Share

Sang Menantu Perkasa
Sang Menantu Perkasa
Author: Abimana

Bab 1

Author: Abimana
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki."

"Sekurang apa?"

"Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil."

"Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan."

"Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi."

"Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."

...

Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.

Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.

Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya.

"Jangan menangis lagi, berisik sekali!"

Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya sebelum menoleh. "Anda sudah bangun, Tuan?"

Arjuna mengangkat kepalanya, menatap wanita itu.

Rambut wanita itu hitam legam, kulitnya mulus, matanya yang indah basah, berputar dengan gelisah. Gerak-geriknya penuh dengan kelembutan.

Pakaian linen yang kasar tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah.

Sial!

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah.

Sepanjang hidupnya, dia belum pernah melihat wanita yang begitu lembut nan cantik.

"Nona, kamu ...."

Melihat Arjuna menatapnya dengan lekat, rona merah pun muncul di wajah jelita wanita tersebut.

Namun, ada juga ketakutan dalam ekspresi wanita itu.

"Saya akan pergi mengambil air."

Usai berbicara, wanita itu berdiri, membuka tirai pintu, kemudian berlari keluar.

Melihat tirai pintu yang berkibar, Arjuna baru sadar.

Arjuna mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu dia menemukan bahwa bukan hanya tirai pintu yang compang-camping, tetapi seluruh rumah ini.

Di mana dia berada?

Ingatan yang asing dan berantakan muncul kembali.

Dia telah mengalami transmigrasi zaman.

Menjadi pria yang memiliki nama sama persis dengan dirinya.

Tempat ini disebut Kerajaan Bratajaya, sebuah kerajaan yang tidak dapat ditemukan dalam buku sejarah.

"Tuan!"

Suara wanita tadi.

Kali ini, dia masuk membawa sebuah baskom. Baskom itu sudah keropos.

"Tuan?"

Wanita itu menghampiri Arjuna dengan membawa baskom. Melihat Arjuna hanya diam, dia pun memanggil lagi dengan nada pelan. Lebih pelan dari panggilan sebelumnya.

Arjuna tidak menanggapi karena dia menemukan bahwa wanita ini tidak hanya cantik, tetapi suaranya juga sangat merdu.

Seperti mata air pegunungan yang menghantam batu, lembut tetapi memberi efek yang kuat.

Wanita tersebut mendekat lagi.

Saat ini, Arjuna menemukan bahwa kaki kanan wanita itu agak lemah.

Dia meletakkan baskom, lalu berjongkok, menarik lengan bajunya. Kedua tangan rampingnya pun muncul di depan Arjuna.

Ramping bukanlah pujian. Tangan wanita itu terlalu kurus hingga Arjuna merasa sedikit iba melihatnya.

Tiba-tiba, sentuhan lembut terasa dari pipi Arjuna, pandangannya sontak menjadi gelap.

Tubuh Arjuna bergetar, kemudian dia berdiri.

Wanita itu dibuat terkejut oleh reaksi Arjuna. Dia tersentak mundur sambil memegang handuk basah dengan erat.

"Apakah gerakan saya terlalu keras, Tuan?"

Saat berbicara, tatapan wanita tersebut tampak ketakutan.

Dia sepertinya sangat takut pada Arjuna.

...

Arjuna baru menyadari bahwa wanita itu hendak menyeka wajahnya tadi.

"Tidak, tidak," jawab Arjuna dengan buru-buru.

Bukannya wanita itu terlalu kasar, melainkan karena dia terlalu cantik sehingga Arjuna terpesona.

"Kalau begitu, silakan dudu, Tuan. Saya akan membersihkan Anda."

Setelah itu, wanita tersebut mendekat lagi. Dia mengangkat handuk hangat itu, lalu menyeka wajah Arjuna dengan pelan.

Tubuh wanita itu mencondong ke depan Arjuna. Dia berdiri, sedangkan Arjuna duduk. Jarak antara mereka sangat dekat.

Pandangan Arjuna kebetulan berada di ....

"Sudah, Tuan. Sekarang saya akan membersihkan kaki Anda."

Untungnya sudah berakhir. Jika tidak, sebagai pria normal, akan sulit bagi Arjuna untuk tetap tenang.

Wanita itu memindahkan baskom ke kaki Arjuna, berjongkok, memegang kaki Arjuna, kemudian meletakkannya ke dalam baskom.

Begitu kaki Arjuna menyentuh air, gerakan wanita itu berhenti. Dia bertanya dengan nada lembut.

"Tuan, apakah suhu airnya pas?"

"Pas."

Setelah menerima jawaban Arjuna, wanita itu baru melanjutkan pekerjaannya.

Arjuna menunduk untuk mengamati wanita asing ini.

Dia memanggil Arjuna dengan "tuan" dan menyebut dirinya dengan "saya".

Ingatan dalam benak pemilik tubuh Arjuna sebelumnya tidak banyak, juga berantakan. Arjuna memejamkan mata untuk mengingatnya beberapa saat sebelum menemukan identitas wanita ini.

Dia adalah istri dari pemilik tubuh Arjuna yang sebelumnya, namanya Daisha Alsava. Dia adalah wanita yang lembut nan cantik seperti namanya.

Saat ini adalah dinasti di mana status laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Pemerintah kerajaan memberi istri kepada setiap lelaki.

Setelah perempuan menikah, dia harus memanggil suaminya dengan "tuan" dan menyebut dirinya dengan "saya" di depan suaminya.

Semua ini tidak penting, yang penting adalah ....

Rumahnya begitu bobrok, tetapi bisa-bisanya pemerintah kerajaan memberinya istri yang begitu cantik.

Jika hal ini terjadi di zaman modern ....

Ketika Arjuna menggelengkan kepalanya dan menghela napas, matanya secara tidak sengaja tertuju pada baskom.

Astaga!

Permukaan air memantulkan seorang pria dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tubuh kurus.

Jangan bilang ... pria yang tak sedap dipandang ini adalah dirinya yang sekarang?

Arjuna menggelengkan kepalanya.

Kepala dalam baskom juga bergerak.

!!!

Pria ini benar-benar pecundang.

Bisa-bisanya pemerintah kerajaan memberinya seorang istri bak peri!

Aneh sekali negara ini.

"Tuan, apakah tenaga saya pas?" Daisha meletakkan tangannya pada kaki Arjuna dan mulai membasuh kaki pria tersebut.

Ujung jari Daisha yang lembut mengusap dan memijat kaki Arjuna dengan pelan.

Rasanya seperti pita sutra yang melilit kulit, juga terasa seperti kecupan.

Arjuna menarik napas dalam-dalam.

Nyaman sekali ....

Selama dua puluh tahun lebih hidup di zaman modern, Arjuna hanya berhubungan dengan pria-pria di ketentaraan. Dia tidak pernah berpacaran.

Sekarang setelah mengalami transmigrasi zaman, dia seketika memiliki seorang istri bak peri.

Selain bersemangat, dia juga agak bingung.

Bagaimana dia harus berinteraksi dengan istri cantik ini?

Hm, hal ini benar-benar sebuah masalah.

Dia harus memikirkannya.

"Tuan, bisakah Anda menunggu sebentar?" tanya Daisha kepada Arjuna dengan nada lembut dan kepala terdongak.

"Kenapa?" tanya Arjuna secara refleks.

Begitu bertemu dengan tatapan Arjuna, Daisha segera menunduk, tidak berani menatap Arjuna. "Airnya sudah dingin, saya akan mengganti airnya."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Daisha buru-buru berdiri, seolah Arjuna akan memukul dan memarahinya jika dia bergerak dengan lambat.

Pada saat ini, potongan ingatan lain melintas di benak Arjuna.

Dulu, pemilik tubuh sebelumnya selalu mengganti beberapa baskom air ketika mencuci kaki. Dia akan melakukan kekerasan terhadap Daisha bila gerakan Daisha sedikit lambat.

Sstt ....

Bajingan sekali pemilik tubuh sebelumnya itu.

"Tidak perlu, tidak perlu," cegat Arjuna seraya melambaikan tangannya dengan cepat.

Kaki kanan gadis itu kurang bagus. Berjalan saja sulit, apalagi dia terus berjongkok untuk membasuh kaki Arjuna.

Kata-kata Arjuna mengejutkan Daisha. Mata besarnya yang berkaca-kaca dipenuhi ketakutan, bibirnya bergetar.

"Apakah Tuan merasa keterampilan saya buruk?"

"Tidak, keterampilanmu sangat bagus."

Arjuna segera menyangkal, tak disangka gerakannya terlalu berlebihan sehingga tangannya menyentuh Daisha.

Mungkin karena kakinya kurang bagus atau berjongkok terlalu lama, Daisha pun hampir terjatuh.

"Gawat!"

Tanpa memikirkan apa pun, Arjuna langsung memeluk Daisha.

"Ugh ...."

Daisha mengerang ketika dia jatuh ke dalam pelukan Arjuna.

Aroma segar yang manis menguar dari tubuh Daisha dan menggelitik hidung Arjuna.

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah dengan nyaman.

Dia suka memeluk Daisha.

Karena Daisha adalah istrinya, maka Arjuna akan memanjakannya.

"Tuan." Daisha, yang berada di dalam pelukan Arjuna tampak panik. Wajahnya tiba-tiba memerah layaknya bunga mawar.

Arjuna terpana melihatnya.

Dia tidak tahu kalau wanita yang tersipu bisa secantik ini.

Harum tubuh Daisha masih menyelimut sekeliling.

Tanpa sadar, Arjuna mengulurkan tangannya ke arah kaki Daisha yang putih.

Begitu Daisha melihat Arjuna hendak menyentuh kakinya, wajahnya yang semula merona pun seketika memucat.

Bam!

Dia tiba-tiba berlutut di depan Arjuna.

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 2

    "Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 3

    Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 4

    "Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 112

    Seorang pria berpakaian bagus melompat turun dari kereta, kemudian berjalan ke arah Arjuna."Arjuna, pabriknya sudah siap, besok sudah bisa mulai bekerja. Apakah karyawanmu sudah siap?""Hahaha! Ternyata begitu!"Raditya yang tadinya terusir, tiba-tiba berlari kembali sambil bertepuk tangan.Raditya menunjuk pria berpakaian bagus yang ada di depan Arjuna. "Apakah kalian tahu siapa dia?"Orang-orang menggelengkan kepala. Mereka semua adalah orang-orang termiskin, bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang begitu kaya?"Aku beri tahu, namanya Tamael. Dia adalah pemilik Rumah Bordil Prianka.""Rumah Bordil Prianka?"Ketika menyebut Rumah Bordil Prianka, orang-orang menunjukkan tatapan mencemooh.Meskipun para pria gemar pergi ke rumah bordil, tempat-tempat itu kurang layak."Apa yang dia lakukan di sini?" Kedatangan Tamael membuat orang-orang menjadi bingung."Huft!"Raditya tertawa. "Kalian benar-benar lucu. Sebagai pemilik Rumah Bordil Prianka, tentu saja dia datang merekrut gadis-gad

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 111

    Arjuna menyerahkan ayam kepada Magano, memintanya untuk mengambil lima tael perak dari Daisha, kemudian meminta seseorang mengantarkannya ke rumah Putri Delapan.Disa, Daisha dan keluarga Arkana dengan hangat menyambut para gadis dan keluarga mereka. Halaman rumah menjadi ramai, semua orang dipenuhi dengan kegembiraan."Menurutku, kalian jangan hanya fokus senang. Coba lihat rumah Arjuna, apakah ada tempat yang bisa ditinggali putri kalian?"Di luar pintu, suara Raditya memecahkan suasana gembira di halaman.Gadis-gadis itu barulah menyadari bahwa rumah Arjuna sama persis dengan apa yang mereka lihat lima hari lalu.Lima hari yang lalu, ketika mereka pergi, Arjuna menjanjikan mereka tempat tinggal baru."Dalam waktu lima hari, menantuku pasti tidak sempat menyiapkannya."Beberapa anggota keluarga membela Arjuna, beberapa keluarga meninggalkan mahar, lalu pergi. Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan ekspresi tidak senang."Tidak ada rumah jerami di sekitar Desa Embun.""Hah? Kena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 110

    "Bukankah sudah kukatakan kalau mereka bukan istri baruku, aku tidak akan menikahi mereka? Aish, nanti baru kujelaskan kepada kalian."Arjuna mengenakan sepatunya, lalu berjalan keluar untuk membuka gerbang rumah."Tuan, selamat pagi. Semoga Tuan selalu sehat."Begitu pintu terbuka, lima puluhan gadis di luar menyambut Arjuna secara bersamaan.Arjuna, yang telah menjalani dua kehidupan, telah banyak makan garam. Akan tetapi, dia tetap terkejut dengan pemandangan di hadapannya.Wah, lima puluhan gadis memberikan penghormatan bersamaan. Ini tidak kalah seru dengan adegan dalam drama di mana para selir memberikan penghormatan kepada kaisar.Pakaian gadis-gadis itu berbeda dari lima hari sebelumnya. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian katun merah.Di Kerajaan Bratajaya, gaun pengantin kaum orang biasa berwarna merah. Kalau menikah pada musim panas, mereka akan mengenakan baju katun merah. Sedangkan pada musim dingin, mereka mengenakan mantel katun merah.Namun, mantel katun merah yan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 109

    "Aku tidak sedang bersikap keras kepala. Aku benar-benar punya tempat untuk mereka tinggal.""Benarkah? Di mana?" Melihat Arjuna begitu percaya diri, Arkana pun bingung. Jangan-jangan Arjuna diam-diam menemukan rumah di suatu tempat selama kurun waktu ini?"Hm ...." Arjuna menggaruk kepalanya, lalu menyengir. "Sekarang aku juga tidak yakin di mana mereka tinggal.""Arjuna, sudah begini kamu masih bercanda?" Arkana agak marah.Magano dan yang lainnya juga tampak sedikit tidak senang.Bagaimana Arjuna bisa menghadapi hal sebesar itu dengan sikap sesantai ini?Walaupun Arjuna tidak menerima gadis-gadis itu pada akhirnya, pemerintah tidak akan menghukumnya dengan keras. Hal itu akan memengaruhi reputasi Arjuna. Reputasi tidak dapat diukur dengan uang.Semua orang terlihat serius, Arjuna juga menjadi serius. "Aku benar-benar tidak bercanda. Ayo kita jual ikan."Pagi ini, ada banyak orang di jalan dari Desa Embun menuju kota kabupaten.Arjuna mengerti bahwa sebagian besar orang itu mengawasi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 108

    "Bagaimana kamu melakukannya, bukan kita. Kamu membenci Arjuna dan punya dendam dengannya, sedangkan aku tidak."Shaka menjauhkan diri dari masalah ini. Dia ingin menjatuhkan Arjuna, tetapi dia tidak akan terlibat secara pribadi.Raditya tertegun sejenak, kemudian dia mengumpat dalam hati.Bagus sekali, Shaka. Jelas-jelas kamu yang mencariku dan memberi ide dulu, sekarang malah bilang kamu tidak ingin membalas dendam terhadap Arjuna. Licik sekali.'Namun, lupakan saja. Selama bisa menjatuhkan Arjuna, Raditya tidak peduli walau Shaka tidak mau mengakuinya."Ya, aku sendiri."Shaka barulah merasa puas. Dia menatap tembok yang memisahkannya dari rumah Arjuna, kemudian dia berkata, "Langkah berikutnya mudah. Awasi dia, jangan beri dia kesempatan untuk melarikan diri. Selain itu, kalau kamu melihat dia melakukan gerakan apa pun, pikirkan cara untuk merusak rencananya.""Jangan khawatir soal itu." Raditya melambaikan tangannya, tampak acuh tak acuh. "Hanya lima hari. Memangnya dia benar-bena

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 107

    Meskipun pakaian gadis-gadis di belakang lebih bagus daripada pakaian Putri Delapan, itu hanya sedikit lebih baik. Kaki dan tangan mereka juga bengkak karena radang dingin.Ketika mereka meninggalkan rumah Arjuna, seperti ibunya Putri Delapan, mereka juga mendiskusikan maskawin apa yang akan mereka bawa lima hari kemudian.Ada yang membawa beras, ada yang membawa bebek, ada yang membawa daging, ada pula yang membawa selimut.Ketika membicarakan tentang membawa selimut, banyak orang memandangnya dengan tatapan iri.Dalam beberapa tahun terakhir, produksi kapas sangat rendah sehingga harganya relatif mahal. Bagi orang biasa, sungguh luar biasa bisa memiliki selimut sebagai maskawin.Melihat mereka berpakaian sederhana dan tipis, tetapi dengan riang membicarakan maskawin, Arjuna agak terharu."Tunggu sebentar, teman-teman."Arjuna mengambil dompet dari tangan Daisha."Aku punya sedikit uang. Satu gadis dapat sepuluh sen sebagai biaya hidup selama lima hari.""Berapa?"Selain Magano dan pe

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 106

    Sekelompok orang itu membawa putri mereka pergi memotong rumput."Jangan, jangan, jangan!" Arjuna yang sudah tersadar, buru-buru menghentikan mereka. "Mereka tidak tinggal di sini.""Tempat ini memang tidak cukup besar. Menantuku, bagian mana dari rumahmu yang lebih besar? Kami akan membangun rumah jerami di sana.""Bukan!" Arjuna menjelaskan, "Tadi aku sudah bilang akan membiarkan mereka bertahan hidup. Tapi mereka tidak perlu menikah denganku, tidak perlu tinggal bersamaku."Keluarga gadis-gadis itu saling memandang. Tidak ada satu pun yang mengerti apa yang dimaksud Arjuna."Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kamu menikahi mereka, tapi tidak tinggal bersama mereka?" teriak Raditya.Keluarga gadis-gadis itu penuh dengan keraguan. "Menantuku, kalau kamu tidak mengizinkan mereka tinggal di Desa Embun, di mana mereka akan tinggal?""Semuanya, bawa pulang anak kalian dulu." Arjuna mengangkat tangannya. "Beri aku waktu lima hari untuk mencari tempat tinggal yang bagus untuk anak-anak k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 105

    Wanita tadi berlari ke depan Arjuna, lalu dia berlutut."Arjuna, tadi kamu bilang akan menerima semua gadis ini. Kamu tidak boleh menarik kembali kata-katamu.""Tidak akan. Selama mereka bersedia tinggal, aku akan menerima mereka semua," ujar Arjuna sembari memberi isyarat kepada Disa untuk memapah wanita itu berdiri.Wanita itu menolak untuk berdiri. "Arjuna, aku tahu kamu adalah orang baik, tapi kata-kata saja tidak cukup."Arjuna menoleh, kemudian berkata kepada Daisha, "Daisha, pergi ambil kertas, tinta dan kuas."Meskipun Daisha tidak mengerti apa tujuan Arjuna, dia segera mengiakan, lalu melakukan apa yang diminta Arjuna."Bu." Arjuna menunjuk Daisha yang datang membawa kertas, tinta dan kuas. "Ini istriku. Aku memintanya untuk menulis surat jaminan. Dia akan menulis nama putrimu dan membuat dua salinan. Kita masing-masing mendapat satu lembar. Kamu sudah bisa tenang, 'kan?""Oh, menantuku!" Wanita itu segera mengubah cara panggilnya. Dia menarik putrinya, bersujud kepada Arjuna,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 104

    Tidak seorang pun yang percaya dengan kata-kata Arjuna.Meskipun penghasilan Arjuna besar, menafkahi lima puluh orang lebih terasa mustahil.Tadi Arjuna bicara baik-baik, keluarga gadis-gadis itu tidak mau memakaikan kembali pakaian anak mereka.Sekarang Arjuna tidak lagi membujuk, mereka malah dengan cepat memakaikan pakaian putri mereka, kemudian membawa putri mereka keluar.Dari orang dewasa hingga anak gadis, semuanya merasa patah semangat.Raditya membawa sekelompok orang untuk melontarkan komentar-komentar sinis di luar rumah Arjuna.Ada yang mengatakan bahwa Arjuna pelit.Ada pula yang mengatakan bahwa Arjuna hanya ingin memamerkan kekayaannya, sebenarnya dia tidak mempunyai uang.Bahkan ada yang mengatakan bahwa Arjuna tidak mampu sebagai pria sehingga dia tak berani menikahi banyak istri.Pernyataan-pernyataan sarkastik makin banyak dan makin kasar.Setelah mengejek Arjuna, mereka mulai menertawakan orang-orang yang membawa anak perempuan mereka ke rumah Arjuna."Hei, apakah k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status