RINDU YANG TERLUKA - Rumah Bercat Hitam Wajah Pak Farhan merah padam menahan amarah. Lelaki itu hendak merengsek ke depan untuk menghajar menantunya. Begitu juga dengan Daffa. Dadanya membara ingat kelakuan buruk Bobby yang mencoba menjebaknya tentang SPJ projeknya. Namun Bu Tiwi menahan mereka. "Jangan, Pa. Kita lakukan saja apa yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Mari kita pergi. Ribut nggak akan menyelesaikan masalah."Bu Tiwi berkaca-kaca. Sungguh sakit melihat dengan mata kepala sendiri tentang perselingkuhan menantunya. Seperti dejavu, ia terlempar pada peristiwa berpuluh tahun lalu. Namun dia dituntut untuk kembali tegar dan kuat sekarang ini. "Kita pergi dari sini!" ajak wanita itu.Akhirnya mereka kembali turun setelah Daffa berhasil mengambil beberapa foto Bobby dan selingkuhannya. "Seperti yang mama bilang tadi siang. Kalau sampai kita labrak terang-terangan dan ada yang memviralkan, Zahra dan Altha akan ikut menanggung akibatnya. Terutama Zahra yang sudah besar. Mer
Daffa mengeratkan genggaman sambil terus melangkah di trotoar. Menikmati malam kota Batu yang semakin dingin. Daffa melepaskan jaket dan menangkupkan ke punggung istrinya. Mereka saling pandang dan tersenyum.Di mata Rinjani, Ika ini meskipun tidak begitu baik padanya, tapi dia sangat mencintai suaminya. Mereka pasangan yang serasi. Sering traveling hanya berdua saja dengan Bobby. Bukankah ini upaya untuk merawat cinta. Tapi kenapa Bobby selingkuh juga?Kadang heran dengan pemikiran pria-pria seperti ini. Apa yang dicari sebenarnya. Kalau urusan ranjang di kejar, tidak akan pernah ada habis dan puasnya. Mereka memelankan langkah. Memanfaatkan waktu untuk menikmati malam dengan rembulan yang bersinar penuh di angkasa. Ketika tengah ngobrol, ponsel Daffa berdering. Sang papa menelepon. Mengajaknya keluar malam itu ke alamat tempat tinggal Bobby.Lelaki itu sudah menunggu putranya di halaman hotel bersama dua orang kepercayaannya."Apa kita tidak dicurigai kalau ke sana malam-malam begi
"Minggu depan katanya, Mas. Tapi hanya anggota keluarga saja yang di undang, sebab calonnya sangat sibuk. Memangnya pekerjaan teman Mas itu apa?""Pengusaha, Bu," jawab Daffa sekenanya."O, pantesan. Mbak Utari baru saja dibelikan mobil sedan. Katanya juga dibelikan rumah di kota sana. Pembantunya yang cerita sama saya. Kalau Bu Utami hampir nggak pernah keluar rumah. Kalau pun pergi saat dijemput sama pria yang melihara dia."Daffa merinding mendengarkan bahasa yang digunakan oleh ibu pemilik warung. "Ibu, tahu mereka akan menikah hari apa?""Wah kalau harinya saya nggak tahu, Mas. Pembantunya cuman bilang minggu depan gitu saja.""Berarti dalam minggu-minggu besok ini ya, Bu. Sebab besok sudah hari Senin.""Iya. Wong pembantunya bilang sama saya pas hari Rabu kemarin, Mas. Tapi sebagai teman, apa Mas nggak dikasih tahu?""Kami jarang bertemu, Bu. Makanya saya mau ngasih kejutan di hari pernikahan mereka nanti.""O, gitu." Ibu itu tersenyum. Tentu seru kalau ada kejutan dari teman p
RINDU YANG TERLUKA- Tertangkap Basah[Pernikahan Bobby dengan selingkuhannya dilaksanakan hari Kamis, Bos. Mereka menikah secara siri karena wanita itu sudah hamil. Mereka berencana langsung berangkat ke Bali sore itu juga dan kemungkinan besar akan pindah ke sana.]Pak Farhan membaca pesan yang dikirimkan oleh Jaya. Begitu cepat orang suruhannya mendapatkan kabar. Selama ini dua orang itu memang sangat setia dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Sudah hampir lima belas tahun Jaya dan Abdi bekerja dengannya. Membayar mahal mereka tidak rugi bagi Pak Farhan.Pesan dari Jaya langsung dikirimkan ke Daffa dan pengacaranya. Daffa tidak merespon, tapi pengacaranya langsung menjawab dan untuk beberapa menit mereka berkomunikasi via pesan.Sementara di Surabaya, Ika belum bisa tidur. Menatap langit-langit kamar yang termaram dengan perasaan carut marut. Inikah yang dirasakan Rinjani ketika itu. Kaget, marah, tak percaya dalam menghadapi perselingkuhan suami dikala hubungan mereka sangat ba
Pak Farhan menyambut uluran tangan sang menantu. "Jaga diri baik-baik. Pikirkan untuk kembali ke Surabaya. Kita bisa membicarakan untuk membuka klinik. Biar kamu tidak lagi bekerja di rumah sakit atau di klinik milik orang lain. Iya kan, Daf." Pak Farhan menatap putranya.Rinjani tersenyum samar. Daffa meraih lengannya dan mereka meninggalkan kamar hotel Pak Farhan.Selama perjalanan ke Pujon, Daffa tidak membahas apa yang dibicarakan sang papa tadi. Ia tahu, kalau hal itu sangat sensitif bagi Rinjani. Bagaimana tidak, disaat Rinjani butuh dukungan, papanya justru menginginkan mereka bercerai. Bahkan membiarkan Rinjani sibuk bangkit sendiri, mencari pekerjaan sendiri, hingga harus keluar dari kota Surabaya.Terus sekarang begitu entengnya sang papa menyuruhnya pindah. Tentu hal ini akan menjadi pemikiran tersendiri bagi Rinjani."Hari Kamis Mas ikut ke Bumiaji?""Mas belum bisa memutuskan. Lihat bagaimana pekerjaan di kantor. Projek baru mulai berjalan dan mas nggak bisa ninggalin git
Hari Rabu siang, Pak Farhan, Daffa, Ika, Teddy, pengacara mereka, dan Pak Ferhat berkumpul di sebuah rumah makan. Membahas langkah yang akan diambil besok siang. Bagaimanapun juga Pak Farhan harus melibatkan salah satu kakaknya yang memiliki jabatan penting di perusahaan. Sebab Bobby membawa kabur sejumlah uang projek yang nilainya sangat fantastis. Namun rencana penggerebekan itu tetap dirahasiakan dari keluarga yang lain. Termasuk dari Irene dan suaminya. Ika sudah di wanti-wanti jangan cerita ke adiknya. Karena Pak Farhan tidak percaya sepenuhnya pada Radit. Bobby dan Radit sama-sama menantu di keluarganya. Khawatir mereka saling mendukung. Ika hanya diam. Dia ikuti saja semua skenario yang sudah direncanakan oleh papanya. Tubuh rasanya tidak bertenaga membayangkan esok hari. Ternyata apa yang dihadapinya lebih parah dari yang dialami Rinjani ketika menghadapi perselingkuhan Daffa. Rinjani memang sempat di penjara, tapi Daffa memperjuangkannya mati-matian. Sedangkan dirinya
RINDU YANG TERLUKA - Memalukan Kasak kusuk percakapan orang-orang bak dengungan lebah di telinga Pak Farhan. Mereka memiliki persepsi sendiri-sendiri tentang kejadian pagi itu. Yang jelas tidak ada ucapan dari mereka yang bisa dikatakan sebuah pembelaan dan rasa kasihan. Justru menganggap kalau peristiwa ini sudah seharusnya terjadi karena mereka terlalu muak dengan wanita bernama Utami."Puluhan tahun ibunya melenggang bebas menjadi simpanan suami orang aman-aman saja. Sekarang anaknya yang menuai hasilnya. Belum juga nikah udah di gerebek. Yang pakai baju biru tadi kan istri sahnya?" Seorang ibu memakai daster dengan rambut sebahu bicara dengan wanita di sebelahnya."Iya. Cantik, kan? Berkelas. Sepertinya yang kaya bininya.""Oh ya? Buaya buntung banyak tingkah." Wanita berdaster mengungkapkan geram."Seharusnya Bu Ut menurunkan ilmu pada anak perempuannya supaya bisa seperti dirinya. Menggaet lelaki kaya setelah habis uang ditinggal terus cari lagi lelaki lain yang lebih kaya." W
Ibu pemilik warung spontan diam. Merinding juga mendengar ucapan wanita itu. Benar saja, secara tidak langsung dia memberikan informasi pada empat lelaki malam itu.Berbagai pendapat silih berganti masuk ke telinga Pak Farhan. Jendela kaca mobil yang sedikit terbuka, membuatnya mendengar semua yang diucapan orang-orang.Di dalam rumah, wajah Bu Utami merah padam. Antara marah dan malu. Jelas lebih ke perasaan malu. Sejauh ini ia belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Terjebak di rumahnya sendiri dan semua warga menyaksikannya. Dia selalu berhati-hati dan bermain sangat manis.Dua perempuan kerabatnya mencoba membuat Utari tersadar dari pingsannya. Memberi minyak kayu putih, memijit, dan mengipasi.Bobby kaku tak bisa berbuat apa-apa. Hancur lebur semua rencana. Dengan netra berkaca-kaca, Ika menatap penuh kebencian pada suaminya yang diam tak berdaya. Ia juga memandang bergantian antara ibu mertua dan adik iparnya. Mereka juga bungkam.Pengacara Pak Farhan membacakan senarai tu