"Komunikasi lebih lanjut?" Tentu saja Odelyn merasa keheranan. Bukankah setelah ini antara dirinya dan Michael sudah tidak ada urusan lagi? Lalu untuk apa tetap berkomunikasi?
"Iya. Untuk menambah relasi itu tidak ada salahnya kan?" Wajah Michael tetap terlihat tenang walaupun ekspresi wajah yang ditampilkan oleh Odelyn kebalikan dari Michael.Odelyn yang mendengar alasan Michael kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Yah memang tidak ada salahnya sih untuk menambah relasi pertemanan. Odelyn juga merasa ini adalah hal yang benar-benar menyenangkan sekaligus keberuntungan untuknya. Bisa punya nomor anak dosennya merupakan relasi yang bagus bukan? Yah walaupun Odelyn sendiri tahu apakah relasi ini benar-benar bermanfaat atau tidak."Ini nomorku, mas." Odelyn kemudian menunjukkan nomor hp dirinya yang ada pada ponsel."Oke." Dengan segera Michael mencatat nomor itu.Odelyn yang melihat Michael sudah mencatat nomornya kemudian segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Nanti mas miscall aja nomor hp ku biar nomor hp nya mas Michael bisa aku simpan. Sekarang aku mau pamit pulang dulu ya. Nanti aku ada keperluan soalnya, takut terlambat. Tolong sampaikan salam ku ke bu Rieta ya, mas." Odelyn sebenarnya sangat ingin berpamitan langsung dengan bu Rieta. Tapi sayangnya bu Rieta sedang dalam masa perawatan dokter di dalam ruangan sana dan tidak boleh dikunjungi oleh siapapun. Yah kalau sudah begitu mau bagaimana lagi bukan."Eh, Odelyn. Mau aku antarkan pulang aja?" Melihat wajah Odelyn yang tampak tidak suka kemudian Michael meralat kalimatnya. "Aku bayarin ongkos kamu pulang ya. Hitung-hitung sebagai balas budi karena sudah menolong ibu aku." Setelah Michael meralat kalimatnya dengan segera wajah Odelyn berubah menjadi lebih baik."Nggak perlu, mas. Aku ikhlas nolong bu Rieta dan aku juga punya uang untuk ongkos pulang. Mending sekarang mas disini aja dan gak usah mikirin soal ongkos pulang ya. Ya udah mas maaf aku harus segera pulang, ada urusan soalnya." Kemudian tanpa menoleh ke belakang lagi dengan segera Odelyn pergi dari rumah sakit itu."Dingin juga anaknya." Michael bergumam dengan lirih. *"Odelyn, kata bu Rieta kamu disuruh untuk ke ruang jurusan." Salah satu teman sekelas Odelyn tiba-tiba mengatakan hal yang membuat Odelyn tertegun. Saat ini Odelyn sedang fokus mengerjakan sesuatu dan sekarang bu Rieta memanggil dirinya? Ada apa ini? Ini sudah satu bulan sejak kejadian itu dan harusnya bu Rieta sudah melupakannya bukan. Apalagi setelah hari itu ya seperti yang sudah Odelyn kira, relasi yang Michael katakan itu hanya sebatas menambah kontak di ponsel saja. Yah bukan hal yang penting lah."Oke, makasih ya." Kemudian Odelyn segera membereskan barang-barangnya dan pergi menuju ke kantor jurusan. Sekarang memang sudah waktunya pulang tapi karena di luar masih hujan lebat dan juga kelasnya tidak ada yang memakai, maka Odelyn dan teman-temannya memilih untuk bertahan di kelas.Saat sudah sampai di depan kantor jurusan Odelyn masuk dengan sopan dan kemudian menuju ke tempat duduk bu Rieta. Dari kejauhan Odelyn melihat bahwa bu Rieta terlihat sangat sibuk. Apakah tidak masalah menghampiri bu Rieta disaat seperti ini? Bukankah kehadiran Odelyn hanya akan mengganggu bu Rieta? Jangan-jangan temannya tadi hanya iseng belaka karena bosan menunggu hujan reda?Tak lama bu Rieta melihat Odelyn yang sedang terpaku ke arah dirinya dan dengan segera bu Rieta memberi isyarat agar Odelyn datang kepada dirinya.Odelyn yang diberi isyarat seperti itu merasa bahwa memang dirinya dipanggil untuk datang kesini. Maka dengan segera Odelyn menghampiri bu Rieta."Ya ampun Odelyn, maafkan ibu yang merepotkan kamu untuk datang kesini ya." Raut wajah bu Rieta terlihat sangat tidak enak hati.Odelyn yang mendapatkan permintaan maaf seperti itu kemudian langsung buru-buru membantah. "Nggak merepotkan kok, bu. Lagipula saya memang sedang bosan menunggu hujan lebat kalau mau pulang ke kos." Sebenarnya dibanding merasa kerepotan yang Odelyn rasakan saat ini adalah perasaan tidak nyaman. Odelyn tidak pernah bersinggungan dengan dosen atau siapapun petinggi di kampus itu ya karena dia benar-benar hanya mahasiswa biasa yang tak punya prestasi atau koneksi."Nah, jadi begini, Odelyn. Waktu itu Odelyn baik sekali sudah mau membantu ibu. Apa kali ini Odelyn mau membantu ibu lagi?" Wajah bu Rieta terlihat sangat damai dan teduh di mata Odelyn sehingga Odelyn merasa sedikit tenang."Membantu bagaimana ya, ibu?" Duh, Odelyn tidak tahu apakah kalimat yang keluar dari mulutnya ini sopan atau tidak. Yang jelas Odelyn merasa tidak nyaman jika dimintai bantuan lagi."Kamu tahu Michael kan? Anak saya kemarin itu. Nah dia itu pelukis dan butuh Muse untuk karyanya. Dia bilang butuh perempuan yang masih muda untuk jadi muse lukisannya. Nah tiba-tiba saja ibu jadi ingat sama Odelyn, wajah Odelyn ini sepertinya cocok sekali kalau dijadikan muse lukisannya Michael. Odelyn tenang saja, ini gak gratis kok. Odelyn akan dapat bayaran yang sepadan untuk waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Bagaimana?"Mendengar rangkaian kalimat yang diucapkan oleh bu Rieta jujur saja membuat Odelyn merasa payah seketika. Kenapa tiba-tiba menawarkan posisi muse seperti itu kepada Odelyn yang baru dikenal? Ayolah, walaupun bu Rieta adalah dosennya tentu saja bu Rieta tidak mengenal Odelyn karena Odelyn hanyalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang diajar oleh bu Rieta."Alasannya apa ya, bu? Kenapa saya yang dipilih jadi muse? Maksud saya kan pasti mas Michael punya banyak kenalan lain dan begitu juga dengan ibu. Saya rasa wajah saya juga gak cocok untuk muse. Saya nggak cantik." Yah ini juga yang membuat Odelyn terheran-heran. Wajah Odelyn adalah wajah yang tidak cantik sehingga jelas tidak memungkinkan untuk jadi muse suatu lukisan. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh bu Rieta sampai terpikirkan bahwa Odelyn cocok untuk menjadi muse dalam lukisan anaknya?"Pertama, ibu mau bilang kalau Odelyn itu cantik. Kedua, kriteria muse itu tidak hanya sekedar cantik. Saya juga tidak paham bagaimana detailnya tapi pelukis punya kriteria-kriteria tertentu untuk menjadi muse dalam lukisannya dan saat ibu bilang mungkin saja Odelyn cocok, Michael setuju. Michael bilang Odelyn sangat cocok untuk menjadi muse lukisan dia. Jangan salah lho, Odelyn. Michael masih ingat dengan baik wajah kamu. Ingatan Michael itu termasuk kuat. Untuk bayarannya sendiri akan ibu kirimkan lewat chat ya rinciannya. Yang terpenting adalah Odelyn pikirkan dengan seksama dan akan ditunggu sampai dua hari ke depan. Bagaimana Odelyn?"Karena tidak ada unsur pemaksaan disini, maka Odelyn pun akhirnya menyetujuinya. "Baik, ibu." *"Sudah siap kan, Odelyn?"Odelyn menerima tawaran itu karena merasa bayaran yang didapat akan sangat cukup untuk menambah tabungannya. "Nah, kamu jangan gerak-gerak ya. Tolong diam aja di posisi seperti itu, gak akan lama kok." Michael kemudian memberikan instruksi kepada Odelyn. Odelyn yang mendapatkan instruksi seperti itu kemudian mengangguk dan fokus untuk mempertahankan posisi dirinya agar tidak bergerak. Sejujurnya agak sulit karena Odelyn adalah anak yang gampang sekali untuk pegal-pegal badannya kalau diam terlalu lama. Tapi karena ini adalah bagian dari pekerjaan maka sudah seharusnya kan Odelyn bertanggung jawab."Odelyn sekarang udah semester berapa?" Michael tiba-tiba mengajak Odelyn bicara. Michael melakukan hal tersebut karena kasihan melihat Odelyn yang terlihat bosan dan ingin ini semua segera selesai. Tapi mau bagaimana pun yang dilakukan Odelyn saat ini benar-benar patut untuk diapresiasi bukan."Sekarang semester empat, mas. Kalau mas Michael semester berapa ya sekarang?" Odelyn yang tidak
"Udah dijemput sama pacarnya aja tuh." Natri, salah satu teman Odelyn di kelas ini dengan wajah yang usil mencoba menggoda Odelyn yang sedang membereskan barang-barang kuliahnya. Hari ini Odelyn punya jadwal kelas sore sehingga dia merasa sangat lelah dan hanya ingin tidur ketika sudah sampai di rumah."Hah? Dijemput?" Odelyn tidak tahu apakah Natri hanya bercanda atau bagaimana. Yang jelas setahu Odelyn di kelas ini tidak ada yang tahu kalau Odelyn punya pacar. Jadi bagaimana mungkin Natri bisa mengatakan kalau Odelyn dijemput oleh pacarnya?"Loh, mas-mas yang mukanya ganteng itu pacar kamu kan? Dia duduk di kursi luar kelas tuh. Aku tuh lihat beberapa kali kalian makan di kantin kampus. Dia dari jurusan mana sih, Ody? Ganteng juga tuh. Kenalin aku sama teman-temannya dong." Natri mulai tertawa genit dan hal itu jelas didengar oleh teman-teman sekelas Odelyn."Loh, Odelyn punya pacar ya? Baru tahu aku." Ada lagi teman sekelas Odelyn yang memberikan tatapan tidak menyangka kepada Odel
Menikah? Apakah yang dilakukan oleh Odelyn saat ini adalah hal yang masuk akal? Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan orang yang baru dia pacari selama satu tahun?"Odelyn, gak ngira banget aku kalau akhirnya sekarang kita jadi suami istri. Tadi mama dan ayah juga kelihatan bahagia banget." Mama dan ayah yang dimaksud oleh Michael merujuk pada orang tua Odelyn.Odelyn hanya tersenyum untuk menanggapi. Setelah menikah lalu apa? Apa yang perlu Odelyn lakukan setelah ini? Odelyn bahkan merasa bahwa manusia yang kemarin setuju untuk menikah itu bukanlah dirinya. Ah, ini terlalu tiba-tiba. Odelyn sesaat ragu dengan keputusan yang dia ambil. Apakah Odelyn perlu kabur saja dari sini? Bagaimanapun kabur lebih baik bukan?"Awal pernikahan seperti ini pasti akan berat untuk kamu. Gak cuma untuk kamu tapi untuk aku juga. Aku sekarang juga sedang bertanya-tanya apa beneran nih aku sekarang nikah? Kok kayak tiba-tiba banget sih. Tapi kan semua itu gak ada yang tiba-tiba sebenarnya. Dari awal p
"Total semuanya 500.000, bu" Odelyn yang sedang tidak fokus tidak kunjung menyahut dan hanya terdiam saja. Pengunjung dan kasir yang menyadari bahwa Odelyn tak kunjung bereaksi segera menegur Odelyn secara bersamaan."Mbak, tolong cepat ya. Ini saya juga ada urusan." Pengunjung di belakang Odelyn dengan tegas menyuruh Odelyn untuk segera merespon.Ketika kasir baru saja ingin melakukan hal yang sama, rupanya Odelyn sudah tersadar terlebih dahulu dengan pengunjung lain tersebut sehingga akhirnya dia meminta maaf dengan hati-hati. "Maaf ya. Tolong maafkan saya. Ini tadi berapa mbak totalnya?" Odelyn terlihat sekali merasa malu sekaligus bersalah. Odelyn juga dengan gerakan yang terburu-buru berusaha mengambil uang untuk membayar belanjaannya."Totalnya 500.000, bu." Kasir supermarket itu pun dengan segera mengulang kembali ucapannya.Mendengar jawaban itu Odelyn segera memberikan uang yang pas lalu buru-buru keluar dari sana."Loh, kamu kenapa?" Michael yang merasa malas untuk mengiku
Kematian pacar Michael itu apakah ada kaitannya dengan rahasia itu? Bahkan setelah mengetahui soal kematian pacar Michael pun Odelyn tidak mampu untuk menemukan kaitannya. Odelyn jadi ragu apakah sebenarnya barang itu adalah barang yang tidak berarti? Barang yang umum saja? Tapi kenapa orang di chat itu mengatakan bahwa harusnya Michael sudah berhenti sejak menikah karena jika Odelyn tahu semuanya tamat? "Odelyn, udah jadi beli tas?" Michael yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri Odelyn yang sedang memasak makan malam."Tas?" Odelyn bingung kenapa di situasi ini Michael tiba-tiba menanyakan tas. Memangnya ada pembicaraan mereka yang membicarakan soal tas?Melihat Odelyn yang sedang memasak membuat Michael tersenyum geli. "Duh, kayaknya kamu lagi gak fokus nih. Udah kamu mending nonton tv sana, biar aku saja yang memasak. Lagian ini kurang dikit lagi kan." Michael pun mencuci tangannya di wastafel dan bersiap-siap untuk membantu Odelyn memasak.Walaupun tidak mengert
"Cerai? Aku mau pindah kamar supaya kamu bisa berpikir jernih kalau sendirian gitu." Michael yang sedang menikmati sereal langsung tersedak saat Odelyn tanpa aba-aba langsung mengatakan kalimat semacam itu."Makasih. Karena hal itu aku jadi bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan itu." Odelyn tidak mau berdebat lebih jauh. Lebih baik mulai hari ini dia mencari kontrakan baru untuk dia tempati. Rumah ini milik Michael oleh karena itu Odelyn harus jadi pihak yang tahu diri untuk angkat kaki dari sini."Odelyn, kayaknya kamu belum benar-benar berpikir jernih. Sekarang mendingan kamu ke kamar ya. Atau kamu bisa kemana pun asal bisa bikin pikiran kamu jadi jernih lagi ya." Michael kini menatap khawatir ke arah Odelyn.Odelyn yang ditatap seperti itu justru merasa muak. Apakah Michael tidak sadar bahwa sumber kekhawatiran Odelyn adalah Michael sendiri? Michael membuat Odelyn khawatir kalau-kalau rumah ini bukanlah rumah lagi. Odelyn khawatir kalau rumah ini adalah tempat nyawanya berak
Suasana makan pagi hari ini benar-benar terasa aneh bagi Odelyn. Apakah ini karena akhirnya Michael mau untuk bercerai dari Odelyn sehingga sedari tadi diam saja tanpa berkata apapun untuk mengisi keheningan di ruang keluarga ini?"Michael?" Akhirnya Odelyn berusaha untuk mencairkan suasana saat ini. Rasanya benar-benar tidak nyaman ketika orang yang kamu kenal sebagai sosok yang suka berbicara tiba-tiba diam seribu bahasa seperti ini."Iya?" Michael memandang Odelyn dengan tatapan ingin tahu. Tidak ada yang aneh dengan tatapan Michael. Tidak ada tatapan dingin atau tatapan negatif lainnya. Sejauh ini semua terpantau normal dan aman."Gakpapa. Kamu yang kenapa tuh? Ada yang menganggu pikiran kamu?" Odelyn sebenarnya tidak ingin bertanya seperti ini. Tapi karena dia merasa moodnya memburuk ketika hanya saling diam seperti ini, makanya dia berusaha untuk membuat Michael bicara."Bukannya justru kamu yang ada apa-apa? Kamu kemarin tingkahnya aneh banget sampai minta cerai segala." Michae
Kehamilan Odelyn sudah memasuki usia lima bulan. Tidak ada hal istimewa terkait kehamilannya. Di trisemester pertama Odelyn hanya merasakan mual-mual biasa layaknya ibu hamil lainnya. Di trisemester kedua ini nafsu makan Odelyn mulai meningkat. Tapi kemarin dokter kandungan sudah mengatakan pada Odelyn bahwa dia harus tetap menjaga porsi makan agar tidak berlebihan. Ah, mengenai Michael. Hubungan Odelyn dengan Michael berjalan seperti biasa, tidak ada hal istimewa. Odelyn juga masih belum bisa menemukan rahasia apa yang disimpan oleh suaminya itu. Untuk sementara ini Odelyn tidak ingin berpikir terlalu keras yang berujung pada stres. "Odelyn, kamu mulai sekarang yuk belajar tidur dengan miring ke kiri." Michael sedang menyiapkan cemilan buah-buahan untuk Odelyn. Saat ini adalah hari Minggu sehingga Michael tidak pergi bekerja."Gak enak tahu kalau tidur miring gitu. Lebih enak tidur terlentang." Semenjak trisemester kedua ini Odelyn mulai dianjurkan untuk tidur miring ke kiri. Hal it