Odelyn hanyalah mahasiswi biasa yang punya ketakutan terhadap masa depannya. Odelyn takut di saat dirinya sudah lulus dia belum mendapatkan pekerjaan dan menjadi beban orang tua. Odelyn takut dia tidak bisa melanjutkan kuliah profesi karena ketidakcukupan gaji di masa depan dan juga orang tuanya yang sudah tentu tidak akan mampu untuk membiayai kuliah profesi. Namun semua kekhawatiran itu sirna saat Michael, anak dari seorang wanita paruh baya yang Odelyn tolong, menawarkan sebuah ikatan pernikahan. Tidak, ini bukanlah pernikahan bisnis ataupun kontrak. Ini adalah pernikahan tanpa cinta yang sakral di hadapan Tuhan. Michael baik dan Odelyn nyaman berinteraksi dengannya walaupun mereka tidak saling mencintai. Mertua Odelyn juga menyayanginya dengan sepenuh hati. Singkatnya pernikahan tanpa cinta ini adalah ikatan pernikahan yang nyata dan sakral serta sempurna bagi Odelyn. Namun bagaimana jadinya jika Michael tidak sesempurna itu? Bagaimana kalau masa lalu Michael yang mulai datang dan terbongkar membuat Odelyn kesulitan untuk mempertahankan pernikahan ini? Apakah Odelyn akan tetap bertahan dalam ikatan pernikahan atau menyerah?
Lihat lebih banyak"Ya ampun, ibu!" Odelyn yang baru saja ingin berjalan menuju kos nya sangat terkejut mendapati salah satu dosen yang dia kenal terjatuh di sudut kampus yang tersembunyi dan kesulitan untuk berdiri lagi.
Dengan segera Odelyn menghampiri dosennya dan kemudian membantunya untuk berdiri. Hah? Tunggu dulu. Apakah membangunkan orang yang terjatuh memang sekaku dan sesulit ini?"Ibu mohon maaf. Ini karena saya gak bisa membangunkan ibu, saya panggil bantuan ya. Gak akan lama kok." Jujur saja saat ini firasat Odelyn sudah tidak baik. Dosennya itu sepertinya tidak jatuh biasa. Masalah akibat terjatuh ini sepertinya akan berjalan terlalu jauh."Kamu siapa namanya?" Tiba-tiba saja dosen Odelyn bersuara. Odelyn pikir karena sakit sulitnya menahan rasa sakit makanya dosennya hanya diam saja."Saya Odelyn, bu. Odelyn Prameswari Purnama." Duh, ayo dong jangan tanya-tanya dulu. Tolong biarkan Odelyn mencari bantuan dulu agar dosennya ini bisa ditangani dengan baik."Odelyn, coba kamu telpon anak saya saja. Ini nomornya. Bilang saja kalau saya jatuh di lokasi ini." Dosen Odelyn kemudian memberikan sebuah ponsel kepada Odelyn.Odelyn menerima pesan itu tapi resah di hatinya tidak kunjung hilang. "Ibu, mohon maaf. Tapi apa gak sebaiknya saya carikan bantuan di sekitar sini saja? Kondisi ibu kelihatan sangat tidak baik. Saya takut kalau anak ibu ternyata butuh waktu lama untuk datang kesini dan membuat semuanya jadi tambah buruk." Ayolah, Bukannya dosennya ini adalah orang yang cerdas. Masa sih tidak tahu bahwa cedera yang dia alami itu termasuk parah sehingga bisa sangat sulit untuk dibangunkan seperti ini. Kenapa sih dosennya ini sulit sekali untuk mengerti? Padahal setahu Odelyn dosennya ini adalah orang yang menyenangkan dan lagi-lagi perlu digaris bawahi adalah orang yang cerdas."Nak, percaya sama ibu. Kalau kamu telpon anak ibu sekarang juga, ibu akan baik-baik saja. Kamu gak mau sesuatu yang buruk terjadi ke ibu kan? Kalau begitu tolong telepon saja anak saya sekarang ya." Wajah dosennya itu terlihat lembut sekaligus tegas. Wajahnya memberikan kesan bahwa apa yang diucapkan itu harus dipatuhi.Odelyn yang mendengar dosennya bicara seperti itu pun dengan cepat langsung menelpon nomor ponsel yang dimaksud. Odelyn sebenarnya merasa sangat ragu dan menganggap bahwa apa yang dia lakukan saat ini tidaklah benar. Tapi kalau dosennya sudah seyakin itu berarti sudah seharusnya kan tidak akan terjadi apa-apa? Atau bagaimana ya? Odelyn bingung dan sangat ketakutan untuk saat ini.{Ya, halo, ma. Ada apa, ma?} Terdengar suara pria dibalik telpon itu. Oh, anak dosennya ini berjenis kelamin laki-laki ya."Maaf, mas. Ini ibu Rieta nya jatuh dan minta untuk menghubungi mas. Mas anaknya bu Rieta kan?" Odelyn benar-benar ingin memastikan apakah orang dibalik telpon ini memang sungguhan anaknya bu Rieta atau bukan.{Ah, iya. Ya sudah saya akan segera kesana. Tolong kamu share lock ya.} Dengan segera telpon itu pun mati.Odelyn kemudian dengan segera melakukan share lock kepada nomor ponsel itu dan tiba-tiba saja bu Rieta bersuara. "Terima kasih ya, Odelyn. Terima kasih sudah peduli dan menolong saya." Wajah teduh itu kemudian muncul lagi di wajah bu Rieta."Saya belum memanggil bantuan apapun, ibu. Jadi saya gak membantu apa-apa. Lalu apa benar ibu gak perlu saya panggilkan bantuan di sekitar sini?" Odelyn khawatir sekali dengan dosennya ini. Bagaimana kalau dengan menunggu kedatangan anaknya malah akan berdampak buruk? Bagaimana Odelyn akan bisa menanggung rasa bersalah apabila terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya?"Nak, ini bukan hanya terjadi kali ini. Kamu percaya saja pada ibu. Kalau anak ibu datang maka semua akan baik-baik saja. Kamu paham kan?" Rupanya bu Rieta juga belum lelah untuk terus mengingatkan Odelyn bahwa semua akan baik-baik saja. Selain dari ucapannya, tingkah laku Odelyn juga menunjukkan bahwa saat ini dia sedang ketakutan setengah mati.Setelah akhirnya menunggu sekitar sepuluh menit yang mana bagi Odelyn seperti bertahun-tahun lamanya, anak bu Rieta datang menghampiri bu Rieta dan Odelyn. Odelyn yang melihat kehadiran pria itu langsung bernafas lega. Akhirnya penyelamat bu Rieta yang telah ditunggu-tunggu datang juga."Ibu! Harusnya ibu nggak usah nungguin aku! Kenapa sih ibu keras kepala gini?" Suara dan raut wajah pria itu langsung membuat Odelyn tersentak. Jadi benar kan bahwa seharusnya Odelyn memanggil bantuan terlebih dahulu untuk bu Rieta? Astaga, jadi bu Rieta bahkan tidak paham dengan keadaannya sendiri dan Odelyn seperti orang yang tidak punya akal dan hanya menurut pada bu Rieta? Bagaimana kalau Odelyn akan turut disalahkan? Apalagi sekarang wajah putra dosennya ini kelihatan seperti ingin mengamuk."Michael, kamu ini seperti tidak mengenal ibumu saja. Sudah ayo bantu ibu duduk di kursi roda dan kita ke rumah sakit. Odelyn, ayo ikut ibu ke rumah sakit ya. Tolong temani ibu." Berbeda dengan Michael yang wajahnya sudah panik setengah mati, wajah bu Rieta terlihat sangat santai.Michael yang mendengar ada nama asing yang disebut ibunya langsung menoleh ke arah Odelyn. "Oh ya ampun, maafkan saya ya. Maaf saya gak menyapa terlebih dulu." Kemudian dengan segera Michael juga membantu ibunya untuk duduk di kursi roda.Odelyn yang masih panik dan juga ketakutan pun akhirnya menjawab seadanya saja. "Iya, gakpapa. " Selanjutnya Odelyn pun fokus pada bu Rieta dan ikut membantu untuk mendudukkan di kursi roda.Setelah semuanya selesai akhirnya mereka bertiga pun menuju mobil dan berangkat ke rumah sakit. Lagi-lagi Odelyn tidak menolak permintaan bu Rieta yang mengajaknya itu dan akhirnya berkutat dengan kecanggungan di dalam mobil. *"Ibu saya sakit. Belum diketahui sakit apa tapi kalau ibu telat minum obat dan terlalu lelah ya beliau akan langsung jatuh seperti itu. Untuk bangun jelas butuh bantuan orang lain dan memang gak semua orang bisa membangunkan ibu karena memang sekaku dan sekeras itu badan ibu saat terjatuh dan hendak dibangunkan." Michael tiba-tiba mengajak Odelyn bicara.Odelyn yang sedari tadi fokus mengamati orang yang berlalu lalang di rumah sakit kemudian memfokuskan dirinya pada Michael. "Terus kenapa tadi bu Rieta kekeuh mau nunggu mas Michael?" Odelyn juga punya pikiran kok kalau dia akan memanggil bantuan dengan jumlah yang cukup untuk bisa membantu bu Rieta. Apakah bu Rieta tidak percaya pada Odelyn?"Kan kalian tadi masih di lingkungan kampus. Ibu saya itu punya harga diri yang tinggi dan gak mau ketahuan kalau punya penyakit. Oh, ya Odelyn. Bisa kasih nomor hp kamu? Saya rasa kita bisa berkomunikasi lebih lanjut ke depannya.""Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sudah sering mendapatkan pertanyaan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Tapi baru kali ini Odelyn mendapatkan pertanyaan yang tidak hanya tidak menyenangkan namun juga mengerikan. Bagaimana Odelyn akan menjawab pertanyaan semacam ini? Odelyn benar-benar kehilangan akal. "Tumben banget kamu nanyain orang tuanya mama." Odelyn menjawab dengan santai dan nada bicara yang bercanda. Tapi siapapun tahu bahwa detak jantung yang kencang ini bukanlah candaan. Saat ini Odelyn benar-benar merasa tidak nyaman. Saat ini Odelyn benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. "Soalnya kalau aku main di rumah Helena tuh pasti orang tua mamanya ada lho. Sebutannya itu kakek dan nenek ya kan. Nah kalau orang tua ayah kan memang sudah meninggal. Tapi kalau orang tua mama kemana? Aku kok gak pernah tahu apa-apa tentang mereka." Wajah Maura benar-benar menunjukkan betapa besar rasa penasarannya saat ini. Odelyn sampai tidak mengerti lagi harus menjawab apa. Odelyn tidak tahu bagai
"Bukannya mama sudah bilang untuk hati-hati ya. Ini kamu sampai lecet begini lho." Odelyn tidak bisa tidak mengomel ketika melihat lutut dan pergelangan kaki Maura dipenuhi dengan luka lecet. "Ma, tolong obatin aku dulu dong. Aku nih sakit lho." Maura rupanya bisa mencari celah agar tidak terlalu dimarahi oleh Odelyn. Lihatlah sekarang bagaimana cara dia berkilah. Sungguh Odelyn tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. "Iya sini mama obatin. Kamu gak minta mama obatin pun pasti bakal mama obatin kok. Mama tuh cuma gak tega lihat kamu begini. Lagipula kamu tuh sudah 10 tahun lho, Maura. Harusnya kan kamu tahu gimana untuk berhati-hati. Tapi lihat nih kamu sekarang." Odelyn sudah berusaha keras kok untuk tidak terlalu mengomeli Maura. Tapi apalah datanya saat ini. Odelyn terlalu gemas dengan Maura yang seringkali tidak mengerti bahwa bahaya itu pasti bisa menjemput jika tidak berhati-hati. Ah, tapi sudahlah. Saat ini Odelyn tidak mau mengomel terlalu banyak. Bisa-bisa nanti Maur
Tentu saja Odelyn mulai memahami bahwa saat ini Michael bukan hanya sekedar merasa takut atau tidak tenang karena kematian orang tuanya di rumah ini. Rumah ini menyimpan banyak kenangan entah kenangan yang buruk atau yang baik. Sayangnya kenangan yang baik itu tidak bisa menutupi kenangan yang buruk. Apalagi salah satu penyumbang kenangan buruk itu adalah orang yang baru saja meninggal dunia karena kejadian yang mengerikan. "Kenapa kita gak tinggal di rumah yang lama saja, Michael? Maksudnya daripada kita harus survei rumah dan melakukan hal-hal lain yang merepotkan terkait pembelian rumah ini." Odelyn bisa melihat bahwa Michael terlalu bersikeras agar mereka bisa pindah rumah tapi tidak di rumah lama mereka. Michael ingin pindah ke rumah lain pokoknya. "Kamu tahu sendiri kan kalau sekarang kita sudah punya anak. Kalau tetap di rumah itu tentu saja tidak bagus dong. Rumah itu terlalu sempit untuk Maura yang aktif bergerak kesana kemari. Aku gak mau gerak Maura jadi terbatas karena r
Odelyn pikir ketika suatu saat dia mendengar kabar bahwa orang tua Edelyn meninggal, dia akan kegirangan. Pada kenyataannya adalah Odelyn justru tidak merasakan apapun. Rasanya kosong dan hampa. Ini benar-benar tidak ada artinya. Odelyn jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini akhir yang dia inginkan? Bukankah kematian orang tua Edelyn sudah selayaknya dirayakan?"Mbak, kamu kok bisa dapat info soal kematian mereka?" Odelyn tidak paham sejauh apa pengasuh Maura tahu mengenai hubungan buruk antara keluarga ini dengan orang tua Edelyn. Tapi sepertinya melihat dari bagaimana pengasuh Maura itu memberitahukan hal tersebut kepada Odelyn dan Michael, pengasuh Maura kelihatan bahagia. Apakah ini hanyalah asumsi Odelyn yang tidak berdasar? Ah, entahlah. Odelyn juga malas jika harus memikirkan hal yang tidak penting seperti itu."Dari teman saya yang kebetulan kerja dekat sana, bu. Tetangga itu pada kenal ke mereka itu sebatas mereka orang tua Edelyn. Gak ada yang tahu nama mereka
Hidup Odelyn dan Michael perlahan-lahan benar-benar tertata ke arah yang mereka inginkan. Sekarang ini hanya ada kebahagiaan dan itu jelas membuat mereka berdua bahagia. Ah, bahkan bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa leganya mereka saat ini. Ah, memang benar ya bahwa kesedihan ataupun kebahagiaan itu tidak ada yang permanen. Ini semua adalah tentang bagaimana cara mereka bertahan."Odelyn, menurut kamu apa rumah ini terlalu besar untuk kita tempati? Kamu mau rumah yang lebih kecil atau tetap disini saja?" Saat ini Odelyn dan Michael sedang bersantai. Ah, Michael perlu waktu yang cukup lama untuk bisa bersantai dengan tenang seperti ini sejak kematian ibu. Sekarang sudah tiga tahun semenjak kematian ibu."Kamu tiba-tiba nanya begitu kok aneh banget sih. Bukannya disini saja sudah nyaman ya. Buat apa harus pindah rumah. Yang ada nanti malah boros karena uang yang ada malah untuk biaya rumah." Odelyn merasa aneh karena Michael kan bukan orang yang boros. Lalu mengapa seka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen