Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
"Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
"Ya ampun, ibu!" Odelyn yang baru saja ingin berjalan menuju kos nya sangat terkejut mendapati salah satu dosen yang dia kenal terjatuh di sudut kampus yang tersembunyi dan kesulitan untuk berdiri lagi.Dengan segera Odelyn menghampiri dosennya dan kemudian membantunya untuk berdiri. Hah? Tunggu dulu. Apakah membangunkan orang yang terjatuh memang sekaku dan sesulit ini?"Ibu mohon maaf. Ini karena saya gak bisa membangunkan ibu, saya panggil bantuan ya. Gak akan lama kok." Jujur saja saat ini firasat Odelyn sudah tidak baik. Dosennya itu sepertinya tidak jatuh biasa. Masalah akibat terjatuh ini sepertinya akan berjalan terlalu jauh."Kamu siapa namanya?" Tiba-tiba saja dosen Odelyn bersuara. Odelyn pikir karena sakit sulitnya menahan rasa sakit makanya dosennya hanya diam saja."Saya Odelyn, bu. Odelyn Prameswari Purnama." Duh, ayo dong jangan tanya-tanya dulu. Tolong biarkan Odelyn mencari bantuan dulu agar dosennya ini bisa ditangani dengan baik."Odelyn, coba kamu telpon anak saya
"Komunikasi lebih lanjut?" Tentu saja Odelyn merasa keheranan. Bukankah setelah ini antara dirinya dan Michael sudah tidak ada urusan lagi? Lalu untuk apa tetap berkomunikasi?"Iya. Untuk menambah relasi itu tidak ada salahnya kan?" Wajah Michael tetap terlihat tenang walaupun ekspresi wajah yang ditampilkan oleh Odelyn kebalikan dari Michael.Odelyn yang mendengar alasan Michael kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Yah memang tidak ada salahnya sih untuk menambah relasi pertemanan. Odelyn juga merasa ini adalah hal yang benar-benar menyenangkan sekaligus keberuntungan untuknya. Bisa punya nomor anak dosennya merupakan relasi yang bagus bukan? Yah walaupun Odelyn sendiri tahu apakah relasi ini benar-benar bermanfaat atau tidak."Ini nomorku, mas." Odelyn kemudian menunjukkan nomor hp dirinya yang ada pada ponsel."Oke." Dengan segera Michael mencatat nomor itu.Odelyn yang melihat Michael sudah mencatat nomornya kemudian segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Nanti mas miscall
Odelyn menerima tawaran itu karena merasa bayaran yang didapat akan sangat cukup untuk menambah tabungannya. "Nah, kamu jangan gerak-gerak ya. Tolong diam aja di posisi seperti itu, gak akan lama kok." Michael kemudian memberikan instruksi kepada Odelyn. Odelyn yang mendapatkan instruksi seperti itu kemudian mengangguk dan fokus untuk mempertahankan posisi dirinya agar tidak bergerak. Sejujurnya agak sulit karena Odelyn adalah anak yang gampang sekali untuk pegal-pegal badannya kalau diam terlalu lama. Tapi karena ini adalah bagian dari pekerjaan maka sudah seharusnya kan Odelyn bertanggung jawab."Odelyn sekarang udah semester berapa?" Michael tiba-tiba mengajak Odelyn bicara. Michael melakukan hal tersebut karena kasihan melihat Odelyn yang terlihat bosan dan ingin ini semua segera selesai. Tapi mau bagaimana pun yang dilakukan Odelyn saat ini benar-benar patut untuk diapresiasi bukan."Sekarang semester empat, mas. Kalau mas Michael semester berapa ya sekarang?" Odelyn yang tidak
"Udah dijemput sama pacarnya aja tuh." Natri, salah satu teman Odelyn di kelas ini dengan wajah yang usil mencoba menggoda Odelyn yang sedang membereskan barang-barang kuliahnya. Hari ini Odelyn punya jadwal kelas sore sehingga dia merasa sangat lelah dan hanya ingin tidur ketika sudah sampai di rumah."Hah? Dijemput?" Odelyn tidak tahu apakah Natri hanya bercanda atau bagaimana. Yang jelas setahu Odelyn di kelas ini tidak ada yang tahu kalau Odelyn punya pacar. Jadi bagaimana mungkin Natri bisa mengatakan kalau Odelyn dijemput oleh pacarnya?"Loh, mas-mas yang mukanya ganteng itu pacar kamu kan? Dia duduk di kursi luar kelas tuh. Aku tuh lihat beberapa kali kalian makan di kantin kampus. Dia dari jurusan mana sih, Ody? Ganteng juga tuh. Kenalin aku sama teman-temannya dong." Natri mulai tertawa genit dan hal itu jelas didengar oleh teman-teman sekelas Odelyn."Loh, Odelyn punya pacar ya? Baru tahu aku." Ada lagi teman sekelas Odelyn yang memberikan tatapan tidak menyangka kepada Odel