Kematian pacar Michael itu apakah ada kaitannya dengan rahasia itu? Bahkan setelah mengetahui soal kematian pacar Michael pun Odelyn tidak mampu untuk menemukan kaitannya. Odelyn jadi ragu apakah sebenarnya barang itu adalah barang yang tidak berarti? Barang yang umum saja? Tapi kenapa orang di chat itu mengatakan bahwa harusnya Michael sudah berhenti sejak menikah karena jika Odelyn tahu semuanya tamat?
"Odelyn, udah jadi beli tas?" Michael yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri Odelyn yang sedang memasak makan malam."Tas?" Odelyn bingung kenapa di situasi ini Michael tiba-tiba menanyakan tas. Memangnya ada pembicaraan mereka yang membicarakan soal tas?Melihat Odelyn yang sedang memasak membuat Michael tersenyum geli. "Duh, kayaknya kamu lagi gak fokus nih. Udah kamu mending nonton tv sana, biar aku saja yang memasak. Lagian ini kurang dikit lagi kan." Michael pun mencuci tangannya di wastafel dan bersiap-siap untuk membantu Odelyn memasak.Walaupun tidak mengerti kenapa Michael mengatakan bahwa dirinya tidak fokus, Odelyn tetap dengan senang hati mempersilahkan Michael menggantikan dirinya memasak. Odelyn memang sudah sangat jenuh dan lelah untuk memasak sehingga kalau digantikan seperti ini kan rasanya lebih enak."Ya sudah. Aku mau nonton tv dulu. Ini tuh tinggal ditambahkan bumbu-bumbu saja, kamu tahu lah bumbunya apa. Kamu kan lebih jago masak dari aku." Odelyn tertawa kecil.Michael yang mendengar hal itu jelas langsung salah tingkah. Sepertinya Michael memang kesulitan apabila dipuji seperti ini. "Apa sih?!""Hahahaha." Odelyn tertawa keras sambil menuju ke ruang keluarga. Di ruang keluarga itu Odelyn menyalakan tv dan kemudian menonton tv tersebut. Walaupun demikian pikiran Odelyn tetap melayang-layang pada kematian pacar Michael dan rahasia yang dimiliki lelaki itu. Seharusnya kan wajar saja ya kalau seseorang menyembunyikan masa lalu mereka, apalagi masa lalu yang kelam seperti itu. Dan lagi-lagi hubungan Michael dan Odelyn bukanlah hubungan yang penuh cinta sehingga rasanya memang tidak perlu untuk Odelyn mengetahui masa lalu Michael yang berkaitan dengan pasangannya dulu. Hanya saja, entah kenapa Odelyn merasa tidak nyaman saat mengetahui kalau Michael mempunyai pacar yang sudah meninggal di masa lalu. Odelyn merasa ini ada kaitannya dengan rahasia Michael dan bisa jadi rahasia ini membahayakan dirinya."Odelyn, sudah matang nih. Kamu ambil sendiri yang makanannya di dapur terus kita makan sama-sama di ruang keluarga sambil nonton tv." Di tengah lamunannya itu tiba-tiba suara Michael mengembalikan kesadaran Odelyn."Iya-iya. Aku kesana ya." Cih, kenapa Michael tidak mau untuk menyiapkan makanan Odelyn sekalian sih? Odelyn kan malas gerak ini. Kepalanya juga sudah sangat pusing dengan masalah Michael. *"Tadi kamu ketemu sama Mika ya?" Michael bertanya pada Odelyn yang sedang fokus pada makanan dan tv."Iya. Kenapa emangnya?" Odelyn tidak terlalu mempedulikan apa ucapan Michael. Yang saat ini dia pikirkan adalah bagaimana mengetahui rahasia Michael dengan tetap menikmati makanan serta acara tv ini."Kamu nanyain soal detektif swasta? Buat apa emangnya? Ada yang gangguin kamu atau gimana?" Dari nada suaranya Michael terdengar panik dan khawatir.Odelyn yang ditanya seperti itu langsung tertegun. Duh, Odelyn lupa memberitahu Mika untuk tidak mengatakan pertemuan mereka dengan siapa-siapa dan kalau tidak diberi peringatan seperti itu Mika ya akan menganggap pertemuan yang bagi Odelyn rahasia itu sebagai pertemuan yang bukan rahasia."Buat temanku. Dia bilang dia butuh detektif swasta jadi ya aku pikir tanya ke Mika itu pilihan yang tepat." Odelyn menjawab pertanyaan itu dengan raut wajah yang kelihatan sangat tenang. Padahal sebenarnya yang Odelyn rasakan saat ini adalah perasaan kalut luar biasa karena dia merasa Michael agaknya menaruh curiga pada gerak-gerik Odelyn."Teman kamu yang mana? Selama ini kamu freelance kan? Teman kampus kamu atau teman yang mana?" Michael rupanya tidak ingin membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Dengan segera dia mencecar Odelyn mengenai masalah detektif swasta itu.Odelyn yang mengira pembicaraan mereka tidak akan sampai sedalam ini langsung memandang tidak suka ke arah Michael. "Michael, kamu kenapa sih? Ini kan urusan aku sama temanku. Gak seharusnya dong kamu nanya-nanya kayak gini. Selama ini bukannya kita sepakat untuk gak mencampuri urusan satu sama lain ya? Kamu lupa sama kesepakatan itu?" Duh, rasanya Odelyn sudah tidak nafsu makan lagi. Padahal makanan Odelyn tinggal sedikit lagi."Aku nanya karena ini urusannya sudah membahayakan aku dan kamu. Ini membahayakan kita, Odelyn. Detektif swasta tuh kamu pikir main-main kayak di drama atau film? Salah-salah urusannya bisa runyam bahkan mengancam nyawa!" Michael berbicara dengan nada yang keras dengan maksud memperingkatkan Odelyn tentang seberapa bahayanya detektif swasta ini.Ini pertengkaran pertama mereka yang lumayan besar. Biasanya mereka hanya ngambek main-main, yah macam pertengkaran lucu-lucuan saja karena memang Michael adalah anak yang usil. Karena ini konflik yang lumayan berat jujur saja Odelyn tidak tahu bagaimana cara mengatasinya."Ini gak berbahaya oke. Aku tahu dan bisa menjaga diriku sendiri, kamu gak perlu terlalu khawatir seperti itu." Odelyn mencoba menurunkan nada bicaranya dengan harapan Michael dapat sedikit lebih tenang. Odelyn tidak ingin pertengkaran seperti ini."Gak berbahaya gimana? Itu berbahaya, Odelyn! Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?!" Michael terlihat sangat frustasi karena tidak sepaham dengan Odelyn.Odelyn yang mendengar kalimat itu langsung tersulut emosinya. Bisa-bisanya Michael membicarakan soal bahaya ketika dia sendiri berbahaya untuk Odelyn. Michael pasti tidak berpikir bahwa Odelyn sudah tahu kalau Michael punya sesuatu yang berbahaya."Berbahaya? Aku bukan anak kecil, Michael! Kamu emang lebih tua daripada aku tapi bukan berarti aku lebih payah dan polos daripada kamu. Aku manusia dewasa dan aku rasa ini urusan pribadiku. Bahkan kamu sebagai suami juga gak punya hak untuk itu! Camkan baik-baik!" Baik Odelyn maupun Michael tidak ada yang bisa menahan emosi mereka. Emosi mereka rasanya meledak-ledak untuk saat ini."Michael, aku capek sekarang. Aku mau tidur dulu dan pindah ke kamar lain." Rasanya kalau melihat wajah Michael akan sangat menyesakkan untuk Odelyn. Odelyn hanya ingin berpikir dengan tenang dan tanpa emosi yang berlebihan."Gak usah pindah kamar. Aku saja yang pindah kamar." Tanpa menunggu jawaban dari Odelyn, Michael segera menuju kamar mereka dan memindahkan barang-barangnya ke kamar lain.Odelyn hanya memandangi saja semua itu. Kalaupun mendebat Michael lagi rasanya kurang tepat karena pasti hanya ada teriakan di rumah ini. Untuk itu pilihan terbaik bagi mereka berdua adalah tidak berkomunikasi dan menjaga jarak satu sama lain. *"Aku mau cerai.""Cerai? Aku mau pindah kamar supaya kamu bisa berpikir jernih kalau sendirian gitu." Michael yang sedang menikmati sereal langsung tersedak saat Odelyn tanpa aba-aba langsung mengatakan kalimat semacam itu."Makasih. Karena hal itu aku jadi bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan itu." Odelyn tidak mau berdebat lebih jauh. Lebih baik mulai hari ini dia mencari kontrakan baru untuk dia tempati. Rumah ini milik Michael oleh karena itu Odelyn harus jadi pihak yang tahu diri untuk angkat kaki dari sini."Odelyn, kayaknya kamu belum benar-benar berpikir jernih. Sekarang mendingan kamu ke kamar ya. Atau kamu bisa kemana pun asal bisa bikin pikiran kamu jadi jernih lagi ya." Michael kini menatap khawatir ke arah Odelyn.Odelyn yang ditatap seperti itu justru merasa muak. Apakah Michael tidak sadar bahwa sumber kekhawatiran Odelyn adalah Michael sendiri? Michael membuat Odelyn khawatir kalau-kalau rumah ini bukanlah rumah lagi. Odelyn khawatir kalau rumah ini adalah tempat nyawanya berak
Suasana makan pagi hari ini benar-benar terasa aneh bagi Odelyn. Apakah ini karena akhirnya Michael mau untuk bercerai dari Odelyn sehingga sedari tadi diam saja tanpa berkata apapun untuk mengisi keheningan di ruang keluarga ini?"Michael?" Akhirnya Odelyn berusaha untuk mencairkan suasana saat ini. Rasanya benar-benar tidak nyaman ketika orang yang kamu kenal sebagai sosok yang suka berbicara tiba-tiba diam seribu bahasa seperti ini."Iya?" Michael memandang Odelyn dengan tatapan ingin tahu. Tidak ada yang aneh dengan tatapan Michael. Tidak ada tatapan dingin atau tatapan negatif lainnya. Sejauh ini semua terpantau normal dan aman."Gakpapa. Kamu yang kenapa tuh? Ada yang menganggu pikiran kamu?" Odelyn sebenarnya tidak ingin bertanya seperti ini. Tapi karena dia merasa moodnya memburuk ketika hanya saling diam seperti ini, makanya dia berusaha untuk membuat Michael bicara."Bukannya justru kamu yang ada apa-apa? Kamu kemarin tingkahnya aneh banget sampai minta cerai segala." Michae
Kehamilan Odelyn sudah memasuki usia lima bulan. Tidak ada hal istimewa terkait kehamilannya. Di trisemester pertama Odelyn hanya merasakan mual-mual biasa layaknya ibu hamil lainnya. Di trisemester kedua ini nafsu makan Odelyn mulai meningkat. Tapi kemarin dokter kandungan sudah mengatakan pada Odelyn bahwa dia harus tetap menjaga porsi makan agar tidak berlebihan. Ah, mengenai Michael. Hubungan Odelyn dengan Michael berjalan seperti biasa, tidak ada hal istimewa. Odelyn juga masih belum bisa menemukan rahasia apa yang disimpan oleh suaminya itu. Untuk sementara ini Odelyn tidak ingin berpikir terlalu keras yang berujung pada stres. "Odelyn, kamu mulai sekarang yuk belajar tidur dengan miring ke kiri." Michael sedang menyiapkan cemilan buah-buahan untuk Odelyn. Saat ini adalah hari Minggu sehingga Michael tidak pergi bekerja."Gak enak tahu kalau tidur miring gitu. Lebih enak tidur terlentang." Semenjak trisemester kedua ini Odelyn mulai dianjurkan untuk tidur miring ke kiri. Hal it
"Kamu ngapain disini?" Wajah Michael memerah seolah menandakan betapa kaget dan marahnya dia mendapati keberadaan Odelyn di kamarnya.Odelyn sebenarnya agak ciut ketika melihat wajah Michael yang seperti ini. Ekspresi wajah seperti itu baru pertama kalinya Odelyn lihat di wajah Michael sepanjang mereka kenal. Namun bukankah Odelyn harus memperjelas segalanya sebelum akhirnya ini semua akan jadi berantakan."Aku nanya lho, harusnya dibalas pakai jawaban bukannya malah pakai pertanyaan balik." Odelyn berusaha tegas namun tetap terlihat santai. Odelyn tidak ingin terlihat marah-marah kepada Michael karena memang dirinya sudah bertekad untuk menyelesaikan ini semua dengan kepala dingin."Odelyn, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kita gak perlu ikut campur urusan masing-masing? Jadi aku rasa foto ini gak perlu kamu tanyakan. Yang jelas adalah aku gak selingkuh kalau itu yang kamu pengen kamu tahu." Michael tidak kelihatan marah sama sekali hanya saja kelihatan jelas kalau dia berusah
Hubungan antara Michael dan Odelyn mulai mendingin. Masing-masing diantara mereka tidak ada yang mengajak bicara satu sama lain terlebih dahulu. Kalau orang-orang melihat mereka bisa-bisa dibanding pasangan suami istri mereka lebih terlihat seperti musuh dalam perang dingin.Odelyn yang baru saja menyiapkan sarapan langsung membawa makanannya itu ke ruang keluarga agar dia bisa makan sambil menonton televisi. Dipindah-pindah lah chanel televisi tersebut tapi tak kunjung ada yang sesuai selera dirinya."Jangan lupain makanannya. Cari tontonan boleh-boleh saja tapi makanannya jangan dianggurin." Tiba-tiba Michael pun membawa makanannya dan duduk di sebelah Odelyn. Walaupun duduk bersebelahan jarak diantara mereka cukup jauh.Odelyn tidak menjawab apapun tapi dia segera memakan makanannya. "Besok aku mau nginap di rumah Laura. Aku sudah izin sama orang tua ku dan ibu juga." Ibu disini merujuk pada ibunya Michael atau ibu mertuanya Odelyn.Michael yang sedang mengunyah makanannya langsung
"Hah? Dibunuh?" Seingat Odelyn, Mika tidak pernah memberitahunya informasi semacam ini. Yah itu kan karena mereka tidak sempat mengobrol lama ya? Atau mungkin saja Mika sama seperti yang lainnya dengan menganggap bahwa Edelyn mati bunuh diri."Iya. Sebenarnya sih ini cuma asumsi detektif swasta yang aku sewa ya. Soalnya waktu mereka menyelidiki hal ini tuh ada beberapa keganjilan yang menandakan kalau bunuh diri tuh bukan penyebab dari kematian anak itu." Laura mulai menjelaskan dari awal lagi."Eh, sebentar Laura. Ini Michael nelpon aku, aku angkat dulu ya." Walaupun hubungan Michael dan Odelyn sedang masuk fase perang dingin tentu tidak bijak rasanya jika Odelyn tidak mengangkat panggilan telpon dari suaminya. Apalagi Michael bukanlah orang yang akan menelpon untuk hal-hal remeh."Oke-oke. Kamu angkat aja dulu." Walaupun Laura sudah sangat tidak sabar ingin memberitahu semua hal ini, tapi tentunya dia harus sedikit bersabar kan.Akhirnya Odelyn menepi untuk menjauhi Laura dan mengan
Benar juga. Odelyn baru sadar akan hal itu. Kemana papa Michael? Lebih tepatnya dimana keberadaan papa mertuanya itu? Michael selalu mengatakan alasan yang sama. Dia bilang papanya bekerja di luar negeri dan sangat sibuk sehingga bahkan tidak bisa menghadiri pernikahan anaknya sendiri. Odelyn jadi teringat wajah ibu yang katanya menjemput papa di bandara. Bukankah seharusnya jika ingin menjemput orang terkasih maka wajah yang ditampilkan adalah wajah yang gembira. Yang tadi itu kenapa demikian? Kenapa wajah ibu malah terlihat seperti orang yang baru saja mendapatkan kabar buruk? "Odelyn, kamu lagi mikirin apa?" Michael menegur Odelyn yang hanya memegang ponselnya sambil melamun."Gak mikirin apa-apa. Kalau papa hari ini pulang berarti besok kita harus ke rumah ibu nggak sih? Aku juga pengen silaturahmi ke papa. Aku kan belum pernah ketemu papa." Odelyn ingin sekali melihat wajah ayah mertuanya itu. Dari awal berkenalan dengan Michael sampai hari ini pun Odelyn belum pernah melihat wa
Odelyn yakin pernah melihat wajah pria ini di berkas yang diberikan oleh Laura. Sayangnya Odelyn belum membaca dengan baik tentang siapakah pria ini dan apa perannya dalam kematian Edelyn."Halo, papa. Aku bisa panggil papa kan karena Michael dan ibu juga manggil papa?" Odelyn bersikap santai dan ceria. Benar, saat ini dirinya tidak boleh terlihat takut ataupun memandangi pria ini dengan pandangan menyelidik. Jangan sampai orang-orang ini tahu kalau Odelyn sedang menyelidiki Michael.Pria itu tersenyum misterius dan kemudian menoleh ke arah ibu serta Michael. "Loh, sejak kapan saya dipanggil papa?" Mendengar ucapan itu tentu saja dengan reflek Odelyn menoleh ke arah ibu dan Michael. Odelyn yakin sekali dia melihat raut wajah ibu dan Michael yang kaku dalam sesaat sebelum pada akhirnya Michael menjawab. "Pa, jangan bercanda yang aneh-aneh dong. Itu menantu kesayangan papa udah ketakutan." Wajah Michael terlihat santai seolah sudah biasa menghadapi candaan papanya yang cukup unik."Wad