, Tuan."Di tengah suara tawa dan beberapa tatapan bingung, Karyo menarik mobil uap ke depan Disa."Pak Karyo, akhirnya kamu datang."Melihat Karyo, wajah Disa pun penuh kegembiraan. Dia menarik kereta ke trailer di belakang mobil uap.Arjuna baru meminta Karyo untuk menambahkan benda ini.Aksi Disa dan Karyo kembali mengundang perbincangan banyak orang."Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka mengendarai kereta ke sana?""Tadi aku mendengar si pandai besi mengatakan bahwa Arjuna yang memintanya untuk membuat benda besi itu. Dia juga mengatakan bahwa itu adalah mobil dan bisa bergerak kalau dibakar. Jangan-jangan dia ingin bertanding seperti itu?""Kesampingkan soal bertanding, tapi bisa menyala setelah dibakar?""Hahaha!" Tawa Hendra yang arogan dan keras terdengar."Kurasa mereka bukan ingin berkompetisi. Mereka membuat benda besi itu untuk membuat Tuan Hendra mati tertawa, kemu
Pada saat ini, Disa telah tiba di depan tribun penonton dengan kereta yang ditarik oleh kuda rumah.Orang-orang sekitar pun turut bersorak kencang menertawakan Kabupaten Damai.Rombongan pejabat dan pedagang dari Kabupaten Sentosa di belakang Sugi sama sekali tidak menghargai Eshan. Mereka tertawa dengan lancang.Mois berlari menuruni panggung penonton untuk mendatangi Arjuna. Dia bertanya dengan cemas. "Arjuna, kenapa kamu datang seperti ini? Mana solusimu?""Tenang saja, Yang Mulia, akan segera sampai." Arjuna menenangkan Mois.Tidak lama setelah Arjuna selesai berbicara, asap tebal dan debu mengepul dari jalan di belakangnya.Setelah debu mereda, sebuah kereta besar yang ditarik empat kuda muncul di depan orang-orang.Semua orang di tempat tampak terkejut dan bingung. Hal yang mengejutkan mereka bukanlah kemunculan tiba-tiba kereta besar itu, melainkan benda aneh pada kereta itu.Kereta berhenti di depan Arjuna.Sang pengemudi melompat turun dari kereta.Pria itu berkulit gelap dan
Sebelum Eshan dan yang lainnya tiba, Hendra mengatakan bahwa dia akan tampil setelah kompetisi.Kebanyakan yang berteriak paling keras berasal dari Kabupaten Sentosa.Mereka dengan tidak sabar mengajak orang-orang dari kabupaten lain menonton pertunjukan Hendra, melihat betapa hebatnya Kabupaten Sentosa."Hei, bagaimana boleh kalian berbicara seperti itu kepada Yang Mulia Eshan?" Hendra dengan munafik membela Eshan."Tuan Hendra, bukannya kami tidak menghormati Yang Mulia Eshan, tapi orang mereka tidak kunjung datang.""Benar sekali. Kalau tidak mau datang, cepat akui saja kekalahan.""Semuanya, harap tenang, tenang!" teriak Hendra untuk menenangkan mereka.Tempat itu jelas-jelas Kabupaten Damai dan masih ada kepala daerahnya. Namun, orang yang maju untuk menenangkan rakyat adalah seorang pengusaha. Sungguh memalukan.Sugi hanya duduk, menyaksikan semuanya sambil tersenyum.Dia sengaja membiarkan Hendra mempermalukan Eshan.Seperti yang dia katakan, seorang pengusaha dari Kabupaten Sen
"Yang Mulia Mois, jangan bicarakan ini dulu." Arjuna menghentikan Mois yang sedang mengumpat sambil menggertakkan giginya. Dia berkata, "Cepat suruh orang meminjam kuda dari orang-orang kaya di kota."Ada peraturan yang jelas bahwa kuda resmi dan kuda militer tidak boleh digunakan dalam pacuan kuda."Aku sudah menyuruh seseorang pergi, Arjuna." Eshan pun mendekat."Yang Mulia."Di pintu masuk tempat pelatihan, Irwan bergegas datang bersama sekelompok pedagang.Mereka membawa berita yang sangat buruk, semua kuda balap mereka sakit.Orang-orang yang dikirim Eshan juga segera kembali, beritanya sama persis dengan yang disampaikan Irwan.Semua kuda balap di kota itu jatuh sakit dalam semalam."Pasti Sugi dan komplotannya yang melakukan ini. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka." Daud, kepala penangkap, yang marah ingin membawa orang untuk mencari Sugi."Kembali!" teriak Eshan, memanggil Daud.Seandainya memang Sugi dan anak buahnya yang melakukannya, mereka tidak punya bukti sekarang
Pada hari ini, Disa bangun sebelum fajar.Meskipun dia biasanya terlihat ceroboh, dia sebenarnya mengkhawatirkan Arjuna seperti kedua adik perempuannya.Dia bangun begitu pagi karena dia ingin pergi ke tempat pelatihan untuk memeriksa kuda terlebih dahulu."Kamu sudah bangun? Kenapa kamu tidak tidur lebih lama?"Begitu Disa menurunkan kakinya dari kasur, suara bariton yang penuh perhatian pun terdengar.Disa mendongak, kemudian melihat Arjuna.Lampu minyak di luar rumah masih menyala, Arjuna berdiri melawan cahaya. Suaranya terdengar dalam dan enak didengar.Di mata Disa, penampilan Arjuna saat ini bak dewa."Tuan, kenapa kamu juga sudah bangun?""Oh, aku bangun untuk membuat sarapan. Kalian tidur sangat larut kemarin, pasti sangat mengantuk sekarang. Jadi aku berpikir untuk membuatkan kalian sarapan sebelum pertandingan."Arjuna berjalan keluar dari lingkaran cahaya.Tampan, gagah dan berkarisma.Tiga kata itu langsung terlintas di pikiran Disa.Entah sejak kapan tuannya menjadi begit
Yang Mulia, apakah Anda merasa tuanku akan kalah? Tuanku itu memiliki bakat menunggang kuda." Disa tampak sedikit tidak senang.Dia tidak tahan mendengar orang lain mengatakan bahwa Arjuna tidak bisa.Terlebih lagi, Disa tidak mengatakan hal itu hanya karena marah. Arjuna benar-benar memiliki bakat menunggang kuda."Benar sekali!" Arjuna tersenyum sambil berkata dengan santai. "Serahkan saja kepadaku, Yang Mulia.""Arjuna, kamu begitu percaya diri, maka aku akan tenang."Meskipun Eshan mengatakan bahwa dia merasa lega, sebenarnya dia tidak memiliki harapan sama sekali. Arjuna bisa mendengarnya dengan jelas.Arjuna tidak memberi tahu Eshan tentang para bandit.Salah satu alasannya adalah pikiran Eshan sekarang penuh dengan pertandingan. Sekalipun Anda memberitahunya, Eshan mungkin tidak akan memikirkannya.Kedua, jika Eshan benar-benar mempermasalahkannya, dia pasti akan mencarinya dan hal itu akan membuat musuh waspada.Demi keselamatan, juga untuk menghindari tragedi yang menimpa Tama
Jadi mereka adalah bandit dari Gunung Magmora yang Tamael bilang berkolusi dengan Hendra, menculik istri dan putri Tamael untuk memaksa Tamael memfitnah Arjuna, bahkan gubernur pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka?Kenapa mereka bisa muncul di tempat ini?Arjuna segera menemukan bahwa ketiga bandit Gunung Magmora mengambil jalan yang sama dengannya. Tujuan mereka juga Restoran Kebon Sirih.Mereka masuk ke Restoran Kebon Sirih sebelum Arjuna."Tuan, apakah kalian ingin mampir sebentar atau menginap?"Arjuna mendengar penjaga restoran bertanya kepada mereka."Menginap."Pemimpin bandit itu anggun dalam tutur kata dan perilaku, berpakaian rapi, memakai brokat terbaik.Jika Dinda tidak mengenali mereka sebagai bandit, Arjuna akan mengira dia adalah seorang pemuda kaya. Sedangkan orang-orang bertampang garang di belakangnya adalah pengawalnya.Arjuna baru masuk setelah para bandit mengikuti pelayan ke kamar di lantai dua."Tuan!" Begitu melihat Arjuna, penjaga restoran itu mengham
"Jangan pikir aku tidak akan memukulmu hanya karena kamu kakakku!" Dinda menyerbu sambil mengangkat tangan kecilnya."Kalau begitu sini, bocah kecil."Disa dan Dinda bertarung di depan, sementara Daisha yang ada di belakang mereka menegur mereka. "Kak Disa, Dinda, kalian sudah menikah sekarang. Kenapa kalian masih bertingkah seperti anak kecil? Hentikan sekarang juga!""Daisha." Arjuna menggandeng tangan Daisha. "Jarang-jarang mereka sesenang ini. Biarkan saja mereka.""Tuan, kamu terlalu memanjakan mereka.""Hm?" Arjuna melingkarkan tangannya ke pinggang Daisha. "Apakah kamu menyalahkanku hanya memanjakan Disa dan Dinda, tidak memanjakanmu?"Sambil berbicara, Arjuna memiringkan kepalanya, kemudian berbisik di telinga Daisha. "Oke, kalau begitu aku akan lebih memanjakanmu malam ini."Ketika Arjuna menyebut kata "malam", dia sengaja menekankan nadanya."Tidak, bukan seperti yang Tuan bayangkan."Daisha, yang paling tidak tahan digoda, langsung tersipu."Seperti apa?"Arjuna paling menyu