Beranda / Rumah Tangga / Rindu yang Terluka / 95. Terlambat Menyadari 2

Share

95. Terlambat Menyadari 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 14:45:32

Pak Farhan diam. Sang istri menceritakan tentang menantu perempuan mereka, tapi secara tidak langsung menunjukkan pada dirinya sebagai seorang suami, betapa sakitnya hati Bu Tiwi berpuluh tahun lalu.

"Rin bisa hidup tanpa Daffa, tapi bagaimana dengan anak kita? Apa Daffa bisa tanpa Rin dan anaknya?" Bu Tiwi menarik napas dalam-dalam. Pak Farhan diam.

"Kalau rumah tangga Ika tidak mungkin diselamatkan karena terlalu fatal, jangan biarkan rumah tangga Daffa dan Rin hancur berantakan. Kesalahan Rin tidak merugikan perusahaan. Kesalahan Bobby tidak hanya membuat rugi perusahaan, tapi menghancurkan reputasi kita dihadapan keluarga besar papa."

Pak Farhan kian beku. Serasa tertampar berulang kali. Dipikirnya sang istri sudah baik-baik saja setelah sekian lama permasalahan itu berlalu. Luka yang demikian membekas, pasti ada penyebabnya. Mungkinkah Bu Tiwi telah tahu semuanya?

"Kubikinkan kopi, Pa." Bu Tiwi memindahkan tangan Pak Farhan dari bahunya. Lantas bangkit dan keluar kamar.

Tinggal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
Rinjani masih menata hati
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
bener... jangan terburu² punya anak dulu.. nikmati waktumu yg sempat hilang Rin.. lagi pula di keluarga Daffa lagi ada huru hara.. tunggu sampe keadaan tenang baru punya anak lagi..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu yang Terluka    96. Terlambat Menyadari 3

    Ika melempar tasnya ke sofa. Wajahnya penuh kemurkaan. Rasa sakitnya bertambah-tambah setelah menemui mertuanya siang itu. Tanggapan mereka diluar dugaan. Pak Farhan dan Bu Tiwi muncul dari dalam dan duduk di sofa depan putrinya."Nyesel aku menemui mereka, Pa." Ika bicara sebelum papanya bertanya."Mertuamu bilang apa?" tanya Pak Farhan."Mereka nggak mau tahu tentang tingkah Bobby. Aku disuruh menyelesaikan masalah ini sendiri. Mereka bilang nggak komunikasi sama sekali dengan Bobby. Bohong mereka. Nggak mungkin Bobby nggak menelepon mama atau adiknya. Mereka pasti menutupi keberadaan Bobby."Wajah Pak Farhan memerah. Sakit hati mendengar penjelasan putrinya. Sedangkan Bu Tiwi diam memandang si sulung yang tampak marah dan frustasi.Apa yang terjadi pada Ika sekarang, itulah yang mereka lakukan pada Rinjani ketika Daffa ketahuan selingkuh. Bu Tiwi sedih. Semua berbalik pada anaknya.Ika masih memiliki orang tua dan saudara yang lengkap. Sedangkan Rinjani tidak memiliki siapa-siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Rindu yang Terluka    97. Maaf 1

    RINDU YANG TERLUKA - Maaf"Kita mau ke mana, Pa?" tanya Bu Tiwi setelah beberapa saat mobil meninggalkan rumah, dipandu oleh sopir mereka. Melaju di jalanan yang padat kendaraan. Hari Minggu atau hari biasa, Surabaya selalu seperti ini.Suami yang ditanya tersenyum sembari meraih jemarinya untuk di genggam. Kejutan seperti apapun tidak istimewa bagi Bu Tiwi. Jalan-jalan, perhiasan, atau bermalam di resort, sudah bisa ditebak. Setelah pengkhianatan itu, yang ada hanya meneruskan dan menjalani hidup serta beribadah. Semoga jika sewaktu-waktu kembali dalam keadaan tidak terlalu banyak dosa yang memberatkan timbangan.Mobil memasuki gerbang tol. Bu Tiwi sudah mengira kalau akan menempuh perjalanan ke Malang. Apa dirinya diajak mencari tahu keberadaan Bobby atau menyusul Daffa?Seperti biasa Tol Surabaya-Malang padat kendaraan. Hampir setiap hari ribuan kendaraan melalui jalur itu. Mulai dari truk besar pengangkut barang, juga para pengendara mobil pribadi dan wisatawan yang ingin menjela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Rindu yang Terluka    98. Maaf 2

    "Mas, nggak ganti baju?" tanya Rinjani yang duduk di puff bentuk persegi di depan meja rias dan mulai menyapukan bedak ke wajahnya."Pakai ini saja nggak apa-apa." Daffa mengambil jam tangan di nakas dan memakainya. Dia tidak mengganti celana cardinal pendek warna hitam yang dikenakannya sejak pagi, juga kaus hitam pekat berkerah.Lelaki memang lebih simpel. Ke mana-mana tidak seheboh perempuan yang mempersiapkan segala pakaian dan printilan.Waktu di telepon sang papa dan dimintai alamat, Daffa memutuskan untuk bertemu dengan mereka di luar saja. Jauh dari tempat tinggal istri dan anaknya. Meski dari nada bicara sang papa tadi terdengar kalem dan tenang, Daffa tetap saja waspada. Dia tahu papanya ini seperti apa. Susah payah ia membangun kepercayaan Rinjani, tidak akan membiarkan siapapun mengusiknya lagi. Termasuk keluarganya sendiri.Mungkin saja papanya memang sudah berubah setelah anak perempuannya dikhianati sang suami. Pintu hatinya terbuka dan bisa mengerti akan keputusan Daf

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Rindu yang Terluka    99. Maaf 3

    "Kakek mana, Pa?" tanya Noval beberapa saat setelah duduk di bangku kafe dan tidak menjumpai sang kakek di sana."Masih diperjalanan. Sebentar lagi sampai."Fiveteen Cafe. Daffa menentukan tempat di mana mereka bisa bertemu. Keraguannya atas sikap sang papa yang mendadak berubah, membuat lelaki itu tetap waspada untuk menjaga kenyamanan istrinya.Cafe itu menjadi pilihannya. Tempat yang memiliki pemandangan mengagumkan. Dikelilingi panorama hijau yang menyejukkan mata. Dari ketinggian mereka bisa menikmati keindahan Gunung Panderman.Daffa dan Rinjani memesan beberapa makanan yang menjadi kegemaran Pak Farhan dan Bu Tiwi. Jadi mereka sampai bisa langsung makan siang."Kakek!" teriak Noval langsung berpegangan pada meja untuk turun. Bocah itu berlari dan memeluk Pak Farhan yang muncul dari tangga. Mereka mengambil tempat duduk di bagian luar atau outdoor, supaya bisa menikmati panorama alam. Pak Farhan menggendong dan memeluk erat Noval. Rasa kangennya juga tidak terkira. Bu Tiwi menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Rindu yang Terluka    100. Rumah Bercat Hitam 1

    RINDU YANG TERLUKA - Rumah Bercat Hitam Wajah Pak Farhan merah padam menahan amarah. Lelaki itu hendak merengsek ke depan untuk menghajar menantunya. Begitu juga dengan Daffa. Dadanya membara ingat kelakuan buruk Bobby yang mencoba menjebaknya tentang SPJ projeknya. Namun Bu Tiwi menahan mereka. "Jangan, Pa. Kita lakukan saja apa yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Mari kita pergi. Ribut nggak akan menyelesaikan masalah."Bu Tiwi berkaca-kaca. Sungguh sakit melihat dengan mata kepala sendiri tentang perselingkuhan menantunya. Seperti dejavu, ia terlempar pada peristiwa berpuluh tahun lalu. Namun dia dituntut untuk kembali tegar dan kuat sekarang ini. "Kita pergi dari sini!" ajak wanita itu.Akhirnya mereka kembali turun setelah Daffa berhasil mengambil beberapa foto Bobby dan selingkuhannya. "Seperti yang mama bilang tadi siang. Kalau sampai kita labrak terang-terangan dan ada yang memviralkan, Zahra dan Altha akan ikut menanggung akibatnya. Terutama Zahra yang sudah besar. Mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Rindu yang Terluka    101. Rumah Bercat Hitam 2

    Daffa mengeratkan genggaman sambil terus melangkah di trotoar. Menikmati malam kota Batu yang semakin dingin. Daffa melepaskan jaket dan menangkupkan ke punggung istrinya. Mereka saling pandang dan tersenyum.Di mata Rinjani, Ika ini meskipun tidak begitu baik padanya, tapi dia sangat mencintai suaminya. Mereka pasangan yang serasi. Sering traveling hanya berdua saja dengan Bobby. Bukankah ini upaya untuk merawat cinta. Tapi kenapa Bobby selingkuh juga?Kadang heran dengan pemikiran pria-pria seperti ini. Apa yang dicari sebenarnya. Kalau urusan ranjang di kejar, tidak akan pernah ada habis dan puasnya. Mereka memelankan langkah. Memanfaatkan waktu untuk menikmati malam dengan rembulan yang bersinar penuh di angkasa. Ketika tengah ngobrol, ponsel Daffa berdering. Sang papa menelepon. Mengajaknya keluar malam itu ke alamat tempat tinggal Bobby.Lelaki itu sudah menunggu putranya di halaman hotel bersama dua orang kepercayaannya."Apa kita tidak dicurigai kalau ke sana malam-malam begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Rindu yang Terluka    102. Rumah Bercat Hitam 3

    "Minggu depan katanya, Mas. Tapi hanya anggota keluarga saja yang di undang, sebab calonnya sangat sibuk. Memangnya pekerjaan teman Mas itu apa?""Pengusaha, Bu," jawab Daffa sekenanya."O, pantesan. Mbak Utari baru saja dibelikan mobil sedan. Katanya juga dibelikan rumah di kota sana. Pembantunya yang cerita sama saya. Kalau Bu Utami hampir nggak pernah keluar rumah. Kalau pun pergi saat dijemput sama pria yang melihara dia."Daffa merinding mendengarkan bahasa yang digunakan oleh ibu pemilik warung. "Ibu, tahu mereka akan menikah hari apa?""Wah kalau harinya saya nggak tahu, Mas. Pembantunya cuman bilang minggu depan gitu saja.""Berarti dalam minggu-minggu besok ini ya, Bu. Sebab besok sudah hari Senin.""Iya. Wong pembantunya bilang sama saya pas hari Rabu kemarin, Mas. Tapi sebagai teman, apa Mas nggak dikasih tahu?""Kami jarang bertemu, Bu. Makanya saya mau ngasih kejutan di hari pernikahan mereka nanti.""O, gitu." Ibu itu tersenyum. Tentu seru kalau ada kejutan dari teman p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Rindu yang Terluka    103. Tertangkap Basah 1

    RINDU YANG TERLUKA- Tertangkap Basah[Pernikahan Bobby dengan selingkuhannya dilaksanakan hari Kamis, Bos. Mereka menikah secara siri karena wanita itu sudah hamil. Mereka berencana langsung berangkat ke Bali sore itu juga dan kemungkinan besar akan pindah ke sana.]Pak Farhan membaca pesan yang dikirimkan oleh Jaya. Begitu cepat orang suruhannya mendapatkan kabar. Selama ini dua orang itu memang sangat setia dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Sudah hampir lima belas tahun Jaya dan Abdi bekerja dengannya. Membayar mahal mereka tidak rugi bagi Pak Farhan.Pesan dari Jaya langsung dikirimkan ke Daffa dan pengacaranya. Daffa tidak merespon, tapi pengacaranya langsung menjawab dan untuk beberapa menit mereka berkomunikasi via pesan.Sementara di Surabaya, Ika belum bisa tidur. Menatap langit-langit kamar yang termaram dengan perasaan carut marut. Inikah yang dirasakan Rinjani ketika itu. Kaget, marah, tak percaya dalam menghadapi perselingkuhan suami dikala hubungan mereka sangat ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28

Bab terbaru

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka    168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka    167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka    166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

DMCA.com Protection Status