"Puih, puih, puih, apa yang kamu bicarakan? Kamu tidak boleh menikahinya!"Ibu gadis itu tiba-tiba menarik dan memarahinya dengan kasar."Ibu." Gadis itu menatap ibunya sambil bertanya dengan bingung. "Bukankah Ibu ingin aku menikah dengan pria yang hebat? Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian pemerintah Kabupaten Damai beberapa waktu lalu, sekarang dia mengalahkan orang-orang Kabupaten Sentosa dan mengambil kembali harta keluarga Tamael. Kenapa Ibu melarang aku menikahi pria sehebat itu? Seolah-olah dia adalah pecundang saja.""Kamu benar." Ibu gadis itu menarik gadis itu mendekat, lalu merendahkan suaranya. "Dia memang pecundang!""Ibu, apa yang kamu bicarakan? Arjuna sangat hebat, bagaimana mungkin dia pecundang?" Gadis itu memelotot marah pada ibunya.Ibu gadis itu cemberut, kemudian berkata dengan nada tidak setuju. "Memangnya kenapa kalau dia hebat? Kalau dia tidak bisa memiliki anak, dia hanya pecundang!""Apa hubungannya Arjuna dengan ketidakmampuannya untuk memiliki an
"Semuanya, kesalahpahaman sudah diluruskan." Eshan maju untuk menengahi. "Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi Kabupaten Damai. Aku memutuskan untuk membagi beras secara gratis. Masing-masing keluarga boleh mendapat setengah kilo.""Bagus sekali! Terima kasih, Yang Mulia!""Terima kasih, Yang Mulia!""Tidak perlu berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Arjuna.""Terima kasih, Arjuna. Terima kasih, Arjuna!"Tempat itu dipenuhi dengan kegembiraan, kontroversi mengenai Arjuna yang tidak bisa memiliki anak pun mereda.Akan tetapi, sebagian orang tidak berpikir demikian.Setelah hampir satu setengah tahun menikah, tidak ada satu pun istrinya yang hamil.Benarkah seperti yang dikatakan Disa?...Begitu Arjuna kembali ke rumah kecil di kota, Eshan membawakannya akta kepemilikan aset keluarga Tamael dan dua toko daging milik Bani.Semua itu dimenangkan oleh Arjuna dan menjadi miliknya sekarang.Aset-aset ini merupakan sumber sebagian besar pendapatan pajak Kabupaten Damai. Esh
Arjuna benar-benar tidak mempermasalahkan rumor ini yang tidak memiliki bukti sama sekali.Sebaliknya, dia cukup menyukai rumor tersebut.Jika tidak, dia akan dikelilingi sekelompok orang munafik yang ingin menyodorkan anak perempuan kepadanya.Meskipun orang-orang ini kaya dan berkuasa.Mereka sangat plin-plan. Saat kamu kuat, mereka akan menempelimu. Begitu kamu kehilangan kekuatan, mereka akan segera menjatuhkan dan mengkhianatimu."Arjuna, sini!" Eshan mengundang Arjuna ke meja utama.Begitu mereka duduk, Tamael memimpin seluruh keluarga Tamael untuk berlutut di depan Arjuna."Hei, apa yang kalian lakukan?" Arjuna berdiri untuk memapah Tamael berdiri, tetapi Tamael menolak untuk bangun."Arjuna, tanpa kamu, usaha keluarga kami yang telah berdiri selama seabad ini akan hancur. Sekarang, kamu adalah dermawan terbesar kami!"Setelah Tamael berbicara, dia mulai bersujud kepada Arjuna, anggota keluarga lain di belakangnya mengikutinya."Tamael, Arjuna telah melakukan kebaikan yang begit
Saat Daisha menyimpan kontrak itu, Arjuna tiba-tiba merasakan beban di pundaknya menjadi lebih berat.Segala sesuatu di dunia ini memiliki dua sisi.Dia memperoleh kekayaan tetapi juga beban. Sejak saat itu, keluarga Tamael terikat padanya.Namun, karakter keluarga Tamael masih baik. Arjuna dapat menerima beban ini dan bersedia terikat pada Tamael.Bagaimanapun, apa pun aspeknya, jika dua ingin menjadi lebih besar dan lebih kuat, Arjuna tidak dapat melakukannya sendiri. Tamael adalah asisten yang cakap.Rumor tentang kemandulan sungguh menyelamatkan Arjuna dari banyak masalah.Banyak orang hanya menyanjung beberapa patah kata, lalu pergi begitu saja.Kaisar Bratajaya mengeluarkan dekrit baru, yaitu memberikan prioritas kepada pelajar yang memiliki putra dalam ujian kekaisaran, juga memberikan prioritas kepada peserta ujian kekaisaran tingkat tertinggi yang memiliki putra dalam pengangkatan pejabat baru.Jangankan putra, Arjuna bahkan tidak bisa melahirkan seorang putri. Orang seperti i
Semua istri Tamael mengatakan bahwa itu akan sangat menyakitkan pada awal.Daisha mengatakan bahwa untungnya dia minum alkohol, jadi dia tidak merasakan banyak rasa sakit malam itu. Akan tetapi, ketika dia bangun keesokan paginya, dia masih merasa sangat tidak nyaman.Akhir-akhir ini, Disa memikirkan sebuah pertanyaan, yaitu berapa banyak anggur yang harus dia minum sebelum berhubungan intim dengan Arjuna. Toleransi alkoholnya lebih baik daripada Daisha. Daisha mengatakan bahwa dia minum setidaknya setengah kati anggur beras malam itu, jadi Disa harus minum setidaknya dua kati.Itulah sebabnya Disa selalu membawa dua kendi anggur bersamanya akhir-akhir ini.Baik pria maupun wanita di Dinasti Bratajaya gemar minum. Arjuna bahkan berpikir bahwa Disa kecanduan alkohol.Sungguh, Arjuna tidak akan menyangka bahwa istrinya menggantung dua kendi anggur di pinggang sebagai persiapan untuk berhubungan intim dengannya."Arjuna, usiamu hampir dua puluh tahun, 'kan? Kamu harus berusaha lebih keras
"Kak Tamael, aku sudah mau kembali ke desa sekarang. Aku tidak minum lagi." Arjuna mengira Tamael akan mengajaknya pergi minum-minum."Kita bukan mau pergi minum. Aku akan mengajakmu melihat rumah barumu.""Rumah baruku? Kak Tamael, aku tidak menginginkan barang darimu lagi."Arjuna telah mandiri sejak kecil. Dia merasa aman dengan apa yang dia hasilkan sendiri."Rumah itu memang milikmu. Kalau kamu tidak tinggal di sana, bukankah rumah itu akan terbengkalai?""Disa, Daisha, Dinda, ayo kita pergi melihat rumah itu."Istri-istri Tamael juga menarik Alsava bersaudari pergi....Rumah ini adalah rumah besar dengan tiga halaman, di sebelah rumah Tamael.Ada koridor panjang, paviliun, hamparan bebatuan, serta gunung buatan di tepi air dalam rumah itu, persis seperti rumah-rumah kuno yang pernah Arjuna lihat di TV.Rumahnya besar, halaman dalamnya megah, semuanya bagus. Hanya saja tidak ada tanda-tanda kehidupan.Arjuna melihat sekeliling lalu menarik pandangannya kembali. "Sepertinya sudah
"Jangan memaki lagi, aku akan tinggal di sini, oke ....""Kalau begitu sepakat! Kalender menunjukkan bahwa hari ini adalah hari yang tepat untuk pindah rumah. Daripada cari hari lagi, pindah saja hari ini. Aku akan menyuruh seseorang untuk membantumu memindahkan barang-barangmu sekarang."Sebelum Arjuna selesai berbicara, Tamael sudah berbicara panjang lebar. Dia takut Arjuna akan menarik kembali kata-katanya.Setelah berkata demikian, dia pun kembali ke rumahnya untuk meminta bantuan.Rumah Tamael tepat di sebelah. Dalam sekejap, Tamael telah membawa orang untuk memindahkan semua barang milik Arjuna dari rumah kecil itu.Melihat bungkusan barang yang berserakan di lantai dan sosok Tamael yang sibuk. Entah kenapa, Arjuna merasa seperti dijebak."Tamael!" Arjuna memanggil Tamael dengan nama."Hadir!"Tamael terkejut. Ini adalah pertama kalinya Arjuna memanggilnya seperti itu setelah sekian lama mereka saling kenal."Kamu memberiku rumah dan membantuku pindah. Kamu tiba-tiba bersikap bai
"Ya." Tamael setengah jongkok, kemudian tersenyum sembari berkata, "Dinda, tuanmu sekarang sudah menjadi orang yang sangat penting. Sudah menjadi orang penting, kalau tidak punya pembantu, dia akan ditertawakan.""Hm, Kak Tamael benar. Kita tidak boleh membiarkan orang lain menertawakan Tuan!""Lihatlah!" Tamael menatap Arjuna sambil berkata, "Dinda saja tahu.""Tapi ...." Dinda menoleh, memiringkan kepalanya untuk melihat Arjuna. "Kurasa Tuan sama sekali tidak terlihat seperti orang penting. Dia masih sama seperti saat di desa.""Benar." Arjuna menggendong Dinda. "Jangan dengarkan omong kosong Kak Tamael. Aku masih sama seperti dulu, masih tuan kalian. Mulai sekarang, kita berempat akan bekerja sama dan menjalani kehidupan dengan baik."Tamael ingin berbicara lagi, tetapi Arjuna memberi isyarat dengan tatapannya agar Tamael diam.Dinda masih kecil. Arjuna berharap dia bisa tumbuh mandiri seperti sebelumnya."Tuan, aku sudah 10 tahun. Jangan menggendongku lagi."Arjuna menggendongnya d
"Pak!"Daisha yang sedang menggiling tinta di samping, melepaskan alatnya sehingga tinta pun terciprat ke tangan Arjuna."Maaf, Tuan, maaf." Daisha berulang kali meminta maaf kepada Arjuna. Dia menggunakan sapu tangan untuk menyeka tinta dari tangan Arjuna. Tangannya sedikit gemetar."Tidak apa-apa." Arjuna memegang tangan Daisha, lalu mendapati tangannya dingin.Arjuna sempat menggoda Daisha sebelum Tamael datang, tangannya tidak dingin saat itu.Apakah dia takut karena kata-kata Tamael?Arjuna mencondongkan tubuh ke dekat telinga Daisha, lalu berkata setengah bercanda dan setengah serius. "Jangan takut, kamu belum melahirkan anak laki-laki untukku. Bagaimana mungkin aku mati?""Tuan, ada Kak Tamael." Wajah Daisha tiba-tiba memerah."Arjuna!" Tamael berkeringat dingin. "Sudah begini, bagaimana kamu masih bisa bercanda, para bandit itu ...."Ketika mendengar kata "bandit", tubuh Daisha bergetar tanpa sadar lagi.Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi baginya, Arjuna adalah langit dan bum
"Kenapa tidak berani? Bukankah kamu bilang aku bersekongkol dengan para bandit? Aku beri tahu ...."Arjuna memperlambat nada bicaranya. "Pemanah di halaman ini bukan hanya istriku yang ada di sampingku. Ada banyak pemanah di belakang yang tidak kalian lihat. Dan mereka dari Gunung Magmora.""Astaga."Ketika mereka mendengar Arjuna mengatakan ada banyak pemanah dari Gunung Magmora yang bersembunyi di halaman, wajah mereka menjadi pucat karena ketakutan. Mereka tidak berani melangkah maju lagi."Jangan tertipu olehnya. Tidak ada pemanah lain di halaman ini. Gunung Magmora tidak mengirim satu pun pemanah turun gunung!""Ha!" Arjuna tertawa.Orang yang dapat menebak niat Arjuna, menyebarkan rumor, serta terlibat dalam perang opini publik dengannya seharusnya adalah pria lembut dan elegan yang dia temui di Restoran Kebon Sirih.Dia memang sangat pintar, tetapi dia tidak pandai memanfaatkan orang."Kamu."Arjuna mengangkat tangannya, menunjuk ke arah kerumunan."Bukan kamu, bukan kamu. Kalia
Langkah kaki yang bergegas menuju Arjuna terhenti tiba-tiba. Mereka menatap wanita paruh baya yang berada di paling depan dengan sangat terkejut.Tiga anak panah yang ditembakkan Disa jatuh di sekitar wanita paruh baya yang memegang golok. Setiap anak panah mendarat dengan akurat, kurang dari satu sentimeter dari wanita tersebut."Apakah kamu pikir aku akan takut kalau kamu memanahku?Setelah tertegun sejenak, melihat bahwa dirinya tidak terkena anak panah, wanita paruh baya yang tidak tahu tentang memanah itu mengira kemampuan memanah Disa kurang akurat. Jadi, dia pun menerjang ke arah Arjuna sambil memegang golok."Siu!""Bam!""Ah!" Wanita paruh baya itu menatap anak panah yang menembus jari kakinya dengan kaget. Kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Anak panah itu menempel pada sela jari kakinya.Disa mengangkat anak panahnya, menarik busurnya. "Kalau ada yang mendekat lagi, jangan salahkan anak panahku yang tidak punya mata.""Bisa-bisanya dia membiarkan istrinya memanah k
"Desas-desus ini makin lama makin tidak masuk akal. Akhirnya, beberapa orang bahkan mengatakan bahwa ini adalah kolusi antara Arjuna dan para bandit.""Apa maksudnya kolusi? Manfaat apa yang bisa diperoleh tuanku dari berkolusi dengan bandit?" Disa sangat marah ketika mendengar ini."Aish!" Tamael menghela napas. "Kita tahu tidak ada manfaatnya, tapi orang-orang itu memercayainya. Aku sudah menjelaskannya kepada mereka, tapi mereka tidak mau mendengarkan.""Desas-desus tentang Arjuna berkolusi dengan para bandit segera menyebar ke keluarga tujuh belas orang itu. Pertama, keluarga dari tujuh belas orang yang tewas datang ke kota untuk menuntut Arjuna, kemudian keluarga yang lain juga datang untuk membawa orang-orang yang tersisa.""Apakah mereka bodoh?" Disa mengerutkan kening. "Memamerkan kekuatan dan berkolusi? Tadi malam kami jelas-jelas ...."Disa sangat gereget.Serangan malam kemarin hanya pengintaian situasi musuh, bukan pertempuran sungguhan. Karung pasir dan kendi anggur itu un
Dilihat dari gaya bandit Gunung Magmora biasanya, serta fakta bahwa mereka menyerang para bandit di depan umum. Arjuna yakin bahwa tujuh belas orang yang ditangkap itu tidak dapat kembali hidup-hidup.Arjuna meminta Daisha untuk menyiapkan seribu tujuh ratus tael perak, lalu membawa beras dan tepung untuk meminta maaf kepada keluarga dari ketujuh belas orang malam itu.Arjuna ingat dengan jelas di mana seratus orang yang direkrutnya tinggal dan siapa saja anggota keluarga mereka.Pada zaman modern, di ketentaraan tempat Arjuna bertugas, semua komandan kompi diharuskan mengingat situasi keluarga setiap prajurit. Karena gaya humanisnya yang cermat, pasukannya menjadi pasukan yang andal.Setahun sebelum mengalami transmigrasi zaman, Arjuna dipromosikan menjadi komandan kompi, jadi dia membawa kebiasaan tersebut ke zaman kuno.Lebih baik dari yang Arjuna bayangkan. Ketika keluarga ketujuh belas orang itu mendengar bahwa putra mereka telah ditangkap oleh bandit-bandit dari Gunung Magmora, m
"Hm." Rizal mengangguk. "Tampaknya cara pelajar ini jauh lebih cerdik daripada Komandan Kota Perai.""Memangnya kenapa kalau dia cerdik? Dia tetap kalah dari tuan kita," ujar Rajo penuh dengan kebanggaan."Merupakan suatu berkah bagi Gunung Magmora memiliki Tuan Galih. Terima kasih, Tuan."Naga Bermata Satu membungkuk kepada Galih, kemudian Rajo mengikutinya."Terima kasih, Tuan!"Naga Bermata Satu dan Rajo sudah mengambil inisiatif untuk membungkuk, para bandit yang ada di belakang mereka tentu saja mengikutinya.Galih berdiri sambil membelai jenggotnya.Dia sangat menikmati rasanya dikagumi.Inilah alasan dia berada di Gunung Magmora.Dulu ....Pikiran Galih kembali pada pengalamannya di ketentaraan, ekspresi jahat pun muncul di wajahnya.Aku akan membuat kalian menyesalinya."Tuan, aku akan segera meminta orang-orang menggunakan batu untuk membangun tembok kampung. Beberapa rumah di kampung masih beratap jerami, aku juga akan meminta orang-orang untuk menggantinya dengan atap genten
"Datang untuk melihat bagaimana kita menyerangnya?"Naga Bermata Satu dan Rajo berbicara serempak. Mereka menatap Galih dengan tatapan bingung bercampur terkejut."Dia datang ke sini tengah malam hanya untuk melihat bagaimana kita menyerangnya?" Meskipun tidak menunjukkan kekesalannya, Naga Bermata Satu merasa bahwa Galih makin keterlaluan.Lihatlah apa yang dia katakan. Apakah Arjuna gila atau bodoh? Dia datang ke markas mereka tengah malam untuk minta diserang?"Tuan, kamu tidak mabuk, 'kan?" Rajo juga merasa bahwa Galih sedang berbicara omong kosong."Bos, Rajo, Tuan tidak mabuk. Dia benar. Arjuna memang datang untuk melihat bagaimana kita menyerangnya. Sebelum perang, dua pasukan akan mengirim tim penyerang ala Barat yang elit untuk menguji kekuatan dan kelemahan musuh," jelas Rizal.Berbeda dengan Naga Bermata Satu dan Rajo.Rizal sang penembak jitu dan Galih sang ahli strategi pernah bertugas di ketentaraan dan bertempur di medan perang.Alasan mereka berdua menjadi bandit, tidak
Bandit yang menjaga pos pengintaian melihat ke bawah gunung, kemudian ke arah Galih.Sekarang, kaki gunung gelap gulita. Bagaimana Galih bisa tahu kalau itu hanya trik untuk mengelabui mereka? Bagaimana dia bisa tahu kalau orang-orang di kaki gunung sedang mencoba melarikan diri?Galih memang seorang ahli strategi yang bijaksana. Dia bisa melihat konspirasi itu dengan cepat. Hal ini berada di luar dugaan Arjuna.Para bandit biasanya terlatih dengan baik dan mengenal wilayah mereka, jadi belasan dari seratus pasukan Arjuna gagal melarikan diri.Ketika Arjuna dalam hati memuji Galih sebagai penasihat yang baik, Galih pun menatap sejumlah besar orang-orangan sawah di depannya dengan kaget.Setiap orang-orangan sawah ditusuk tiga atau empat obor.Pantas saja anak buah tadi tidak dapat mengetahui jumlah orang yang datang.Karena jumlah obor yang diperintahkan Arjuna untuk dinyalakan berbeda setiap kalinya.Ini adalah taktik yang sering digunakan untuk membingungkan musuh di medan perang. Ba
Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu